Mesin Baru Perekonomian: Internet!
Ketika mempelajari data pertumbuhan ekonomi
Kuartal III 2015, penulis agak bingung dengan fakta bahwa tingkat konsumsi
nasional masih tumbuh 4.96%, atau diatas pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
sebesar 4.73%, padahal di lapangan jelas sekali harga barang-barang semuanya
melambung tinggi (termasuk, harga gorengan di Jakarta sekarang sudah mencapai
Rp1,000 per potong, padahal rasanya baru kemarin Rp2,000 masih dapet 3 potong),
dan itu seharusnya menurunkan daya beli masyarakat. Tapi sejauh yang bisa
penulis amati, almost everybody still happy, dan bahkan buruh juga masih berani berdemo
menuntut kenaikan upah. Pertanyaannya, bagaimana bisa?
Dan baru beberapa hari lalu penulis menyadari
sesuatu yang mungkin menjadi jawabannya. Jadi ceritanya penulis kehabisan kuota
internet ketika sedang browsing di laptop, namun ketika itu sudah larut malam jadi
penulis males juga kalau harus keluar rumah untuk ke tukang pulsa. Jadi saya
browsing lagi pake hape untuk cari orang yang jualan voucher kuota internet,
dan ternyata memang banyak yang jualan, termasuk ada juga yang harganya miring.
Penulis akhirnya menghubungi seorang penjual, dia menyebut nomor rekening, saya
transfer pake e-banking, dan vouchernya dikirim via Whatsapp. Seluruh proses transaksi
terjadi dalam waktu kurang dari 10 menit, dan penulis hanya membayar Rp125,000,
dari harga normal Rp150,000 kalau beli voucher-nya di tukang pulsa biasa.
Nah, dari peristiwa diatas, tiba-tiba saja penulis
menyadari akan peran internet yang
menyebabkan transaksi jual beli menjadi
jauh lebih mudah dari sebelumnya, dan hasilnya jumlah transaksi jual beli
itu sendiri menjadi meningkat signifikan, dan pada akhirnya turut mempercepat perputaran roda perekonomian. Keberadaan
internet paling tidak memungkinkan terjadinya tiga hal dalam hal yang sebelumnya
boleh dibilang mustahil untuk terjadi, yakni:
- Mempercepat terjadinya transaksi
- Transaksi jual beli menjadi jauh lebih efisien
- Kapan saja, dan dimana saja
Pada contoh dimana penulis membeli voucher kuota
internet diatas, coba bayangkan seandainya tidak
ada internet (atau sudah ada, tapi harus ke warnet dan gak bisa lewat hape
seperti sekarang). Maka penulis harus menunggu sampai besok pagi untuk ke
tukang pulsa, dan alhasil ada jeda waktu selama beberapa jam dimana transaksi jual beli menjadi
tertunda. Penulis kemudian membeli voucher tersebut pada harga normal atau
bahkan mahal, yang seharusnya bisa lebih murah andaikata si tukang pulsa tidak
keluar biaya untuk sewa kios, dll, dimana biaya tersebut dibebankan ke pembeli
(tidak efisien). Dan ketiga, penulis harus meluangkan
waktu untuk berpindah tempat ke suatu
lokasi, yakni ke kios pulsa tadi terus pulang lagi.
Namun karena adanya internet, maka inilah yang
terjadi: Transaksi jual beli terjadi hanya dalam waktu kurang dari 10 menit,
penulis membayar lebih murah namun tidak ada yang dirugikan (penjual tetap
untung), dan penulis bisa membeli saat itu juga (meski malam-malam), dan juga tanpa
perlu kemana-mana! Alias masih duduk manis didepan meja kerja.
Dan, bisakah anda bayangkan ada berapa buaanyak
transaksi jual beli berbagai macam barang dan jasa yang terjadi malam itu di
seluruh Indonesia, dan itu adalah berkat adanya internet???
Keberadaan internet juga sangat membantu untuk
mempertemukan calon penjual dan pembeli, yang pada akhirnya memungkinkan
transaksi jual beli untuk terjadi. Let say, anda mau beli rumah di lokasi
tertentu, dan tidak ada internet. Maka bisakah anda bayangkan berapa banyak
waktu dan tenaga yang harus dihabiskan untuk survey langsung ke tiap-tiap lokasi, dan
bahkan setelah itupun belum tentu anda bakal ketemu penjual yang cocok?
Demikian sebaliknya, anda mau jual rumah, dan tidak ada internet. Maka entah
berapa lama waktu yang terbuang untuk menunggu rumah tersebut hingga laku, dan berapa
besar biaya yang keluar untuk pasang iklan di koran, jasa perantara, dll.
Tapi dengan adanya internet maka.. holaaa.. anda yang
mau beli rumah tinggal browsing di google dengan kata kunci ‘jual rumah di Jakarta’,
maka akan ada ribuan rumah yang ditawarkan yang bisa anda cek satu-satu, sekali
lagi, tanpa perlu anda meninggalkan kursi anda. Demikian pula kalau anda mau
jual rumah, maka anda tinggal pasang
iklan gratis di banyak sekali website e-commerce
di internet, kemudian tinggal duduk santai menunggu ditelpon oleh calon pembeli.
Saking mudahnya transaksi jual beli di internet, bahkan kalau anda mau beli helikopter
sekalipun, di internet ada yang jual!
Pendek kata kegiatan perekonomian di Indonesia,
atau juga diseluruh dunia, sudah pasti tidak akan semudah sekarang ini kalau bukan karena adanya internet, dan sudah
tentu itu turut mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Ada banyak orang
yang tiba-tiba saja jadi pinter jualan
karena adanya internet. Dan kabar baiknya, bisnis e-commerce di Indonesia pada
saat ini masih berada pada tahap-tahap awal alias baru tumbuh, dimana jumlah
pengguna internet di Indonesia masih sekitar 80 juta orang dari 270 juta
penduduk. However perkembangan yang terjadi terbilang sangat pesat, dan semakin
kesini semakin pesat. Sepuluh tahun yang lalu, nobody thinks about ‘jualan di
internet’, tapi belakangan ini berbagai website e-commerce seperti FJB Kaskus,
OLX, Lazada, Tokopedia, Traveloka, dst, mulai menjamur. Dan asalkan anda bisa
meluangkan waktu untuk menulis tentang investasi saham atau apapun bidang yang
anda kuasai, maka anda juga bisa bikin website tipe blog seperti TeguhHidayat.com yang sedang anda baca
sekarang ini. So the opportunity is open for everyone.
Okay, lalu apa hubungannya hal ini dengan saham?
Kalau penulis banyak diskusi dengan beberapa
investor/analis, maka mereka punya pandangannya masing-masing tentang bagaimana
prospek ekonomi/IHSG di tahun 2016 mendatang, dimana banyak yang optimis tapi
gak sedikit pula yang pesimis. However, entah karena lupa atau memang nggak ‘ngeh,
tidak ada satupun yang menyinggung soal peran internet terhadap perekonomian,
padahal peran tersebut terasa amat sangat nyata. Tapi mungkin itu karena para
analis biasanya hanya fokus pada saham-saham yang ada di BEI, dan masalahnya di
BEI belum ada perusahaan seperti Alibaba.com, Facebook.com, atau Amazon.com yang
sudah listing di Amerika sana.
Tapi yang hendak penulis sampaikan adalah, dengan
semakin mudahnya transaksi jual beli karena adanya internet, maka perekonomian
nasional akan sangat terdorong untuk tumbuh pesat di masa yang akan datang, dan
peran internet ini suatu hari nanti akan mampu menutup economic gap yang terjadi di Indonesia selama beberapa tahun
terakhir ini karena anjloknya harga komoditas batubara dan CPO sejak 2012 lalu.
Dan jika ekonomi makro terus membaik secara umum, maka para emiten di Bursa
juga akan terkena imbas positifnya dimana kinerja mereka akan membaik, dan sudah
tentu, IHSG akan merangkak naik kembali.
Jadi meski kita tentu saja tidak bisa memprediksi secara
persis soal bagaimana kira-kira arah perkembangan ekonomi/IHSG kedepannya, termasuk
entah kapan harga batubara dan CPO akan naik lagi, namun yang jelas kita punya ‘mesin
pendorong perekonomian’ yang baru yang bernama internet. Prediksi penulis,
dalam waktu 2 – 3 tahun kedepan kita akan mulai melihat satu atau dua
perusahaan lokal berbasis e-commerce yang melantai di Bursa dan.. mari kita berharap
bahwa ujungnya tidak akan seperti dot com
bubble di Amerika pada tahun 1999 lalu.
Pengumuman: Penulis menyelenggarakan acara ‘Market Outlook – Peluang
Investasi di Tahun 2016’ di tiga kota yakni Surabaya, dan Bandung.
Untuk bergabung, keterangan selengkapnya klik disini.
Komentar