A 'Grown Up' Stock Market
Dalam mengevaluasi kinerja investasi di tahun
2015, mayoritas analis dan investor di pasar saham biasanya hanya fokus pada
fakta bahwa IHSG turun signifikan, dalam hal ini sekitar 13%, dan itu membuat
2015 tampak sebagai tahun yang buruk dan sulit. However, terdapat
beberapa alasan bahwa tahun 2015 ini sejatinya merupakan salah satu tahun
terbaik dalam sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia. Terkait hal ini, penulis
sengaja membandingkan tahun 2015 dengan 2008, yakni tahun dimana IHSG juga
turun signifikan (IHSG juga turun di tahun 2013, namun penurunannya hanya 1%).
Yang pertama, pada tahun 2008, IHSG sempat anjlok
hingga 60% dari posisi tertingginya, padahal kondisi ekonomi serta kinerja emiten
ketika itu hanya sedikit melambat, dimana pertumbuhan ekonomi turun menjadi
4.2% pada awal 2009 karena imbas krisis global, tapi tidak sampai minus seperti
ketika terjadi krisis moneter di tahun 1997 – 1998. Lalu kenapa kok IHSG sampai hancur
lebur begitu?
Dan jawabannya adalah karena ketika itu belum ada
aturan yang ketat dari otoritas bursa terkait margin dan short
selling, dimana investor bisa membeli saham menggunakan dana pinjaman
yang sangat besar (margin), atau menjual saham tanpa perlu memilikinya (short
selling). Dua jenis transaksi tersebut menyebabkan harga-harga saham seringkali
naik secara ekstrim, dan sebaliknya jatuh berantakan hanya dalam hitungan hari.
Pada Oktober 2008 IHSG sempat turun 20% hanya dalam tiga hari, gara-gara ada banyak
investor yang mengalami force sell karena mereka membeli saham
pakai dana margin. Kondisi ini pada akhirnya membuat pasar saham di Indonesia
lebih mirip tempat judi ketimbang wadah untuk berinvestasi.
Kedua, di tahun 2008, otoritas pengawas bursa
ketika itu nyaris tidak berkutik menghadapi para ‘bandar’, dimana kasus-kasus
‘goreng saham’ seperti saham AGIS (TMPI), yang sangat merugikan investor ritel,
dibiarkan begitu saja. Atau kasus penggelapan dana nasabah oleh Sarijaya
Sekuritas, yang sampai sekarang tidak jelas penyelesaiannya. Dan ketiga, ketika
itu sedikit sekali investor saham yang benar-benar merupakan investor, karena
mayoritas justru spekulan yang membeli saham tanpa analisa apapun. Penulis
masih ingat seorang teman yang berkata, ‘Peduli amat soal fundamental atau
saham-saham lurus kaya Astra, Bank Mandiri, Bank BCA.. Pokoknya kalau BUMI hari
itu naik, maka yang lain juga bakal naik!’ Lah, logikanya dimana coba???
Logo PT AGIS, Tbk, yang sekarang bernama PT Sigmagold Inti Perkasa (TMPI), perusahaan paling legendaris di kalangan spekulan pencinta saham gorengan |
Lalu bagaimana untuk tahun 2015 ini? Well, sejak market
crash 2008, aturan bursa terkait margin dan short selling diperketat,
dan alhasil meski pertumbuhan ekonomi juga melambat seperti tahun 2008, tapi
IHSG hanya turun belasan persen saja. Beberapa aturan lain seperti perubahan
fraksi harga saham dan batas auto-reject, meski tentunya belum
sempurna, tapi juga mampu menekan tingkat fluktuasi pasar. Pada tahun-tahun
sebelum 2015, anda mungkin terbiasa melihat IHSG naik atau turun sebesar 7 – 8%
dalam sehari, tapi sepanjang 2015 ini IHSG hanya pernah sekali turun sebesar 4%
dalam sehari di bulan Agustus, sementara selebihnya dia bergerak normal.
Setelah kasus Sarijaya, kemudian diberlakukan sistem rekening dana investor
(RDI), dimana dana milik investor tidak lagi dipegang oleh sekuritas melainkan
ditempatkan di bank, dan hasilnya hingga saat ini belum pernah terjadi lagi
kasus yang serupa.
Sementara soal saham-saham gorengan, hingga tahun
2015 ini memang masih ada saja beberapa kasus seperti saham Trada Maritime
(TRAM), Inovisi Infracom (INVS), atau Sekawan Intipratama (SIAP), dan penulis
kira sampai kapanpun akan selalu ada saham-saham seperti itu. Namun dalam kasus
terakhir yakni saham SIAP, pihak OJK dan BEI sudah mulai menerapkan sanksi
kepada pihak yang terlibat, dalam hal ini sekuritas, meski hanya dalam bentuk
suspensi sesaat. Tapi jika trend ini berlanjut maka penulis optimis bahwa
kedepannya investor publik akan lebih terlindungi.
Dan ketiga, jika dulu semua orang hanya swing,
swing, dan swing, beli pagi jual sore, dan saham dari perusahaan kecil gak
jelas yang terbang 20% dalam sehari jauh lebih diminati ketimbang saham blue
chip berfundamental bagus yang menawarkan profit konsisten dalam jangka
panjang, maka belakangan ini para investor sudah lebih ter-edukasi, dimana
penggunaan analisa fundamental, yang merupakan inti terpenting dari investasi,
juga mulai populer (meski belum sepopuler analisa teknikal). Lima tahun lalu
nyaris tidak ada seorangpun yang berbicara soal ‘membaca laporan keuangan’,
atau ‘menghitung valuasi saham’, tapi sekarang dua hal tersebut sudah mulai
umum dikalangan pelaku pasar.
Singkatnya, kalau melihat ‘aturan main’ pasar
modal yang lebih tertata, mulai terdapat proteksi terhadap investor publik, dan
meningkatnya kesadaran dari investor itu sendiri untuk benar-benar berinvestasi
dan bukan malah terjebak dalam permainan spekulasi, maka jelas bahwa pasar
modal Indonesia di tahun 2015 ini sudah jauh lebih baik dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Soal IHSG yang turun, itu hanyalah bagian dari siklus yang
normal. Di Amerika Serikat, dalam 50 tahun terakhir (1965 – 2014), indeks
S&P500 tercatat turun 15 kali pada tahun-tahun tertentu, sementara di tahun-tahun
selebihnya dia naik. Dengan kata lain, indeks S&P500 rata-rata
turun sekali setiap tiga tahun. Dan tahukah anda bahwa dalam 20 tahun
terakhir (1996 – 2015), IHSG totalnya turun 7 kali termasuk di tahun 2015 ini,
dan naik di 13 tahun lainnya?
Jadi berdasarkan statistik sederhana diatas, plus dengan mempertimbangkan beberapa faktor fundamental seperti Fed Rate, naiknya status mata uang Yuan menjadi world currency, kondisi ekonomi makro dalam negeri, kondisi ekonomi di lapangan, realisasi pembangunan infrastruktur, kinerja terbaru emiten, posisi kurs Rupiah, harga komoditas, daaan seterusnya (silahkan anda baca-baca lagi artikel sepanjang tahun 2015 ini), maka
di tahun 2016 mendatang IHSG berpeluang untuk naik, karena memang ‘sudah
gilirannya’ bagi dia untuk naik. Namun mau IHSG naik atau turun, yang terpenting disini adalah bahwa
pasar saham di Indonesia, baik itu otoritasnya maupun para investor didalamnya,
sekarang ini sudah lebih dewasa, dan akan semakin dewasa seiring dengan
berjalannya waktu, karena seringkali proses pendewasaan itu memang cuma soal
waktu saja. Jadi dalam 10 atau 20 tahun kedepan kita akan menyaksikan banyak billionaire yang
terlahir dari lantai bursa dan.. pertanyaannya, sudah siapkah anda untuk menjadi
salah satu diantaranya? :)
Info Investor: Buletin
Analisa IHSG & stock-pick saham bulanan edisi Januari 2016 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya
disini, gratis konsultasi untuk member.
Komentar
Fundamental memang agak ribet tp akan bertahan dalam jangka waktu yg lama
Tapi di artikel diatas tidak disebut soal Fed Rate dll, karena artikelnya memang bukan soal bagaimana pergerakan IHSG di tahun 2016. Anyway, thanks buat masukannya, pada artikel diatas di bagian ‘IHSG di tahun 2016’ sudah dilengkapi dengan link-link ke artikel terkait.
Dan salah satu pioneer yang mempopulerkan aliran fundamental di pasar modal Indonesia tentunya adalah Pak Teguh sendiri.
Dalam hal ini pasar modal Indonesia, diakui atau tidak, berhutang budi kepada Pak Teguh selain juga kepada sang maestro Lo Kheng Hong.
Alangkah baiknya seandainya kita-kita sesama anak-murid dan cucu-murid dari Warren Buffet saling berbagi semangat, ide, dan informasi mengenai pasar modal seperti yang telah dilakukan Pak Teguh dalam blog ini.
Salam longterm investing.
1. Pick/choice stock2 from financial statement. Fundamental analaysis.
2. Learn fase support, konsolidasi,and resistant every stocks picks/no.1 from historical traded or grafis. Teknical analaysis.
3. Close your eyes from every stocks traded, except your pick stocks/no.1.
4. Evaluated every stocks in 3 month from financial statement Q1-Q4 in years.
5. Pray to God and give a little from your gain to others needed/like orphans, poor man, disability man.
Good luck..GBU
Nb. My english is C, any tips from mr.teguh or else?? Thks bef