Sekawan Intipratama: Another Stock Fraud

Rabu kemarin, tanggal 11 November 2015, Bursa Efek Indonesia (BEI) men-suspend (menghentikan sementara) aktivitas perdagangan saham yang dilakukan oleh tiga sekuritas yakni Danareksa, Millenium Danatama, dan Reliance, karena tiga sekuritas tersebut diduga ‘tidak menjalankan prosedur pengendalian internal yang memadai’. BEI melakukan suspensi tersebut setelah menerima laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang menyatakan bahwa tiga sekuritas diatas terlibat dengan aksi goreng saham Sekawan Intipratama (SIAP), yang telah banyak merugikan investor ritel di pasar modal.


Sebenarnya bukan kali ini saja BEI melakukan suspensi pada sekuritas, karena gak sampai dua minggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 29 Oktober, BEI juga men-suspend Trust Securities. However, karena untuk kali ini terdapat tiga sekuritas sekaligus yang di-suspend, dan dua diantaranya merupakan sekuritas yang lumayan besar (Danareksa dan Millenium Danatama), plus saham yang dipermasalahkan memang sudah makan banyak korban (SIAP), maka suspensi ini menjadi perhatian banyak media, analis, dan investor itu sendiri.

Dan terkait SIAP-nya sendiri, ini merupakan kali kesekian dimana sebuah saham dari perusahaan yang tidak jelas entah kenapa naik gila-gilaan dan juga dengan volume transaksi yang tidak masuk akal (SIAP naik dari 80 di awal tahun 2014 hingga tembus 450 pada awal 2015, atau naik lebih dari lima kali lipat waktu setahun, dan setiap harinya jumlah saham yang ditransaksikan mencapai ratusan juta lembar), namun selanjutnya jatuh berantakan dan, sudah tentu, dengan menyeret banyak korban.

Nah, terdapat setidaknya tiga hal yang penulis perhatikan disini. Pertama, BEI dan OJK finally do something to protect the investor. Baru saja pertengahan September lalu, penulis sempat mengkritik dua otoritas tersebut yang seperti membiarkan terjadinya pelanggaran di pasar saham, sama seperti polisi yang membiarkan Konvoy Harley Davidson melanggar lampu merah (anda bisa baca lagi artikelnya disini). Memang, yang dilakukan BEI baru sebatas men-suspend tiga sekuritas yang diduga terlibat, dan hari inipun suspensi tersebut sudah dicabut lagi, namun setidaknya tindakan suspensi ini sedikit banyak telah merusak reputasi dari Danareksa, Millenium Danatama, dan juga Reliance, dimana investor akan mikir-mikir lagi kalo mau buka rekening di tiga sekuritas tersebut. Dalam hal ini tindakan Direktur BEI, Tito Sulistio, patut diacungi jempol karena, coba anda pikir: Kalau anda yang jadi Direktur BEI, maka apakah akan segampang itu untuk men-suspend tiga sekuritas diatas? Karena sudah pasti anda akan ditentang oleh pihak-pihak yang merasa ‘periuk nasi’ mereka terganggu, apalagi mereka sekuritas besar.

Namun kalau suatu institusi melakukan kesalahan, maka mereka tetap harus dihukum tak peduli sebesar apapun institusi tersebut. Penulis harap apa yang dilakukan BEI ini bisa menjadi sinyal bahwa mereka benar-benar berpihak kepada semua pelaku pasar modal termasuk investor ritel, dan tidak hanya berpihak pada pemain-pemain besar saja.

Yang kedua, kejadian ini tentunya menjadi pengingat bahwa sebagai investor, anda harus hati-hati dalam memilih sekuritas, dan penulis serius soal ini: Anda harus hati-hati.

Karena, secara teori, sekuritas seharusnya mendukung investor/nasabahnya untuk bisa sukses dan meraup keuntungan di pasar modal. Namun pada prakteknya, mayoritas perusahaan sekuritas hanya peduli soal trading fee, dan mereka tidak peduli apakah anda untung atau rugi. Atau lebih buruk lagi: Tidak sedikit oknum-oknum pekerja sekuritas yang dengan sengaja mencoba meraup keuntungan yang berasal kerugian investor. Jika di Amerika sana sudah ada Jordan Belfort, seorang pemilik perusahaan sekuritas yang ditangkap dan dipenjara karena kasus ini (dan mungkin ada banyak lagi pemilik sekuritas yang lain yang juga dipenjara), maka di Indonesia penulis belum pernah mendengar pemilik atau karyawan sekuritas yang sampai dipenjara karena kasus insider trading, padahal sekali lagi, kasus SIAP ini sama sekali bukan yang pertama kali (jadi ini adalah tantangan besar bagi anda, Pak Tito Sulistio dan juga temen-temen lainnya di BEI, namun kita akan sangat apresiasi kalau anda bisa berbuat lebih banyak lagi).

Lalu terkait tips-tips untuk memilih sekuritas, anda bisa membacanya disini.

Dan ketiga, kasus SIAP ini seharusnya bisa jadi pelajaran bagi anda, entah itu yang jadi korban atau tidak, untuk tidak lagi berurusan dengan saham-saham gorengan. Sebenarnya gak sesulit itu untuk bisa melihat kalau SIAP ini emang gak beres. Pada Juni 2014, SIAP dijadikan objek backdoor listing untuk PT Indo Wana Bara (IWB), sebuah perusahaan batubara, dimana SIAP menerbitkan saham baru sebanyak 23.4 milyar lembar pada harga Rp200 per saham (sehingga diperoleh dana Rp4.7 trilyun) untuk mengakuisisi IWB. Problemnya adalah, IWB ini sama sekali belum berproduksi dan lebih buruk lagi, IWB masih belum memiliki alat-alat berat dll yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas pertambangan, dan pemegang saham SIAP juga sama sekali gak punya duit untuk membeli alat-alat berat tersebut. Jadi ketika SIAP melakukan right issue senilai Rp4.7 trilyun, maka SIAP sama sekali tidak menerima setoran modal/dana sebanyak itu, dimana pada laporan keuangan perusahaan hanya terdapat aset berupa goodwill senilai Rp4.7 trilyun tersebut.

Nah, dari sini saja sudah keliatan kalau proses right issue SIAP ini gak beres sejak awal, karena bagaimana mungkin sebuah perusahaan batubara yang masih gak berproduksi dan bahkan belum ada apa-apanya sama sekali, bisa-bisanya dihargai sampai Rp4.7 trilyun??? Selanjutnya bisa ditebak: Owner SIAP, entah karena serakah atau apa, me-repo-kan sahamnya yang sebanyak 23.4 milyar lembar tadi, yang sejatinya gak ada nilainya sama sekali (karena itu cuma saham dari sebuah perusahaan yang belum beroperasi), untuk memperoleh dana ratusan milyar Rupiah, biasanya dari dana pensiun atau investor institusi lainnya, dan biasanya pula dengan iming-iming bahwa ‘sahamnya akan dijaga’. Itu sebabnya saham SIAP kemudian dinaik-naikkan untuk memberikan keuntungan pada pemegang repo tadi, dan alhasil pergerakan SIAP jadi nggak wajar sama sekali, dimana dia bisa dengan gampang naik secara ekstrim, tapi juga gampang jebloknya, dan transaksi sahamnya juga kelewat besar untuk sebuah saham kelas third-liner.

Jadi ketika kemudian SIAP akhirnya kolaps, maka terus terang, penulis tidak kaget sama sekali, karena kalau melihat pergerakan serta volume transaksi sahamnya saja sudah sangat jelas kalau ini cuma saham gorengan (masih ingat kasus TRAM kemarin? Baca lagi disini). Fundamental SIAP juga totally bad, dimana ia perusahaan sampai sekarang masih menderita kerugian. Sementara kalau sekarang terdapat beberapa sekuritas yang disebut-sebut terlibat, maka ini memang cerita baru, tapi paling tidak ini bisa jadi pelajaran bagi para sekuritas itu sendiri untuk gak lagi macam-macam. I mean, cari duit di saham emang gak gampang, apalagi dalam kondisi pasar kaya sekarang, tapi mbok ya caranya jangan gitu juga lah!

Anyway, pasar modal bukan hanya tempat bagi para investor, tapi juga tempat bagi para spekulan dan juga mereka-mereka yang menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan. Jadi suka atau tidak, kedepannya akan ada lagi SIAP-SIAP yang lain. Bagi anda yang telah menjadi korban, penulis terus terang tidak tahu apakah anda bisa memperoleh uang anda kembali atau tidak, but at least kerugian tersebut bisa menjadi pelajaran agar anda lebih hati-hati lagi kedepannya (boleh baca lagi artikel yang ini untuk inspirasi). Just remember: Selama anda mainnya lurus-lurus aja dan tidak coba-coba berspekulasi dengan saham-saham gorengan seperti SIAP ini, then trust me, your portfolio will be just fine.

Minggu depan kita akan bahas soal Kalbe Farma (KLBF), and don’t worry guys, karena saham yang satu ini sih jelas bukan gorengan.

Pengumuman: Buku Kumpulan Analisis Saham Pilihan edisi Kuartal III 2015 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini.

Komentar

Vicky Laurentina mengatakan…
Saya punya $SIAP. Cuma 2 lot sih. Beli waktu harganya sekitar 400-an. Saya sudah rela kalau sekarang uangnya nggak akan hilang.

Yang saya masih nggak ngerti, ketika saya membeli saham $SIAP, saya merasa semuanya baik-baik. Saya membaca laporan keuangan mereka. Sales mereka lebih baik dari tahun sebelumnya, ada peningkatan laba usaha, ada peningkatan harga. Jadi ketika $SIAP di-suspend, saya terkejut karena mendapati, bahwa sepertinya ada yang kurang dari cara saya memilih saham untuk dibeli.
Berita Saham mengatakan…
Suspensinya Sesi kedua sudah di buka, jadi cuman di suspend 1.5 hari doang. Harusnya minimal 1 Minggu buat efek jeranya.
Anonim mengatakan…
Hai pake teguh, boleh request untuk bahas saham TAXI yang harga saham nya jeblok baru2 ini ?
Anonim mengatakan…
bagaimana dengan KREN pak yang juga naik tinggi banget..
Adi mengatakan…
Andai BEI lebih tegas dan selektif dalam meneliti proses Right Issue atau IPO abal-abal, maka kasus SIAP dan sejenisnya tidak perlu terjadi. Right issue SIAP untuk akuisisi Indowana perush. tambang batubara yg blm berproduksi, mau jadi pabrik ethanol malahan dengan dihargai lebih dari 4 triliun loh? Sangat tidak masuk akal. Sekedar info Indowana Bara sebelumnya mau backdoor listing lewat PKPK namun gak deal harga.
Pembeli siaga right issue Fundamental Resources juga gak jelas (walaupun penjamin Danareksa), apalagi ada nama Rein** Latief orang lama Bakrie. Duit right issue dari pembeli siaga gak jelas kemana(kantong kiri kantong kanan), sementara yang dari investor apakah untuk operasi tambang batubara? Non sense. Karena SIAP malah nambah hutang, sedangkan Fundamental Resources malah jualan saham sendiri dengan dibantu sekuritas.
BEI harusnya berkaca dengan kasus BIPI, KARK, RINA dan Corporate Action atau IPO yang sangat merugikan investor publik
Anonim mengatakan…
Pak Teguh dengan adanya segregate account dan ksei untuk mengecek kepemilikan saham kita apakah itu sudah cukup aman dari potensi fraud yang dilakukan oleh manajemen sekuritas?
Apakah itu cukup melindungin investor dari kasus-kasus seperti sarijaya dll?
Menurut prediksi anda bagaimana bentuk kecurangan yang bisa dilakukan broker dimasa depan?

Tolong jawab pertanyaan seorang pelaku pasar ritel muda ini yang sedang galau.

Terimakasih sekali atas analisis2 yang sudah anda publish diweb ini. Sangat bermanfaat bagi pelaku pasar ritel kecil seperti saya. :)
Adi mengatakan…
Kasus SIAP bisa dihindari kalau saja BEI lebih selektif dalam memebrikan ijin Corp. Action baik itu right issue, IPO yang gak jelas. Fundamental Resources sebagai pembeli siaga (melalui Rein** Latief) malah jualan SIAP lewat Danareksa Penjamin right issue. Begitu juga kasus lain KARK, BIPI, RINA...kemana BEI selama ini?
kittyprincess mengatakan…
Bapak...usul. tolong dibahas saham PGAS yg susah bangkit dr keterpurukannya... betah aja dibawah 3.000 an
Anonim mengatakan…
Pak, antm bagaimana? Laporan Keuangannya jelek, sudah RI harga kok makin kebawa, bukannya BUMN dijaga oleh pemerintah? Berarti pemerintah juga dalang dalam penurunan harga ANTM.
Anonim mengatakan…
Bung Teguh, minta review antm. Dengan pertimbangan harga, Freeport, pasca RI. Thx

Bukan gorengan tapi digoreng, juga memakan korban.
Unknown mengatakan…
Uang sumber segala keserakahan, yang dapat di raih dengan menyesengsarakan dan membuat rugi investor dengan cara yg ilegal. Bahkan dilakukan oleh perusahaan sekuritas besar semacam danareksa sekuritas yang mengelola asset ratusan milyar...apalah artinya kita dgn dana 100-300 juta saja. Tapi itulah ketamakan. Dan alangkah bijaknya orang seperti pak Teguh yang mau meluangkan waktu berbagi pengetahuan dan pengalaman di blog2 seperti ini kepada investor2 yg tidak dia kenal sebelumnya dan tanpa mengharapkan imbalan sebelumnya. Itulah Beda seorang manejer investasi danareksa sekuritas dengan pak teguh...good job and god bless u.
prayudi mengatakan…
Pak teguh,.. saya pk salah satu sekuritas tsb. Jika demikian bagaimana baiknya,.. tetap stay atau pindahin semua porto. Mohon sarannya,..
sriyanto mengatakan…
jangan di benci, karena pengalaman memang mahal..jadi harus di rasakan sendiri...:), jangan bilang broker juga hanya peduli dengan trading fee...yg lurus jg banyak...toh tanpa fluktuasi Mr Market jadi effisien...so then..let's make mother nature work with his own way, only one who learn will be survive

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?