Ketika Yuan Menggeser Dominasi Dollar
Dalam dua atau tiga
hari terakhir ini, penulis menerima lumayan banyak pertanyaan/permintaan
pendapat tentang isu bahwa dalam waktu dekat, dalam hal ini Oktober mendatang, International
Monetary Fund (IMF) akan mengumumkan bahwa Yuan, mata uang Tiongkok, akan
menjadi ‘pendamping’ US Dollar sebagai world reserve currency, atau
bahasa sederhananya, mata uang utama dunia. Dan jika isu itu benar adanya, maka
posisi USD sebagai mata uang utama dunia akan tidak lagi dominan. Akan terjadi
pergeseran yang luar biasa dimana institusi/individu yang tadinya menyimpan
aset/tabungan mereka dalam mata uang USD, akan segera mengkonversinya ke Yuan (atau
disebut juga Renminbi/RMB), dan itu tentu akan menyebabkan nilai USD menjadi
anjlok.
Ketika Yuan Menggebuk Dollar. Sumber: www.laowaiblog.com |
Isu tersebut
dilontarkan oleh Theo F. Toemion,
seorang money trader terkenal yang juga pernah menjadi Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) antara tahun 2001 hingga 2005. Dan setelah
penulis googling, isu Yuan vs Dollar ini juga memang sudah banyak dibicarakan
oleh orang-orang di bidang pasar uang di seluruh dunia.
Tapi sebelum kita
membahas soal Yuan vs USD ini, maka mungkin kita perlu pelajari dulu ceritanya
dari awal. Okay, here we go:
Sejak tahun 1969, IMF
memiliki mata uang khusus yang disebut ‘special drawing rights’ atau SDR,
dimana IMF menyimpan asetnya dalam bentuk SDR, dan SDR ini hanya bisa
ditukar/dikonversi ke empat mata uang paling penting di dunia, yakni US Dollar, Euro, British Pound Sterling,
dan Japanese Yen. Karena itulah,
nilai SDR juga ditentukan oleh empat mata uang tersebut. Pada review terakhir
yang dilakukan tahun 2010, USD memberikan pengaruh sebesar 41.9% terhadap nilai
SDR, Euro 37.4%, Pound Sterling 11.3%, dan Yen 9.4%.
Selain IMF, bank-bank
sentral di negara-negara yang menjadi anggota IMF, termasuk Bank Indonesia atau
BI, juga bisa menyimpan asetnya dalam bentuk SDR. Namun SDR ini tidak seperti
mata uang biasa yang bisa dipegang/dimiliki oleh institusi swasta/pemerintah
ataupun perorangan, melainkan hanya bisa dipegang oleh bank sentral. Ketika
bank sentral hendak menyalurkan kredit ke bank-bank, maka SDR yang mereka
miliki dikonversi dulu ke salah satu dari empat mata uang tadi, kemudian baru
bisa digunakan.
Nah, IMF secara rutin
me-review tentang mata uang mana saja yang bisa menjadi penentu nilai
SDR, atau dengan kata lain menjadi world
reserve currency, setiap lima tahun sekali. Ketika SDR
diluncurkan untuk pertama kalinya pada tahun 1969, hanya ada satu mata uang
yang menentukan nilai SDR yaitu USD, dimana nilai 1 SDR adalah setara dengan 1
USD. Lalu 15 tahun kemudian yakni tahun 1981, nilai SDR untuk pertama kalinya
ditentukan oleh lima mata uang yang berbeda (tidak hanya USD), yakni USD,
Deutsche Mark, French Franc, Yen, dan Pound Sterling. Lalu sejak tahun 1999
sampai sekarang, ‘komposisi’ SDR berubah lagi menjadi USD, Euro, Yen, dan Pound
Sterling.
Dan inilah yang
menarik: Pada review terakhirnya tahun 2010 lalu, IMF masih menetapkan USD,
Euro, Yen, dan Pound Sterling sebagai mata uang yang bisa langsung dikonversi
ke SDR. Namun ketika itu chairman Bank Sentral Tiongkok, Zhou
Xiaouchuan, mengeluh bahwa Yuan sebagai mata uang Tiongkok seharusnya juga
bisa menjadi salah satu mata uang yang menentukan nilai SDR, mengingat Tiongkok adalah juga
salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, bahkan lebih besar
dari Jepang dan Inggris.
Jadi ketika IMF akan
kembali me-review komposisi SDR, Oktober nanti, maka isu-nya adalah bahwa Yuan
akan diumumkan sebagai mata uang baru yang turut menentukan nilai SDR, dimana SDR akan
bisa langsung dikonversi ke Yuan (tanpa perlu dikonversi terlebih dahulu ke USD, Euro,
Yen, atau Pound Sterling).
Namun ini bukan berarti
Yuan akan seketika itu juga menjadi ‘rival’ bagi USD, malah masih jauh dari
itu, menginat posisi sebagai world reserve currency tidak hanya
ditempati oleh USD, melainkan juga oleh Euro, Pound Sterling, dan Yen. Cukup
jelas bahwa Yuan harus terlebih dahulu menggeser posisi Yen, Pound Sterling,
dan juga Euro sebagai mata uang yang paling berpengaruh terhadap nilai SDR,
sebelum baru kemudian bisa head to head dengan USD.
Hanya memang, jika nanti
Yuan benar-benar diumumkan sebagai world reserve currency yang baru,
maka praktis institusi-institusi besar di seluruh dunia yang selama ini
menyimpan asetnya dalam mata uang USD (atau Euro, Pound Sterling, dan Yen) akan mulai mengkonversinya ke dalam Yuan. Nilai Yuan akan terapresiasi signifikan,
sementara nilai USD dan tiga mata uang lainnya mungkin akan turun.
Pertanyaannya, apakah
IMF benar-benar akan melakukan itu? Dan jika iya, lalu bagaimana dampaknya
terhadap Rupiah, perekonomian Indonesia, dan juga tentunya IHSG?
Ketika Yuan menjadi world
reserve currency yang baru, maka berikut ini adalah hal-hal yang mungkin
akan terjadi:
- Nilai USD mungkin akan turun, termasuk terhadap Rupiah, dimana itu akan berdampak negatif bagi investor/perusahaan yang menyimpan asetnya dalam mata uang USD, namun sebaliknya, akan berdampak positif bagi investor/perusahaan yang memiliki utang dalam mata uang USD.
- Naiknya ‘status’ Yuan akan mempermudah transaksi ekspor impor antara Tiongkok dengan Indonesia, dimana eksportir dari Indonesia tidak perlu lagi mengkonversi Rupiah ke USD (kemudian oleh importir dari Tiongkok dikonversi lagi ke Yuan), melainkan bisa langsung mengkonversinya ke Yuan, demikian sebaliknya. Saat ini Tiongkok masih merupakan mitra dagang/impor terbesar bagi Indonesia.
- Jika nilai USD beneran turun, maka harga-harga komoditas termasuk CPO dan batubara, yang selama ini selalu ditampilkan dalam mata uang USD, mungkin akan mulai merangkak naik.
Sementara terkait bagaimana
dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dan juga IHSG, maka berhubung ini peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnya (terakhir kali IMF mengubah komposisi world reserve currency, itu terjadi tahun 1999, dan ketika itu pergerakan IHSG masih lebih dipengaruhi oleh kondisi domestik pasca krisis moneter), maka terus terang penulis tidak punya bayangan apapun. Mungkin benar kata Mr. Theo bahwa akan terjadi perubahan radikal dimana ada orang-orang yang mendadak jadi miskin, dan sebaliknya, ada orang-orang yang mendadak jadi kaya, tapi bisa juga ternyata tidak terjadi apa-apa. Sejak tahun 2011 lalu kita sudah sering direcoki dengan cerita yang seram-seram kalau Yunani bangkrut. Tapi setelah Yunani barusan benar-benar bangkrut (bangkrut secara teknis, karena rakyat-nya menolak membayar utang ke IMF), nyatanya IHSG masih adem ayem saja tuh (IHSG memang turun, tapi itu lebih karena kondisi ekonomi dalam negeri yang memang nggak begitu baik).
Disisi lain, hal ini masih sebatas isu dimana IMF mungkin akan memutuskan bahwa Yuan akan menjadi anggota world reservce currency, tapi mungkin juga tidak. Jadi mungkin kita bahas nanti lagi sajalah, kalau isu-nya beneran kejadian. Namun jika anda lebih mengerti soal dinamika pasar uang, anda bisa menyampaikan opini/analisis anda terkait Yuan ini melalui kolom komentar dibawah.
Disisi lain, hal ini masih sebatas isu dimana IMF mungkin akan memutuskan bahwa Yuan akan menjadi anggota world reservce currency, tapi mungkin juga tidak. Jadi mungkin kita bahas nanti lagi sajalah, kalau isu-nya beneran kejadian. Namun jika anda lebih mengerti soal dinamika pasar uang, anda bisa menyampaikan opini/analisis anda terkait Yuan ini melalui kolom komentar dibawah.
Buku Kumpulan Analisis
Saham-Saham Pilihan berdasarkan kinerja perusahaan di Kuartal II 2015, sudah terbit! Anda bisa memperolehnya
disini.
Komentar
Kalo diperhatikan pergerakan yuan terhadap rupiah beberapa tahun terakhir, terlihat yuan menguat dibanding rupiah sampai 14% dalam 1 tahun. (mohon koreksi kalau saya salah).
Saya menganalisa efek yang muncul lebih besar dari depegging swiss franc di Januari 2015
Menurut saya tidak ada salahnya mulai mengoleksi yuan dalam jumlah kecil
bagaimana menurut anda semua?
Jadi IMF mikir juga: Let RMB join IMF atau RMB become rival through AIIB.
Kesimpulannya: tanpa atau dengan IMF, Cina sudah punya jalan untuk menduniakan RMB.
sy ingin bertanya kepada mas teguh mengenai prospek saham LPCK (Lippo Cikarang) yang harga saham nya ikut turun seiring dengan saham2 lain nya di tengah lesu nya ekonomi Indonesia, padahal LPCK ini secara kinerja sampai semester 1 ini masih sanggup menghasilkan pertumbuhan laba bersih hingga dua digit .
and pada harga sekarang, PER 5,9x dan PBV 1,8x .
saya ingin meminta pendapat mas teguh,
apakah LPCK ini sudah cukup murah untuk dikoleksi jangka panjang ?
terima kasih .
Mohon maaf telat nanya-nya ...
1. Apakah kalau Yuan jadi dimasukan ke SDR nya IMF berarti komposisinya menjadi tambah (1) yaitu US Dollar, Euro, Poundsterling, Yen + Yuan atau salah satu dari mata uang tersebut akan digant oleh Yuan mis nya US Dollar, Euro, Yen dan Yuan ?
2. Katakanlah Yuan jadi masuk dan menyebabkan pelemahan terhadap US Dollar, apakah impactnya yerhadap harga emas dalam Rupiah ? Mengingat harga emas dari dulu sampai sekarang selalu di quote dalam US Dollar dan biasanya kalau US Dollar melemah harga emas sebaliknya menguat.
Terimakasih sebelumnya Pak Teguh.