2015: 'Tahun Orientasi' Investor
Hari Senin, tanggal 27
Juli 2015 lalu, adalah hari pertama bagi para siswa sekolah untuk kembali masuk
kelas setelah libur panjang lebaran. Dan bagi siswa yang baru saja naik ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (dari SD naik ke SMP, dari SMP naik ke
SMU, dan seterusnya), mereka biasanya akan mengalami ‘masa orientasi siswa’
atau MOS. Meski dalam beberapa kasus, MOS ini lebih mirip tindakan ‘bully’ atau
perploncoan dimana siswa junior dikerjai habis-habisan oleh siswa senior, namun
berdasarkan pengalaman penulis sendiri ketika sekolah/kuliah dulu, tradisi MOS
ini terbilang bermanfaat. Yang paling terasa adalah kebersamaan antar siswa,
dimana kami cepat akrab karena pernah ‘berjuang bersama’ untuk mengerjakan
tugas ini dan itu. Padahal sebelum MOS, kami sama sekali tidak saling mengenal.
Singkatnya, meski masa
MOS terasa melelahkan, namun setelah semuanya berakhir maka barulah MOS
tersebut akan terasa manfaatnya. Pengalaman penulis, beberapa siswa yang tidak
pernah ikut MOS pada akhirnya menjadi agak dikucilkan.
Nah, pada tulisan sebelumnya yang berjudul Tips & Strategi Menghadapi Penurunan IHSG, penulis menyampaikan bahwa dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang
terbilang lesu pada awal tahun (Kuartal I), maka IHSG mungkin akan turun pada
tahun 2015 ini. Namun demikian tidak ada yang bisa memprediksi arah pasar,
dimana jika kedepannya ada perbaikan kondisi ekonomi maka pasar juga akan
meresponnya dengan positif, dan IHSG juga akan naik kembali.
Namun kondisinya
sekarang ini: 1. Rupiah terus melemah, mendekati Rp13,500 per USD, 2. Kinerja
emiten jasa keuangan termasuk perbankan lebih buruk dibanding Kuartal
sebelumnya, terutama disebabkan oleh meningkatnya rasio kredit macet, 3.
Perusahaan-perusahaan terus mengalami penurunan omzet, 4. Istilah ‘PHK’
belakangan ini mulai populer lagi, dan 5. Kondisi ekonomi global juga tidak
kalah lesunya, dimana Yunani masih dilanda krisis, dan Bursa Shanghai,Tiongkok, mulai anjlok besar-besaran.
Grafik pergerakan kurs Rupiah terhadap US Dollar dari awal tahun hingga akhir Juli kemarin. Sumber: Bank Indonesia |
Intinya adalah, diakui
atau tidak, kondisi sekarang lebih buruk dibanding beberapa bulan lalu. Dan
kalau perkembangannya begini terus maka mungkin memang benar bahwa IHSG pada
tahun ini akan turun. Posisi IHSG sendiri pada akhir Juli lalu ditutup di
4,802, atau lebih rendah 8.1% secara year-to-date.
Pertanyaannya, kapan
ekonomi kita akan pulih lagi?
Penyebab lesunya
ekonomi, diluar faktor eksternal seperti penguatan mata uang US Dollar dan
lain-lain, adalah karena Pemerintah mencabut subsidi BBM, listrik, dan
seterusnya, dan itu belum termasuk kenaikan atau pengenaan pajak baru.
Singkatnya Pemerintah menarik dana secara besar-besaran dari masyarakat, dan
inilah yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun, karena duitnya
nggak ada (karena ditarik oleh Pemerintah).
Namun pada akhirnya
uang tadi akan kembali lagi ke masyarakat, dalam bentuk pembangunan
infrastruktur. Penulis kira relatif mudah bagi siapapun, termasuk
mereka yang oposisi terhadap Pemerintah, untuk bisa melihat bahwa Pemerintah
belakangan ini sangat gencar membangun ini dan itu, mulai dari Pelabuhan Kuala
Tanjung di Medan, Sumatera Utara, hingga food estate di
Merauke, Papua. Yang terbaru, baru saja hari Minggu kemarin Presiden meresmikan
dimulainya proyek pembangunan kilang minyak dan gas senilai USD 5.8 milyar di
Donggi Senoro, Sulawesi Tengah.
Nah, ketika Pemerintah
membangun pelabuhan, jalan raya, pembangkit listrik, dan seterusnya, maka
Pemerintah akan mengucurkan sejumlah dana ke kontraktor yang ditunjuk. Oleh si
kontraktor, dana tersebut akan dibayarkan ke sub-sub kontraktor. Para sub
kontraktor ini kemudian akan membeli barang ke supplier dan
membayar gaji ke para pekerjanya. Para pekerja kemudian menggunakan gaji yang
mereka peroleh untuk membeli kebutuhan sehari-hari, katakanlah beras, dan si
pemilik toko beras kemudian membeli beras dari petani, dan seterusnya hingga
uang tersebut beredar kembali ke masyarakat.
Akan tetapi proses
mengalirnya dana dari Pemerintah hingga pada akhirnya kembali lagi ke seluruh
masyarakat, maka itu memerlukan waktu. Logika saja: Ketika
Pemerintah hendak menunjuk kontraktor untuk membangun kilang minyak, maka
proses tender-nya saja bisa berminggu-minggu bukan? Demikian pula ketika
perusahaan kontraktor menunjuk sub-sub kontraktornya, dan para sub kontraktor
ini menunjuk supplier-nya, dan seterusnya, maka itu semua juga akan perlu
waktu.
Tapi yang jelas proses
pembangunan infrastruktur itu beneran sudah dimulai dan bukan sekedar wacana,
sehingga selanjutnya cuma soal waktu sebelum dana yang ditarik Pemerintah dari
masyarakat, pada akhirnya akan kembali lagi ke masyarakat, dan kali plus bonus:
Berbagai macam infrastruktur tadi, yang tentunya akan mendorong perekonomian
untuk melaju kencang kembali, bahkan lebih kencang dari sebelumnya.
Jadi mungkin, tahun
2015 ini adalah tahunnya orientasi investor. Yep, kita sedang menjalani ‘masa
orientasi’ disini! Terutama bagi anda yang memang masih baru (kalau kita sih udah kenyang banget ngalamin kondisi kaya gini). Okay, IHSG mungkin memang akan turun pada tahun ini, anda
sebagai investor mungkin mengalami kerugian (entah itu sudah direalisasikan ataupun masih diatas kertas), dan itu tentu menyebalkan, sama
menyebalkannya seperti ketika putra putri anda diberi tugas yang aneh-aneh oleh
siswa senior disekolahnya.
Akan tetapi pada
akhirnya nanti, ketika seluruh dana yang ditarik Pemerintah kembali ke
masyarakat, ketika roda perekonomian kembali berputar (dan kali ini lebih
kencang), maka ketika itulah para emiten kembali mencatatkan kinerja yang apik,
dan IHSG tentunya akan rallykembali. Tahun ini memang bukan tahun
yang kondusif bagi para investor pasar modal karena memang ekonomi lagi lesu,
tapi sekarang kita sudah tahu apa penyebabnya, dan mudah-mudahan itu adalah
agar kita mampu melompat lebih tinggi lagi di masa yang akan datang. Kalau
melihat Pemerintah sangat cepat dalam memulai pembangunan ini dan itu, maka
penulis kira awal tahun depan akan sudah mulai terasa manfaatnya bagi
perekonomian, yakni ketika dana pembangunan infrastruktur sedikit banyak mulai
tersebar kembali ke masyarakat.
Dan ketika itulah, IHSG
akan mulai merangkak naik kembali. We’ll see!
Catatan: Artikel ini juga dipublish di Harian Bisnis Indonesia edisi hari ini, Senin 3 Agustus 2015.
Pengumuman: Buletin Stockpick Saham Bulanan edisi Agustus sudah terbit! Anda bisa
memperolehnya disini. Gratis konsultasi/tanya
jawab saham langsung dengan penulis bagi member.
Punya komentar/pendapat mengenai situasi ekonomi saat ini? Silahkan menyampaikannya melalui kolom komentar dibawah.
Punya komentar/pendapat mengenai situasi ekonomi saat ini? Silahkan menyampaikannya melalui kolom komentar dibawah.
Komentar
Waktu pemerintah yg benar2 pintar berduduk berkuasa.
saya sangat sependapat. sejauh yang saya amati di tempat saya tinggal, ekonomi memang macam di rem tapi pelan-pelan infrastruktur dibagun di sana-sini. saya pikir sekarang ini orang hanya belum terbiasa dengan pola pembangunan yang baru. karna penduduk terkonsentrasi di pulau jawa, maka apa yang terjadi di pulau ini akan tampak 'menggemparkan'. orang panik duit seolah-olah hilang, padahal sebenernya cuma dilempar ke proyek2 luar jawa. aktivitas seolah sepi, padahal sebenernya cuma berpindah tempat, sekarang ada di laut. yang belanja keliatan ga banyak, padahal cuma beda barang belanjaan aja, dari belanja konsumtif jadi belanja infrastruktur.
tapi pertanyaan saya, apakah ekonomi lemes cuma karna faktor pergeseran belanja negara? apbn masih dibawah 2000 trilyun, padahal uang di masyarakat lebih banyak dari itu. gimana kalo infrastruktur udah digenjot tapi ekonomi global masih lembek?
lagipula ada yang pernah berkata, 'peran pemerintah pada ekonomi sangat minim. segalanya murni digerakkan oleh pasar.'
proyek infrastruktur jumlahnya kalau tidak salah sekitar 400T, dulu pernah saya hitung itu hanya sekitar 3% GDP Indonesia tahun 2014. Apakah akan besar dampaknya?
Dijaman SBY, pemerintah memberi subsidi kpd rakyat spy harga barang terjangkau. Kenapa harga barang tidak terjangkau? Karena production dan distribution cost yang tinggi, karena infrastruktur yang minim. Untuk jangka panjang bagimana supaya barang2x bisa terus terjangkau oleh rakyat? Apakah terus memberi subsidi? Sampai kapan pemerintah kuat memberi subsidi? Atau productio and distribution cost ditekan supaya harga terjangkau rakyat yaitu dengan membangun infrastruktur yang memang sudah kewajiban pemerintah? Menurut saya infrastruktur adalah sesuatu yg sangat fundmental dalam sebuah perekonomian. Apakah subsidi sesuatu yang fundamental? Saya kira nggak.
Bagi mereka yang sinis dengan peran pemerintah dalam ekonomi dan mengatakan ekomoni murni digerakan oleh pasar, maka saya kira saya juga bisa sinis dengan pasar dengan mengatakan "pasar hanya menciptakan bubble".
Tapi meski MP3EI ini sudah direncanakan sejak tahun 2008, namun eksekusinya baru benar-benar dilakukan di tahun 2015 ini. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar.
400T itu untuk tahun 2015 saja setahu saya pak, kalau 4000T sampai tahun 2025 maka 10 tahun benar menjadi sekitar 400T/tahun.
GDP Indonesia tahun 2014 sebesar 888.54 billion US dollars bila dihitung dengan kurs USD/IDR 12.500 maka sekitar 11.106 Triliun rupiah. Bila dihitung gov expenditure 400T dibanding dengan GDP 11.106T dapat sekitar 3.6%
saya juga tidak spendapat dengan statement macam gitu (pemerintah tidak berperan dalam pasar), hanya minta pendapat pak teguh dan rekan2 yg lain aja. hehe
saya baru melakukan perjalanan ke indonesia timur juli kemarin via kapal, dan mengamati sendiri tentang ketimpangan pembangunan yang sering di keluhkan oleh pak Jokowi, termasuk juga pengabaian terhadap potensi laut oleh pemerintah pusat dan rekan2 media massa. satu perkembangan yang cukup menggembirakan adalah perbaikan manajemen BUMN PT. Pelni yang kalo saya amat2i reformasinya mirip PT. KAI jaman Pak Jonan dulu. Sayangnya jarang media meliput, entah karena ini BUMN pelayaran (kita yang di Jawa jarang naik kapal kan), entah karena ini BUMN lebih fokus di Indonesia Timur (suatu daerah yang memang jarang masuk TV kecuali ada bencana besar).
nah, perbaikan2 macam ini perlu waktu, tepat sperti pak teguh. perlu waktu juga bagi masyarakat via media untuk aware bahwa apa yang terjadi saat ini pada ekonomi adalah karena ada perubahan gaya pembangunan. bisa diibaratkan macam kepompong... menderita dulu untuk mencapai kejayaan.