Mengenal Waran: Peluang Serta Risikonya
Pada November 2014
kemarin penulis memutuskan untuk membeli saham di sektor konstruksi, dalam hal
ini Nusa Raya Cipta (NRCA) pada harga
rata-rata 910, karena saya melihat bahwa sektor ini mungkin akan diuntungkan dengan
rencana pembangunan infrastruktur jangka panjang oleh Presiden Jokowi yang baru
saja dilantik sebulan sebelumnya. Lalu kenapa NRCA yang dipilih? Well, itu karena,
setelah mempertimbangkan 1. Kualitas fundamental perusahaan, baik secara historis
maupun kinerja terbarunya, serta 2. Valuasi sahamnya (dalam value investing,
cuma dua itu saja yang kita lihat, abis itu baru liat prospeknya jika ada), maka NRCA memang merupakan pilihan yang
paling masuk akal dibanding tujuh saham konstruksi lainnya yang tersedia di
pasar. Lebih detail terkait NRCA, baca lagi analisisnya
disini.
Tak disangka, NRCA sama
sekali tidak butuh ‘jangka panjang’ untuk bisa naik signifikan, dimana hanya
dalam tempo dua atau tiga bulan berikutnya dia naik hingga sempat tembus 1,600,
atau jauh diatas level 1,200 yang penulis targetkan sebelumnya (meski memang
yang perlu dicatat disini adalah, ketika itu tidak cuma NRCA yang naik, tapi
semua saham konstruksi termasuk Adhi Karya dkk juga turut naik). However,
setelah mempertimbangkan bahwa kenaikan tersebut terlalu cepat dan juga bukan
karena benar-benar ditopang oleh faktor fundamental melainkan lebih karena faktor
euforia dan berbagai sentimen positif (popularitas serta harapan terhadap Presiden Jokowi ketika itu
lagi tinggi-tingginya), maka penulis memutuskan untuk keluar saja dulu.
Nah, meski keuntungan yang dihasilkan NRCA ketika
itu terbilang lumayan, namun seorang teman kemudian mengirim email yang isinya
kurang lebih sebagai berikut: ‘Pak Teguh gak ngambil waran NRCA? Soalnya saya
lihat kenaikannya jauh lebih tinggi dibanding kenaikan saham NRCA itu sendiri. Terus
waran itu apa sih?’ Setelah penulis
cek, ketika NRCA naik banyak, ternyata waran-nya (kodenya NRCA-W) memang naik
lebih banyak lagi, dalam hal ini dari 200-an hingga sempat menembus 500, atau
dengan kata lain kenaikannya mencapai 150% (meski belakangan NRCA-W turun lagi
dan sekarang berada di posisi 185). Sementara NRCA, dalam waktu yang bersamaan,
kenaikannya ‘hanya’ sekitar 70% (dari 900-an ke 1,600-an). Hal ini kemudian
menimbulkan pertanyaan: Jika kita menemukan bahwa sebuah saham menarik untuk
dibeli, sementara saham tersebut memiliki waran (tidak semua saham memiliki
waran), maka kenapa gak ambil waran-nya saja? Karena siapa tahu keuntungan yang
dihasilkan bisa lebih besar!
Dari sinilah penulis baru ingat bahwa kita belum
pernah membahas soal waran di website ini, padahal mungkin anda juga masih
belum mengerti, apa itu yang dimaksud dengan waran? Dan benarkah waran dari
sebuah saham menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dibanding saham itu
sendiri? Okay, kita langsung saja.
Waran adalah semacam kupon, dimana pemilik satu lembar waran bisa menggunakan waran
tersebut untuk membeli satu lembar saham baru yang akan diterbitkan kemudian (saham
baru tersebut hanya akan diterbitkan jika waran tersebut benar-benar digunakan),
pada harga yang sudah ditentukan
sebelumnya atau biasa disebut harga
exercise, jadi bukan berdasarkan harga pasar. Analoginya seperti jika
Pemerintah menggelar operasi pasar dengan menjual beras langsung ke masyarakat,
dimana Pemerintah akan membagikan kupon kepada orang-orang tertentu yang sudah
dipilih, dan orang-orang ini akan bisa menggunakan kupon tersebut untuk membeli
beras dari Pemerintah pada harga yang sudah ditentukan, yang biasanya lebih
rendah dibanding harga beras di pasar. Operasi pasar ini biasanya bertujuan
untuk menurunkan harga beras di pasar, jika sebelumnya harga beras tersebut
telah naik terlalu tinggi.
Waran biasanya diterbitkan oleh perusahaan secara bersamaan ketika perusahaan
tersebut menerbitkan saham baru, entah itu melalui IPO atau right issue, dimana
waran tersebut akan diberikan secara cuma-cuma kepada investor yang membeli
saham baru yang diterbitkan. Tujuannya tentu, agar investor menjadi lebih
tertarik untuk ikut dalam IPO/right issue-nya. Pada contoh NRCA, ketika
perusahaan menggelar IPO pada Juni 2013 di harga perdana Rp850 per saham, para
investor yang ikut IPO-nya juga menerima 1 lembar waran secara gratis untuk
setiap 3 lembar saham NRCA yang mereka beli. Let say, seorang investor membeli
300,000 lembar saham NRCA, sehingga ia memperoleh NRCA-W sebanyak 100,000
lembar. Segera setelah NRCA listing dan mulai diperdagangkan di bursa, maka
demikian pula hal-nya dengan NRCA-W turut diperdagangkan. Jika harga NRCA-W ini
naik dari Rp0 (karena NRCA-W ini kan diperoleh investor secara gratis, sehingga
nilai awalnya adalah nol), menjadi katakanlah Rp100, dan si investor tadi menjual
waran-nya pada harga Rp100 tersebut, maka praktis ia bakal memperoleh keuntungan
sebesar 100,000 x Rp100, alias Rp10 juta,
boleh dibilang secara cuma-cuma karena ia tidak mengeluarkan biaya sama sekali
untuk memperoleh NRCA-W tersebut.
Logo PT Nusa Raya Cipta, Tbk |
Sementara ketika seorang investor membeli NRCA-W
di pasar pada harga Rp100 per waran, misalnya, maka selanjutnya ia memiliki dua
opsi. Yang pertama, menjualnya kembali sebelum
masa berlaku waran tersebut habis, atau yang kedua, benar-benar menggunakan
waran tersebut untuk membeli saham NRCA pada harga exercise-nya, sekali lagi, sebelum
masa berlaku waran tersebut habis.
Karena seperti halnya kupon pada umumnya, waran
ini juga ada masa berlakunya, dimana
jika waran tersebut belum juga digunakan untuk membeli saham hingga lewat
tanggal kadaluarsa/expire-nya, maka dia akan dianggap hangus. Kalau pake contoh NRCA-W, maka tanggal expire-nya adalah 27 Juni 2016 (masih agak lama). Jika
anda memegang NRCA-W dan sampai tanggal tersebut anda belum menggunakannya
untuk membeli saham NRCA pada exercise-nya, yakni Rp1,050, maka waran anda akan hangus dengan sendirinya. Yang
dimaksud dengan hangus disini adalah, jika anda membeli waran tersebut senilai
Rp100 juta, misalnya, maka uang Rp100 juta tersebut akan benar-benar habis sama
sekali, atau dengan kata lain kerugian anda mencapai 100%, jika anda gagal
untuk menjualnya sebelum masa berlakunya habis, atau menggunakannya untuk
membeli saham NRCA pada harga 1,050 tadi.
Nah, dari sini anda akan bisa melihat apa penyebab
naik turunnya harga sebuah waran, dalam hal ini NRCA-W: Ketika harga saham NRCA
di pasar terus saja naik hingga lebih dari 1,600, maka praktis investor yang
memegang NRCA-W akan memperoleh keuntungan yang substansial jika menggunakan
NRCA-W tersebut untuk membeli NRCA pada harga exercise-nya yakni 1,050,
kemudian menjualnya pada harga pasar yakni 1,600 (keuntungannya mencapai Rp550
per saham). Karena adanya potensi keuntungan tersebut, maka investor akan
ramai-ramai memburu NRCA-W di pasar, dan alhasil harganya akan naik signifikan.
Ketika beberapa waktu lalu NRCA-W sempat naik dari 200-an hingga menembus 500-an,
maka itu karena investor yang membeli NRCA-W pada harga 500 tersebut berpikir
bahwa uang yang ia keluarkan akan balik modal ketika nanti ia menggunakan waran
tersebut untuk membeli saham NRCA pada harga 1,050, dan menjualnya pada harga
1,600 (jadi total modalnya Rp500 untuk membeli waran, plus Rp1,050 untuk
membeli/menebus saham baru, sehingga totalnya Rp1,550 per saham. Karena saham NRCA
kemudian dijual pada harga pasar yakni Rp1,600, maka keuntungannya adalah Rp50
per saham).
Dari sini bisa disimpulkan bahwa, ketika sebuah
saham naik atau turun sebesar katakanlah Rp500, maka waran-nya kemungkinan juga
akan naik (atau turun) sebesar kurang lebih Rp500 juga. Pada contoh kasus NRCA,
ketika sahamnya naik dari 900 menjadi 1,600, maka waran-nya ternyata juga naik
dari 200 hingga 500 (atau jika dihitung dari harga awal-nya yakni Rp0, maka nominal
kenaikan NRCA-W mencapai Rp500). Let say, jika anda membeli NRCA di harga 900
dan menjualnya tepat di 1,600, maka keuntungan anda adalah lebih dari 70%. Tapi
jika anda membeli NRCA-W di 200 dan menjualnya di 500, maka keuntungannya
adalah 150%, atau lebih dari dua kali lipatnya!
Jadi sekali lagi pertanyaannya, ketimbang membeli
sebuah saham sementara saham tersebut ada waran-nya, maka kenapa gak ambil
waran-nya saja?
Meski demikian, perhatikan pula risikonya: Jika
NRCA ini bukannya naik tapi malah turun (kita tidak pernah benar-benar bisa
menebak apakah sebuah saham akan naik atau turun bukan?), katakanlah dari 900
dia turun ke 800 alias turun Rp100, maka demikian pula NRCA-W bisa turun sebesar
Rp100, dari 200 menjadi sisa 100 perak. Ini berarti kerugian yang anda derita
kalau memegang NRCA hanya skitar 10%. Tapi jika yang anda pegang adalah NRCA-W,
then well, kerugiannya mencapai 50%. Selain itu, seperti yang sudah disampaikan
diatas, jika sampai tanggal expire-nya anda tidak juga menggunakan NRCA-W yang
anda pegang untuk membeli saham NRCA (dan itu sangat mungkin terjadi. Jika
mendekati tanggal 27 Juni 2016, harga NRCA di pasar ternyata masih dibawah
harga exercise waran-nya yakni 1,050, maka para pemegang NRCA-W tentunya tidak
punya alasan sama sekali untuk menggunakan waran yang mereka pegang untuk
membeli saham NRCA), maka waran tersebut akan hangus, dan kerugian anda
mencapai 100%.
Karena itulah, atau setidaknya sampai dengan saat
ini, penulis belum pernah membeli waran. Karena dalam berinvestasi, kita tidak
melulu hanya melihat soal seberapa besar keuntungan yang bisa diperoleh, tapi juga
seberapa besar kerugian yang mungkin diderita. Dan potensi keuntungan sebesar
sekian puluh persen dari sebuah saham adalah sudah cukup baik terutama jika
disisi lain risikonya juga terbatas, dibanding waran yang, meski ia mungkin menawarkan
keuntungan hingga 100%, tapi disisi lain risikonya juga sangat besar. Selama berinvestasi di saham, saya pernah beberapa kali menderita kerugian yang signifikan (diatas 10%) dari saham-saham tertentu, dan risiko kerugian tersebut sudah diperhitungkan sebelumnya. Tapi kalau mengambil risiko menderita kerugian hingga 100%, kayanya mending nggak usah deh.
Selain itu ketika anda memegang saham dari sebuah perusahaan yang sangat bagus, maka anda mungkin bisa memegang saham tersebut untuk seterusnya (selama harganya belum naik terlalu tinggi, dan selama fundamental perusahaan masih sangat bagus, maka ngapain dijual?), sehingga anda bisa memegangnya dengan santai tanpa adanya tekanan harus cepat-cepat menjualnya. Sementara waran, cepat atau lambat anda tetap harus menjualnya karena ia bukanlah aset keuangan yang riil seperti halnya saham, melainkan hanya selembar kupon yang tidak akan memiliki nilai lagi ketika masa berlakunya sudah habis.
Selain itu ketika anda memegang saham dari sebuah perusahaan yang sangat bagus, maka anda mungkin bisa memegang saham tersebut untuk seterusnya (selama harganya belum naik terlalu tinggi, dan selama fundamental perusahaan masih sangat bagus, maka ngapain dijual?), sehingga anda bisa memegangnya dengan santai tanpa adanya tekanan harus cepat-cepat menjualnya. Sementara waran, cepat atau lambat anda tetap harus menjualnya karena ia bukanlah aset keuangan yang riil seperti halnya saham, melainkan hanya selembar kupon yang tidak akan memiliki nilai lagi ketika masa berlakunya sudah habis.
Waran adalah salah satu dari sekian banyak instrumen derivatif yang diperdagangkan
di Bursa Saham diluar saham itu sendiri. Waran merupakan salah satu bentuk dari
options, yakni instrumen derivatif
yang memberikan pemiliknya pilihan/opsi (opsi, bukan kewajiban) untuk membeli
atau menjual saham atau aset keuangan lainnya pada harga yang sudah ditentukan
sebelumnya, sebelum masa berlaku options tersebut berakhir. Selain options,
terdapat juga futures dan swaps. Dan seperti halnya waran,
berbagai instrumen derivatif tersebut biasanya juga menawarkan potensi
keuntungan yang besar, tapi disisi lain risikonya juga sangat besar. Penulis
tidak tahu apakah setelah waran ini, kita akan membahas lebih lanjut soal
derivatif ini kedepannya, karena terus terang saya tidak tertarik sama sekali (mending invest biasa-biasa saja lah, gak usah macem-macem. Yang
penting masih bisa makan enak, tidur nyenyak, dan tetep cuan). Tapi sebelum
itu, silahkan anda pelajari sendiri berbagai istilah diatas dengan konsul ke
Mbah Google atau Wikipedia, gampang kok.
Penulis mengadakan acara temu investor, diskusi, serta gathering di
Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 23 Mei
2015. Untuk ikut bergabung (masih ada kursi tersedia), keterangan selengkapnya baca
disini.
Pengumuman: Buku Kumpulan Analisis Saham edisi Kuartal I
2015 (ebook kuartalan) sudah terbit dan sudah bisa
anda baca. Anda bisa memperolehnya
disini.
Komentar
bagaimana dengan prosfek saham ini. trima kasih yah
warran mainan ane sejak 2010
lumayan bisa 100% sehari.
tp resikonya juga sebanding