Steel Pipe Industry of Indonesia

Sejak listing perdana pada 22 Februari 2013 lalu di harga 295, saham Steel Pipe Industry of Indonesia, yang sering juga disingkat Spindo (ISSP), bukannya naik tapi malah turun.. dan terus turun hingga sempat menyentuh 131 sebagai titik terendahnya, meski kemudian mulai naik lagi dan terakhir ditutup di 168. Kalau melihat model bisnisnya yang nggak biasa, yakni membuat dan menjual pipa-pipa baja, ISSP memang agak sulit untuk dijadikan pilihan investasi jangka panjang karena kinerja perusahaan kedepannya bisa sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan baku, pelemahan Rupiah, dll. However, kalau melihat valuasi sahamnya yang terdiskon, manajemennya yang konservatif, serta kinerja terbaru perusahaan yang jelas-jelas masih oke, maka ISSP ini terlalu menarik untuk diabaikan. Okay, berikut ulasan selengkapnya.


ISSP adalah perusahaan produsen pipa baja terbesar di Indonesia yang bermarkas di Surabaya, dimana perusahaan menjual produk berupa pipa baja berbagai bentuk dan ukuran untuk pelanggan industri, konstruksi, minyak dan gas, hingga pabrik otomotif. Selain menjual pipa baja jenis stainless steel dan karbon, ISSP juga menyediakan jasa pelapisan dan pemotongan lembaran baja. Hingga akhir tahun 2012 perusahaan memiliki lima buah pabrik dimana tiga diantaranya berlokasi di Surabaya, dan dua lainnya di Pasuruan, Jawa Timur, dan Karawang, Jawa Barat. Meski sudah berdiri dan beroperasi sejak tahun 1971, namun hingga saat ini perusahaan hanya fokus pada pembuatan pipa baja saja, dan tidak merambah bidang lain yang masih berkaitan seperti mendirikan pabrik baja, atau membuat produk baja lain selain pipa, seperti kawat baja, baja konstruksi, dan seterusnya (ada jasa pemotongan baja, namun kontribusinya terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan terbilang kecil). Namun dari sudut pandang investor hal ini justru bagus karena itu berarti perusahaannya bisa fokus pada satu jenis bidang usaha saja. Dan meski nama perusahaannya kurang terkenal di mata orang awam, namun dikalangan industri, Spindo sudah cukup dikenal sebagai perusahaan spesialis pipa baja.

Nah, diatas penulis mengatakan bahwa bisnis pipa baja yang dijalani ISSP ini sangat rentan terhadap kenaikan harga lembaran baja sebagai bahan baku pembuatan pipa, fluktuasi nilai tukar Rupiah (karena sebagian lembaran baja tersebut diperoleh dari impor), dan perkembangan dari pasar pipa baja itu sendiri, yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan industri-industri yang membutuhkan pipa baja. Makanya penulis tidak heran ketika melihat bahwa di tahun 2009 lalu, ISSP menderita kerugian hingga Rp308 milyar akibat pengaruh krisis global. Meski demikian diluar tahun 2009 tersebut, laba bersih serta ekuitas perusahaan senantiasa bertumbuh hingga saat ini.

Kemudian soal prospek kedepannya, ketika perusahaan menggelar IPO kemarin, duitnya dipakai untuk membangun pabrik anyar di Gresik, dan menambah kapasitas pabrik yang sudah ada di Karawang dan Pasuruan. Namun karena pabriknya belum jadi, maka sejauh ini hasilnya belum kelihatan. Kinerja ISSP yang cukup bagus dalam setahunan terakhir ini lebih karena turunnya harga bahan baku baja, sehingga margin laba perusahaan meningkat (dan yang kena dampak negatifnya malah Krakatau Steel/KRAS, yang merupakan salah satu supplier lembaran baja ke ISSP). Penulis sendiri tidak terlalu tertarik dengan prospek ISSP berdasarkan pabrik barunya tersebut, karena kita tidak tahu bagaimana perkembangan industri pipa baja kedepannya. I mean, percuma saja jika nanti pabriknya beroperasi namun ketika itu permintaan akan pipa baja ternyata menurun, atau jika harga lembaran baja naik.

Tapi yang membuat saham ini menarik adalah valuasinya. Kalau anda mengakuisisi 100% saham ISSP pada harga sahamnya saat ini, yakni Rp168 per saham, maka anda akan mengeluarkan dana Rp1.2 trilyun, untuk memperoleh aset bersih senilai total.. Rp2.0 trilyun. Dan kabar baiknya, mayoritas aset ISSP merupakan aset lancar seperti piutang usaha, persediaan bahan baku lembaran baja, hingga persediaan pipa baja siap jual, yang bisa dengan mudah dilikuidasi setiap saat. Jadi seperti yang pernah penulis bahas di Petrosea (PTRO), kalau anda membeli ISSP ini pada harganya saat ini, maka anda sudah untung tanpa perlu lagi berharap bahwa perusahaan akan terus mencetak laba bersih yang besar seperti sekarang (pada Kuartal I 2014, ROE-nya 17.0%, cukup besar untuk ukuran perusahaan manufaktur yang marginnya biasanya kecil).

Dan kalau anda membeli 100% saham ISSP ini pada harga terendahnya, yakni Rp131 per saham, maka anda akan mengeluarkan dana Rp941 milyar untuk memperoleh modal kerja bersih (aset lancar ISSP dikurangi kewajiban lancarnya) senilai Rp951 milyar, belum termasuk aset-aset tetap seperti pabrik, kendaraan, dll. Hal ini mengingatkan penulis ketika pada tahun 1962, Warren Buffett membeli Berkshire Hathaway pada PBV 0.8 kali berdasarkan nilai modal kerja bersihnya saja, diluar aset-aset tetap milik perusahaan. Jadi  yap,memang ISSP ini murah sekali.

Sementara berbeda dengan PTRO yang kinerjanya masih lesu, kinerja ISSP sama sekali nggak ada masalah. Pendapatan perusahaan masih naik 24.5% alias cukup signifikan, dan laba bersihnya pun masih naik. Penulis tidak tahu bagaimana kinerja perusahaan kedepannya, namun kalau berdasarkan kinerja terbarunya saat ini, maka harga sahamnya terbilang nggak wajar karena terlalu rendah. Posisi ISSP saat ini seharusnya berada di level 250 atau diatasnya, dan kalau diatas itu maka barulah dia nggak bisa dikatakan murah lagi, karena PBV-nya sudah diatas 1 kali.

So, meski saham ini mungkin tidak bisa dipegang untuk periode katakanlah 2 – 3 tahun, namun dalam jangka yang lebih pendek ISSP mungkin menawarkan gain yang lumayan. Pergerakan sahamnya sendiri, setelah terus menerus ditekan hingga jatuh ke 130-an pada Januari lalu, kesininya trend-nya secara teknikal mulai positif dimana ISSP, perlahan tapi pasti, terus merangkak naik. Ada juga yang bilang bahwa ISSP ini mungkin sengaja dijongkokin sama bandar, but as long as it is undervalue, then I don’t care.

However, karena sejak awal kinerja perusahaan bisa berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka jika anda berminat dengan saham ini maka gunakan dana sedikit saja, dan jangan memegangnya terlalu lama. Sebab jika nanti di periode berikutnya kinerja ISSP ternyata turun, maka sahamnya pun akan sulit untuk naik, dan bisa jadi pula harga sahamnya yang rendah saat ini memang mencerminkan outlook-nya yang suram. Well, tapi mudah-mudahan kejadiannya tidak demikian.

PT. Steel Pipe Industry of Indonesia, Tbk
Rating Kinerja pada Kuartal I 2014: A
Rating saham pada 168: AA

Buku kumpulan analisis dan rekomendasi saham kuartalan edisi Kuartal I 2014 sudah terbit hari ini. Dan anda bisa memperolehnya disini.

Komentar

Anonim mengatakan…
kalau boleh tahu mas teguh, share market issp dalam industri pipa ini berapa ya? dan ke depannya bagaimana kira2 kontribusi issp dalam proyek pipanisasi gas di indonesia? tq u. xo9.
Teguh Hidayat mengatakan…
@Anonim Soal market share tidak ada angka persisnya berapa persen kecuali bahwa perusahaan adalah salah satu yang terbesar, namun soal kontribusi ISSP di proyek pipa gas milik PGAS, ISSP adalah salah satu supplier utama untuk pipa-pipa baja diluar dua supplier lainnya yakni PT KHI Pipe dan PT Indal Steel Pipe.
Anonim mengatakan…
kalo menurut mas teguh GWSA gimana ? Sekarang PBV dibawah satu, kayaknya gara-gara tahun 2013 penjualannya anjlok. Tapi tahun 2012 kinerjanya bagus tuh. Tahun 2014 kuartal saru labanya juga naik lagi.

Puti
Anonim mengatakan…
Sebagai tambahan sy memberi gambaran kondisi pasar baja di thn 2009, Rugi di thn tsb dialami bukan karena fluktuasi rupiah maupun kenaikan harga lembaran baja, tetapi Penurunan harga baja( sempat menyentuh 13000-14000/kg di pertengahan 2008, perlahan anjlok hingga 6000/kg di thn 2009). Jadi kerugian karena persedian bahan baku tidak dpt dielakkan oleh semua pihak dari produsen, distributor hingga pemain besi tua saat itu, yang diuntungkan pihak kontraktor.kalo dlm kondisi kenaikan / penurunan normal spindo masih dpt menjaga margin. Harga jual Spindo lebih premium dibandingkan produk sejenis.
Surya Logam mengatakan…
Semoga semua faktor pemicu kenaikan harga nikel yang berimbas pada melonjaknya harga logam stainless steel dapat segera teratasi sehingga harga logam stainless steel dapat kembali normal
Anonim mengatakan…
pak teguh apakah bapak ada prospektuk nya issp waktu baru ipo ? kalau ada boleh minta ga ? email saya = lien_hua_david@yahoo.com thankss ya pak
Anonim mengatakan…
Pak, target price issp berapa ya? Minggu ini naik banyak tuh.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?