Investor Berpengalaman vs Pemula: Which is Better?
Hari ini penulis menerima email yang isinya kira-kira begini, ‘Pak Teguh,
saya investor newbie/pemula. Terus terang saya takut sekali untuk membeli saham, saya
takut salah kemudian rugi. Apalagi saya baca-baca di internet, katanya seorang investor
saham hampir pasti akan menderita kerugian di tahun pertamanya karena belum
berpengalaman. Apa nggak ada cara agar saya bisa langsung untung di saham?’ Nah, penulis terus terang bingung juga menjawabnya bagaimana. Tapi
berhubung ini mungkin pertanyaan umum dari kebanyakan investor baru atau calon
investor, maka sekalian saja saya bikin artikelnya.
Jadi begini. Seorang investor yang masih baru alias newbie, yang masih
belum berpengalaman dan juga masih belum sepenuhnya menguasai cara untuk
menganalisis saham, kemungkinan memang akan mengalami kerugian di tahun
pertamanya di pasar modal. Beberapa investor bahkan masih mengalami kerugian
pada tahun kedua, ketiga, dan seterusnya, biasanya jika mereka sejak awal tidak
bisa meluangkan waktu untuk belajar analisis saham, atau memang tidak mau
melakukannya. Para ‘investor’ ini selamanya berstatus sebagai newbie, karena
mereka tetap tidak tahu cara untuk memilih saham atau mengendalikan emosi
mereka dalam melakukan keputusan buy,
hold, atau sell.
However, yang juga perlu dicatat disini adalah, tidak ada jaminan bahwa
investor yang sudah berpengalaman, yang sudah melahap buku-buku tentang
investasi dan mengerti cara analisis saham hingga sedetil-detilnya, yang sudah
kenyang merasakan euforia dan market
crash, sudah pasti akan untung. Seperti yang tentunya sudah anda ketahui, investor
sekelas Warren Buffett pun bisa saja mengalami kerugian. Termasuk investor
besar di tanah air, Bapak Lo Kheng Hong, saat ini sedang nyangkut parah di
saham-saham Bakrie, padahal beliau kurang pengalaman apa coba?
Tapi kalau anda baca annual letter yang
ditulis Warren Buffett, maka anda akan memperoleh informasi yang bagus sekali
tentang ‘Investor Berpengalaman vs Newbie’ ini. Di salah satu Annual
Letter-nya, Buffett pernah bilang kalo setiap tahunnya, dia selalu memulai
pekerjaan dari awal lagi. Kalau di tahun kemarin dia cuan 20%, maka pada tahun
ini ia belum tentu akan cuan sebesar itu juga. Kalau selama sepuluh tahun
berturut-turut sebelumnya dia cuan rata-rata 20% per tahun, maka tetap saja,
pada tahun ini belum tentu dia akan cuan sebesar itu juga.
Intinya dalam investasi, seperti juga yang sering anda baca di iklan-iklan
reksadana, tidak ada jaminan atau
garansi bahwa kinerja yang baik (atau buruk) di masa lalu akan terulang di masa
yang akan datang. Hanya karena anda sudah berpengalaman selama lima tahun
sebagai investor saham, misalnya, maka itu bukan berarti bahwa kinerja investasi
anda pasti akan lebih baik dibanding investor yang baru masuk pasar, atau sebaliknya
lebih buruk dibanding investor lain yang berpengalaman selama sepuluh tahun.
Bukti sahih akan hal ini adalah, sepanjang karier investasinya, Buffett
hanya pernah dua kali loss yaitu di tahun 2001 dan 2008, atau justru setelah
dia berpengalaman selama 45 tahun (dihitung sejak ia menjalankan partnership-nya
untuk pertama kali pada tahun 1956). Sementara pada awal-awal kariernya sebagai
value investor, yakni di awal tahun 1960-an, dia malah cuan terus. Fakta
menarik lainnya adalah, pada rentang waktu antara tahun 1965 hingga 2008, kinerja Berkshire
Hathaway hanya kalah enam kali dibanding kinerja indeks S&P 500. Tapi pada
tahun 2009 hingga terakhir tahun 2013 kemarin, pertumbuhan aset bersih Berkshire sudah empat kali ‘kalah
cepat’ dibanding kenaikan S&P 500, yakni di tahun 2009, 2010, 2012, dan 2013.
Demikian pula dengan Bapak Lo Kheng Hong. Sejak ia memulai karier
investasinya pada tahun 1989, tidak banyak kisah sukses yang bisa diceritakan,
yang ada ia malah rugi besar ketika krisis moneter di tahun 1998. Milestone LKH
sebagai investor besar baru dimulai pada tahun 2002 ketika ia membeli United Tractors
(UNTR) di harga 400 dan menjualnya di 5,000-an beberapa tahun kemudian, sebelum
kemudian ia sukses besar lagi di saham-saham lain seperti Multibreeder Adirama
(MBAI), Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), Lippo Cikarang (LPCK), Gajah Tunggal
(GJTL), dan seterusnya. Tapi toh, berbagai track record yang luar biasa serta
pengalaman yang segudang tersebut tetap saja tidak menjamin bahwa LKH akan selamanya
untung terus. Dalam dua atau tiga tahun terakhir ini, kinerja investasi LKH
terbilang kalah telak dibanding pasar, terutama karena keputusannya untuk masuk
ke saham-saham Grup Bakrie. Memang, bisa saja keputusan LKH membeli BUMI dkk
pada akhirnya ternyata merupakan keputusan yang tepat (who knows?), tapi yang
jelas untuk saat ini ia masih mengalami kerugian.
Jadi intinya, sekali lagi, tidak ada hubungan antara pengalaman dengan
kemampuan seorang investor dalam menghasilkan keuntungan. Ketika seorang investor
newbie mengalami kerugian maka itu bukan karena ia belum berpengalaman, melainkan
lebih tepatnya karena ia masih belum
menguasai cara menganalisis saham atau belum mampu mengendalikan emosinya. Makanya
diatas penulis mengatakan bahwa kalau seorang ‘investor’ sama sekali tidak
mengerti cara membaca laporan keuangan dll, maka tak peduli meski ia sudah main
saham selama satu abad sekalipun, ia tetap merupakan seorang newbie. Seorang
investor baru bisa dikatakan berpengalaman jika ia sudah mampu menganalisis saham
dan mengendalikan emosinya dalam setiap pengambilan keputusan. Dan jika ia
sudah mencapai tahap tersebut setelah beberapa bulan saja di pasar modal, maka
ia sudah memiliki kualifikasi yang sama baiknya dengan investor lain yang sudah berpengalaman
puluhan tahun.
Namun ketika seorang investor sudah berpengalaman (‘berpengalaman’ disini
adalah sesuai definisi diatas, yakni bisa menganalisis dan mengendalikan
emosinya dalam setiap pengambilan keputusan), maka itu tetap saja tidak bisa
dijadikan jaminan bahwa ia akan untung. Contoh sederhana saja: Pada tahun 2008
lalu ketika IHSG anjlok lebih dari separuhnya, adakah satuuuu saja investor yang
paling tidak tidak mengalami kerugian?
Tapi kalau ternyata pengalaman tidak bisa menjamin apapun, lalu bagaimana
caranya agar kita bisa untung terus? Well,
unfortunately, penulis harus katakan bahwa tidak
ada cara agar kita bisa untung terus setiap kali membeli saham. Anda, suka
atau tidak, pasti akan pernah mengalami kerugian dari saham-saham tertentu.
Karena bahkan jika anda amat sangat baik dalam memilih saham sehingga anda tidak
pernah keliru dalam memilih saham yang undervalue
atau menawarkan prospek pertumbuhan yang signifikan, namun nilai portofolio
anda akan tetap turun ketika IHSG anjlok. Kuncinya disini bukanlah bagaimana
caranya agar kita bisa untung terus, namun anda harus menyadari bahwa investasi
saham itu adalah sebuah pekerjaan yang
terus menerus dan tanpa henti, entah itu dalam kondisi bull market maupun bear
market, dimana pada akhirnya nanti anda akan sudah bertahun-tahun
berada di pasar modal.
Dan ketika itulah, anda bisa dikatakan sebagai investor yang sukses jika kinerja
anda secara keseluruhan (selama bertahun-tahun tersebut) lebih baik dibanding
pasar, tak peduli meski anda pasti pernah mengalami kerugian di saham-saham
atau tahun-tahun tertentu. Warren Buffett dan Lo Kheng Hong tidak bisa disebut sebagai investor gagal hanya karena kinerja investasi mereka kurang memuaskan dalam beberapa tahun terakhir, karena secara keseluruhan kinerja mereka masih jauuuuh lebih baik dibanding rata-rata pasar (dan faktanya mereka berdua juga masih sangat kaya raya bukan?).
Nah, kesalahan terbesar yang dilakukan seorang investor adalah ketika ia
memutuskan untuk berhenti hanya karena ia mengalami kerugian. Contohnya, ada
banyak investor yang baru masuk pasar pada tahun 2007, dan alhasil di tahun
berikutnya mereka rugi besar, bahkan ada yang nilai portofolionya sampai minus
(karena belanja saham pake margin). Dalam kondisi putus asa seperti itulah,
banyak diantara mereka yang akhirnya keluar dan berhenti selamanya dari
aktivitas investasi di saham, dan hanya bisa bengong ketika sekarang IHSG sudah
di 5,000-an.
Padahal pasar naik atau turun, termasuk untung atau rugi, itu adalah hal
yang biasa! Sama seperti motto dalam pertandingan sepakbola: Menang kalah itu
soal biasa, yang penting kita bertanding
dengan benar, penuh semangat, serta menjunjung tinggi sportifitas. Hanya
karena kita kalah di satu pertandingan, maka itu bukan akhir dari segalanya
karena akan selalu ada pertandingan berikutnya lagi, dimana kita masih bisa
menang!
Dan penulis sendiri kebetulan punya seorang teman investor senior yang
sudah berpengalaman sejak tahun 1991, yang bilang begini: ‘Saya sudah pernah rugi
besar ketika terjadi market crash di
tahun 1992, 1998, dan 2008, yet I’m rich! Saya tahu persis bahwa suatu hari
nanti saya akan kembali mengalami periode krisis seperti itu, meski saya nggak
tahu kapan pasar akan anjlok lagi seperti 2008 lalu, atau jangan-jangan portofolio
saya sendiri yang anjlok padahal pasar baik-baik saja. Tapi yang terpenting, saya
juga tahu bahwa semakin lama saya di
pasar modal, maka akan semakin kaya
saya jadinya. Warren Buffett bisa sekaya itu bukan hanya karena ia jenius
di bidang investasi, tapi juga karena ia sudah berinvestasi selama lebih dari
setengah abad!’
Nah! Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi penyemangat bagi anda yang
merasa sebagai investor pemula di pasar saham, karena toh faktanya investor
yang sudah berpengalaman puluhan tahun di pasar modal sekalipun bisa saja
mengalami kerugian. Yang penting disini adalah anda harus keep learning, entah itu dari literatur maupun dari pengalaman anda
sendiri (yang akan terus meningkat seiring berjalannya waktu). Kalau boleh jujur, penulis sendiri menulis artikel ini sebenarnya
untuk mengingatkan diri agar terus belajar tentang investasi. Pasar modal itu adalah seperti universitas
dimana tidak ada seorangpun yang bisa lulus dan mendapat gelar sarjana, kecuali
drop out.
Disisi lain, jika anda pada saat ini masih atau sedang mencatatkan kinerja
investasi yang tidak memuaskan, maka ingat sekali lagi bahwa anda tidak akan
menjadi investor untuk saat ini saja, melainkan untuk seterusnya, dimana kedepannya nanti akan selalu ada peluang
lainnya lagi untuk meraih keuntungan. Anda tahu? Bayern Munchen pernah kalah di
Final Liga Champions tahun 2012 yang diselenggarakan di Allianz Arena, alias di
kandang mereka sendiri, padahal
sebelumnya mereka sudah unggul 1-0 sebelum gol dramatis Didier Drogba di menit-menit
akhir pertandingan mengubah segalanya, dan lebih buruk lagi: Itu adalah
kekalahan kedua Bayern di laga final Liga Champions dalam waktu yang berdekatan setelah dua tahun
sebelumnya mereka juga kalah dari Inter.
Tapi di tahun berikutnya yakni 2013, Bayern akhirnya sukses juara!
Nah, jadi dengan demikian berikut adalah poin-poin yang bisa kita simpulkan dari pembahasan kali ini.
Nah, jadi dengan demikian berikut adalah poin-poin yang bisa kita simpulkan dari pembahasan kali ini.
- Tidak ada, sekali lagi tidak ada, hubungan antara lamanya pengalaman seseorang dengan kemampuannya dalam mencetak keuntungan di pasar saham. Seorang investor yang berpengalaman hingga puluhan tahun pun tetap saja masih bisa menderita kerugian sewaktu-waktu, dan sebaliknya, investor yang baru masuk pasar kurang dari satu tahun juga bisa saja meraup keuntungan signifikan.
- Jika seorang investor pemula menderita kerugian di pasar saham, maka itu biasanya karena ia masih belum mampu untuk menganalisis dengan baik dan benar, atau masih belum mampu mengendalikan emosinya dalam setiap pengambilan keputusan. Jadi bukan semata karena dia masih 'baru', tapi memang karena ia belum menguasai 'cara bermain'. Maka dalam hal ini seorang investor pemula dituntut untuk learning agar ia kemudian menjadi seorang investor yang berpengalaman.
- Ingatlah bahwa anda tidak menjadi investor saham hanya untuk hari ini saja, melainkan untuk seterusnya. Jika anda hari ini rugi, apalagi jika itu karena IHSG anjlok, maka ingat bahwa besok anda masih bisa untung ketika IHSG naik. Sebaliknya, jika anda hari ini untung besar, maka ingat bahwa belum tentu besok-besok anda akan untung sebesar itu lagi.
- Hmmm.. apa lagi ya? Ada yang bisa menambahkan?
Komentar
kalau boleh ijin saya share di media sosial lainnya pak? sekaligus di blog saya jika mengijinkan?
salam,
hendy
makanya gak semua orang bisa jadi presiden atau mentri.
dan gak semua orang juga bisa jadi sopir taxi atau tukang parkir.
rejeki pasti ada dan jalannya juga beda2 jadi ya tidak usah berkecil hati kalau cuan di saham dikit. atau bahkan loss. karena gak semua orang bisa sukses di dunia ini. dunia bakalan susah kalau orang sukses semua di pasar saham.
nanti mau beli bakso dimana? atau mau beli baju di mangga dua gmn? karena sudah sukses di pasar saham gak ada yang jual bakso lagi dan jual baju lagi. trus gmn dong?
kalo nahan 3~10 tahun,.
mana tahaannn,..