Toba Bara Sejahtra
Toba Bara Sejahtra (TOBA) menjadi perusahaan batubara pertama di BEI yang
sudah merilis laporan keuangan untuk periode Kuartal I 2014, dan perolehan
labanya yang mencapai US$ 7.7 juta (setara Rp85 milyar, laba yang diatribusikan
kepada pemilik entitas induk) menyebabkan sahamnya menjadi terlalu menarik
untuk diabaikan, karena laba tersebut tumbuh dua kali lipat dibanding periode
yang sama tahun 2013, dan karena dengan perolehan labanya tersebut, TOBA kini
mencatat ROE 27.6%, cukup tinggi untuk ukuran saham yang saat ini hanya dihargai pada valuasi PBV 1.3 kali.
TOBA merupakan perusahaan pemilik tiga tambang batubara yang
kesemuanya berlokasi di Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Pada
tahun 2013, perusahaan memproduksi total 6.5 juta ton batubara, sehingga tergolong
perusahaan batubara kelas menengah. TOBA didirikan oleh salah seorang tokoh
militer Indonesia, yakni Jenderal Purn. Luhut
Pandjaitan, yang pada tahun 2004 terjun ke bidang usaha dengan mendirikan
Grup Toba Sejahtra, yang kemudian menjadi induk dari beberapa perusahaan di
bidang tambang batubara (TOBA), minyak dan gas, perkebunan kelapa sawit, dan
pembangkit tenaga listrik. However, dari sekian banyak perusahaan tersebut
hanya TOBA yang kemudian listing di bursa.
Diluar tambang batubara, perusahaan juga memiliki satu bidang perkebunan kelapa
sawit yang juga berlokasi di Kalimantan Timur, dengan luas konsesi 8,600
hektar. Namun perkebunan kelapa sawit ini mungkin baru akan berkontribusi
terhadap pendapatan TOBA dalam waktu 2 – 3 tahun mendatang, karena pada saat
ini perkebunan tersebut masih dalam proses penanaman (planting).
Perkembangan kinerja perusahaan sejak beroperasi pada tahun 2007 terbilang
menarik. Pada tahun 2007, TOBA mengoperasikan tambang batubara pertamanya yang
dipegang melalui anak usahanya, Indomining, dan ketika itu hanya menghasilkan
pendapatan sebesar US$ 5 juta. Tahun 2008, perusahaan menambah satu lagi
tambang batubaranya sehingga volume produksinya mulai naik signifikan menjadi
800 ribu ton, dan alhasil pendapatannya naik tajam menjadi US$ 49 juta. Pada tahun
2011 TOBA membuka tambang batubara ketiganya, sementara dua tambang yang sudah
beroperasi sebelumnya juga sudah mulai memproduksi batubara secara maksimal,
sehingga pada tahun tersebut perusahaan total memproduksi 5.2 juta ton batubara.
Dan didorong dengan kenaikan harga batubara yang ketika itu mencapai US$ 120
per ton, TOBA sukses meraup pendapatan US$ 498 juta, sementara laba bersihnya
sendiri tercatat US$ 58 juta. Pencapaian
ini terbilang luar biasa, mengingat posisi ekuitas/modal bersih TOBA ketika itu
cuma US$ 59 juta, sehingga ROE-nya
mencapai hampir 100%. Kemungkinan pencapaian ini pula yang menyebabkan Bapak
Luhut jadi punya banyak duit dan mulai aktif lagi di politik dengan mendukung
Jokowi sebagai capres.
Sayangnya memasuki tahun 2012 harga batubara mulai turun, dan alhasil laba
TOBA terjun bebas menjadi hanya US$ 3.2 juta yang terutama disebabkan oleh
besarnya biaya produksi, karena perusahaan masih dalam tahap pembangunan
berbagai infrastruktur untuk efisiensi kinerja. Pada tahun 2013 harga batubara
masih turun, namun kenaikan produksi yang signifikan menjadi 6.5 juta ton
(dibanding 5.6 juta ton di tahun 2012), plus selesainya pembangunan beberapa
infrastruktur seperti hauling road,
second underpass, dan bengkel alat-alat berat di lokasi tambang,
menyebabkan kinerja perusahaan menjadi lebih efisien dan alhasil laba TOBA
kembali naik menjadi US$ 18.5 juta.
Dan pada tahun 2014 ini, harga batubara mulai naik menjadi sekitar US$ 85
per ton, dari sebelumnya US$ 67 – 70 per ton di tahun 2013. Karena disisi lain
volume produksi batubara milik TOBA masih naik terus (targetnya 7.5 juta ton
untuk tahun 2014), maka jadilah laba perusahaan kembali melonjak, meski belum
mampu untuk menembus rekor laba bersih di tahun 2011 (jika disetahunkan, laba
TOBA di 2014 adalah sekitar US$ 31 juta). Namun yang menarik adalah, pada saat
ini TOBA tengah mengerjakan satu lagi proyek infrastruktur yakni coal processing plant, yang sekali lagi
diharapkan akan menekan biaya produksi perusahaan. Proyek ini akan selesai dan
mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2014.
Jika dibahas secara poin per poin, berikut ini adalah analisis mengapa TOBA
ini menarik untuk dikoleksi:
- Yang pertama tentu saja valuasinya yang
rendah. Pada harga saham 800, PBV-nya tercatat 1.3 kali (hanya
memperhitungkan ekuitas milik pemegang saham, diluar kepentingan
non-pengendali), dan ini merupakan salah
satu yang terendah di sektor batubara. Jika mempertimbangkan ROE-nya
yang mencapai 27.6%, yang kemungkinan bisa lebih tinggi lagi jika trend
harga batubara terus menanjak seperti sekarang selain karena peningkatan efisiensi kinerja, maka pada tahun depan nilai
ekuitas perusahaan akan meningkat tajam sehingga PBV-nya akan menjadi
kurang dari 1 kali.
- Selama harga batubara stabil maka pendapatan
perusahaan akan aman hingga setidaknya sepuluh tahun kedepan, karena
jumlah cadangan batubara terbukti yang dimiliki perusahaan masih cukup
hingga tahun 2023. Tapi memang kalau yang ini sih, rata-rata perusahaan
batubara lainnya juga masih punya cadangan batubara yang melimpah.
- Tidak seperti beberapa perusahaan batubara
besar yang terlilit utang, neraca TOBA relatif bersih dari utang, kecuali
utang bank sebesar US$ 47 juta, itupun jumlahnya terus turun.
- TOBA terbilang royal dalam membagikan
dividen, dimana untuk tahun buku 2012 lalu perusahaan membayar dividen US$
0.0028 atau Rp31 per saham, yang merupakan 87.5% laba bersihnya. TOBA bisa
menghabiskan hampir seluruh laba bersihnya sebagai dividen karena
perusahaan memang nggak punya rencana ekspansi apapun, kecuali terus
meningkatkan produksi serta efisiensi dari tambang-tambang batubara yang
sudah ada. Mengingat pada tahun 2013 laba TOBA naik menjadi US$ 0.0092 per
saham, maka 87.5%-nya adalah US$ 0.0081, atau setara dengan Rp89 per saham. Itu adalah jumlah
yang besar mengingat harga sahamnya saat ini cuma Rp800, dan untuk tahun buku 2014 mendatang dividen tersebut
seharusnya akan meningkat lagi mengingat barusan labanya naik dua kali
lipat.
- Terdapat potensi tambahan pendapatan dalam
beberapa tahun kedepan dari perkebunan kelapa sawit.
- Kualitas manajemennya so far so good, salah satunya bisa dilihat dari laporan keuangannya yang selalu keluar cepat di tiap kuartal, termasuk Pak Luhut juga punya reputasi yang bagus sebagai atlet olahraga, tokoh militer, politisi (pernah jadi menteri jaman Presiden Gus Dur), dan pengusaha.
However, poin-poin yang kurang positif terkait TOBA ini juga ada beberapa,
diantaranya:
- Saham TOBA tidak likuid. Ketika perusahaan
IPO pada Juli 2012 lalu, jumlah saham yang dilepas ke publik adalah 211
juta lembar, ketika itu pada harga Rp1,900 per saham. Setelah harganya
terus turun dalam hampir dua tahun selanjutnya, banyak dari saham tersebut
yang dibeli kembali oleh relasi dari Bapak Luhut (termasuk melalui putranya, Davit Togar Pandjaitan), sehingga sisa saham yang
dipegang publik tinggal 50 juta lembar. Kalau anda perhatikan, ada banyak
saham yang tidak likuid karena harganya lagi dibawah (jadi kalau pada
akhirnya nanti harganya naik, sahamnya akan likuid juga). Tapi untuk TOBA
ini, dia tidak likuid karena memang jumlah saham yang dipegang publik
sangat sedikit. Ada kemungkinan sahamnya tidak akan bergerak kemana-mana
(tidak naik, tapi juga tidak turun) termasuk kalau nanti perusahaan
mengumumkan pembayaran dividen, karena masalah likuiditasnya ini. So,
saham ini mungkin hanya cocok bagi anda yang menyukai dividen. Penulis sendiri
cukup yakin kalau pemegang saham mayoritas TOBA juga tidak peduli soal
harga sahamnya di pasar, yang penting dividen-nya lancar terus.
- Perusahaan kelewat konservatif dengan tidak
memiliki rencana untuk menambah portofolio tambangnya, dan hal ini berbeda
dengan banyak perusahaan tambang batubara lain yang rajin mengejar
peningkatan pendapatan dengan mengakuisisi lahan tambang baru.
- Belakangan ini mulai mencuat kembali isu kenaikan royalti yang harus dibayar perusahaan-perusahaan batubara, dan juga adanya larangan ekspor batubara berkalori rendah (dibawah 5,200 kcal). Untuk larangan ekspor, hal itu tidak jadi masalah mengingat TOBA memproduksi batubara dengan kalori 5,500 – 6,250 kcal, namun untuk royalti tadi, kalau jadi dinaikkan, tentu saja bisa menekan perolehan laba.
Jadi kesimpulannya? Well, kecuali anda bisa berkomitmen untuk memegangnya
dalam jangka panjang untuk meraup keuntungan dari dividen, maka TOBA ini
mungkin hanya bisa dijadikan pilihan alternatif di sektor tambang batubara. Tapi
dengan peningkatan kinerja perusahaan yang tampak cukup menonjol, maka kita pada
saat ini sudah boleh berharap bahwa mungkin perusahaan-perusahaan batubara
lainnya juga bisa kembali mencatatkan peningkatan kinerja, setelah dua tahun
sebelumnya terus turun gara-gara penurunan harga batubara. Ada beberapa perusahaan batubara yang memiliki kinerja fundamental yang sangat baik di masa lalu, seperti United Tractors (UNTR), Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), Harum Energy (HRUM), Indo Tambangraya Megah (ITMG), hingga Resource Alam Indonesia (KKGI). Jika memang sektor batubara pulih, maka kelima perusahaan tersebut seharusnya juga tidak akan menemui kesulitan untuk mencatatkan kenaikan laba kembali.
So, bagi anda yang mungkin masih nyangkut di saham-saham batubara sejak tahun 2011 lalu, maka bisa jadi penantian panjang anda pada akhirnya membuahkan hasil juga, jadi untuk sekarang jangan lagi berpikir untuk cut loss. Sementara bagi anda para bargain hunter, jika anda tidak tertarik dengan TOBA ini maka bisa pertimbangkan saham-saham batubara yang lain, tunggu saja sampai mereka merilis laporan keuangannya masing-masing.
So, bagi anda yang mungkin masih nyangkut di saham-saham batubara sejak tahun 2011 lalu, maka bisa jadi penantian panjang anda pada akhirnya membuahkan hasil juga, jadi untuk sekarang jangan lagi berpikir untuk cut loss. Sementara bagi anda para bargain hunter, jika anda tidak tertarik dengan TOBA ini maka bisa pertimbangkan saham-saham batubara yang lain, tunggu saja sampai mereka merilis laporan keuangannya masing-masing.
PT. Toba Bara Sejahtra, Tbk
Rating Kinerja pada Q1 2014: AA
Rating saham pada 800: A
Catatan: Terdapat dispute mengenai berapa persisnya harga batubara pada saat ini, dan hal ini tidak bisa dihindari mengingat, pertama, harga batubara yang dijual oleh tiap-tiap perusahaan berbeda tergantung kualitas batubaranya (kalori, kandungan abu, dan kandungan air), dan kedua, berbeda dengan harga CPO dunia dimana patokannya adalah harga CPO di Bursa Malaysia, harga batubara dunia tidak memiliki patokan yang jelas. Kalau berdasarkan data yang penulis ambil dari laporan operasional TOBA dan UNTR, maka harga batubara saat pada saat ini adalah sekitar US$ 85 per ton, dan itu lebih tinggi dibanding tahun 2013 lalu, namun sumber informasi yang lain mungkin saja memberikan angka yang berbeda.
Catatan: Terdapat dispute mengenai berapa persisnya harga batubara pada saat ini, dan hal ini tidak bisa dihindari mengingat, pertama, harga batubara yang dijual oleh tiap-tiap perusahaan berbeda tergantung kualitas batubaranya (kalori, kandungan abu, dan kandungan air), dan kedua, berbeda dengan harga CPO dunia dimana patokannya adalah harga CPO di Bursa Malaysia, harga batubara dunia tidak memiliki patokan yang jelas. Kalau berdasarkan data yang penulis ambil dari laporan operasional TOBA dan UNTR, maka harga batubara saat pada saat ini adalah sekitar US$ 85 per ton, dan itu lebih tinggi dibanding tahun 2013 lalu, namun sumber informasi yang lain mungkin saja memberikan angka yang berbeda.
Komentar
Pembahasan KARK oleh mas Teguh pun dari 1-3 sudah baca.
Termasuk kisah tragis beberapa pemegang sahamnya di kaskus. Benar-benar drama.
Kisah manipulasi laporan keuangan Enron dan WorldCom juga baca di blog-blog investor lain.
Saat membahas KARK itu pun mas Teguh mengatakan untuk menghindari suspensi, hindari saham tidak likuid.
Saham TOBA menurut mas Teguh tidak likuid.
Saham suspensi umumnya memiliki pergerakan tidak wajar, misal naik secara tidak wajar dibandingkan periode sebelumnya (misal dr tidak likuid lalu tiba-tiba aktif dengan volume transaksi yg besar)
Berarti saham TOBA ini memiliki potensi untuk di suspensi BEI.
"Quotes: If it seems too good to be true, it probably is" membuat skrg sy cukup berhati-hati terhadap laporan keuangan dan analisa saham.
Saya sendiri memiliki saham ITMG dan HRUM yg dulu sy beli berdasarkan pertimbangan rasio-rasio umum seperti PER dan PBV, namun kekhawatiran laporan keuangan yg dimanipulasi tetap ada.
Beberapa kalimat terakhir mas Teguh memasukkan opini pribadi (mungkin punya saham di sektor batubara) dgn harapan sektor batubara segera pulih, saya pun berharap demikian mas.
Terima kasih atas ulasan TOBA dan saham-saham lainnya.
Salam Sukses!
- seberapa pengaruh koperasi cipaganti terhadap CPGT ?
- apakah koperasi cipaganti merupakan kepunyaan CPGT ?
- Jika kepunyaan CPGT maka akan berdampak buruk ke CPGT ?
"Bagaimana mungkin koperasi bisa listing di bursa efek?", itulah pertanyaan yang beredar
Bagaimana peran OJK terhadap hal ini ??
trims mas teguh