Bakrie Group: Still Believe?
Bicara mengenai Grup Bakrie memang nggak akan ada habisnya, dan itu bukan
karena salah seorang pemiliknya, yakni Aburizal Bakrie, merupakan salah satu
calon Presiden untuk Pilpres September nanti. Melainkan karena seluruh
perusahaannya yang terdaftar di bursa saham, semuanya mencatatkan kinerja yang
sangat amat luar biasa.. jeleknya! Hingga hari ini, Rabu tanggal 16 April 2014,
terdapat setidaknya delapan emiten Grup Bakrie yang sudah merilis laporan
keuangannya untuk tahun penuh 2013. Dan berikut adalah rangkuman kinerja laba
rugi mereka, angka dalam milyaran Rupiah:
Companies
|
Net Profit 2013
|
Net Profit 2012
|
Change (%)
|
Bakrie &
Brothers
|
(12,723)
|
355
|
NM
|
Bumi Resources
|
(7,261)
|
(7,762)
|
(6.5)
|
Bakrie Sumatera
Plantations
|
(2,767)
|
(1,068)
|
159.2
|
Bakrie Telecom
|
(2,646)
|
(3,139)
|
(15.7)
|
Bumi Resources
Minerals
|
(1,609)
|
(653)
|
146.5
|
Darma Henwa
|
(569)
|
(456)
|
24.9
|
Visi Media Asia
|
106
|
73
|
45.1
|
Energi Mega Persada
|
1,907
|
303
|
529.0
|
Catatan:
- Bumi Resources (BUMI), Bumi Resources
Minerals (BRMS), Darma Henwa (DEWA), dan Energi Mega Persada (ENRG),
menyajikan laporan keuangan mereka dalam mata uang US Dollar. Angka-angka
diatas sudah dikonversi ke Rupiah dengan cara dikali kurs Rp11,000 per US
Dollar.
- Satu emiten lagi yakni Bakrieland Development (ELTY), hingga hari ini belum merilis laporan keuangannya.
Nah, dari tabel diatas anda bisa melihat bahwa enam dari delapan perusahaan
Grup Bakrie yang terdaftar di bursa, semuanya mengalami kerugian. Sementara
perolehan laba bersih yang dicatat oleh Energi Mega Persada (ENRG) sebesar
Rp1.9 trilyun, tentu saja nggak ada apa-apanya dibanding kerugian sebesar Rp12.7
trilyun yang dialami oleh BNBR. Kalau BUMI mengalami kerugian sampai Rp7.2
trilyun, maka itu mungkin masih bisa dijelaskan karena dua tahun terakhir ini
bisnis batubara memang lagi susah. Tapi gimana ceritanya BNBR juga bisa
ikut-ikutan mengalami kerugian? Dan dengan nilai kerugian yang jauh lebih besar
pula?
Dan jika melihat kinerja seluruh emiten diatas yang secara umum mengalami
kerugian dalam dua tahun terakhir (nggak cuma BUMI), maka pertanyaannya adalah,
apakah kondisi perekonomian Indonesia dalam dua tahun terakhir ini lagi susah
atau krisis? Sehingga perusahaan-perusahaan diatas gagal dalam mencetak laba?
Tapi nyatanya nggak tuh! Perekonomian kita masih lancar-lancar saja dua tahun ini,
dan para emiten-emiten di bursa rata-rata juga masih mencatatkan kinerja yang
bagus seperti biasanya.
Jadi apa masalahnya? Ya nggak tahu lah! Mungkin Grup Bakrie memang nggak
becus dalam mengelola aset-asetnya. Atau mungkin mereka hanya sengaja membuat
laporan keuangannya jadi tampak buruk seperti itu, jadi sejatinya mereka masih
mencatatkan untung? Ya mungkin saja, tapi kan kita nggak tahu juga. Yang jelas
kinerja seluruh perusahaan Grup Bakrie tercatat sangat buruk, tidak hanya pada
saat ini saja melainkan sejak dulu mereka sudah begitu, dan dengan demikian
kita nggak bisa berinvestasi pada saham-sahamnya.
Dan jika anda pikir bahwa rentetan kerugian yang diderita oleh Grup Bakrie sudah
cukup buruk, maka tunggu sampai anda lihat tabel posisi ekuitas/modal bersih
dari kedelapan perusahaan Bakrie diatas. Berikut datanya, angka dalam milyaran
Rupiah:
Companies
|
Equity as of Dec
31, 2013
|
Bumi Resources
|
(3,333)
|
Bumi Resources
Minerals
|
14,388
|
Energi Mega Persada
|
9,767
|
Darma Henwa
|
2,443
|
Bakrie Telecom
|
(1,007)
|
Bakrie &
Brothers
|
(2,024)
|
Visi Media Asia
|
2,087
|
Bakrie Sumatera
Plantations
|
4,867
|
Nah, perhatikan bahwa dari delapan perusahaan diatas, tiga diantaranya
mencatatkan nilai ekuitas yang minus, alias defisiensi modal. Mereka adalah
Bumi Resources (BUMI), Bakrie Telecom (BTEL), dan BNBR. Ini artinya, jika
seluruh aset ketiga perusahaan tersebut dijual, lalu uangnya dipakai untuk
membayar semua utang yang mereka tanggung, maka uang tersebut tetap tidak cukup
untuk membayar semua utang-utang tadi. Analoginya seperti anda punya rumah
senilai Rp500 juta, dan itu merupakan satu-satunya aset yang anda miliki, tapi anda juga
punya utang bank sebesar Rp700 juta. Maka bahkan jika rumah anda tadi dijual,
anda tetap tidak akan sanggup melunasi utang bank tersebut, karena masih
terdapat kekurangan sebesar Rp200 juta. Jadi istilahnya tekor!
Dan untuk ketiga perusahaan yang mengalami defisiensi modal diatas, nilai
kekurangan tersebut masing-masing sebesar Rp3.3 trilyun untuk BUMI, Rp1 trilyun
untuk BTEL, dan Rp2.0 trilyun untuk BNBR. Ketiga perusahaan tersebut praktis sudah tidak memiliki nilai lagi karena
nilai utang-utang mereka sudah lebih besar ketimbang total aset perusahaan. Ini
artinya, bahkan jika anda memperoleh 100% saham BUMI pada harga Rp0 alias
gratis, alias anda nggak perlu keluar uang sama sekali, namun anda tetap harus
nombok sebesar Rp3.3 trilyun tadi, kecuali jika pada akhirnya nanti BUMI sukses
kembali mencatatkan laba bersih sehingga modalnya meningkat kembali. Tapi toh
faktanya seperti yang bisa anda lihat diatas, BUMI masih mencatatkan kerugian
bukan?
Pada akhirnya, di BEI masih terdapat buanyaaak sekali saham-saham yang
memiliki fundamental bagus, jadi kenapa masih milih yang jelek? Investasi saham
itu sederhana: Pilihlah saham yang berfundamental bagus, dan abaikan yang
jelek. Itu saja! Ada banyak penyebab seseorang mengalami kerugian di pasar
saham, mulai dari ketidak tahuan dalam memilih saham, kurangnya pengalaman,
atau sekedar belum beruntung. Namun dari sekian banyak penyebab kerugian
tersebut, yang paling sering adalah karena nyangkut di saham-saham nggak jelas
seperti ini.
Tapi khusus untuk Grup Bakrie, entah kenapa mereka kok nggak bangkrut
juga.. Termasuk kenapa kok OJK masih adem ayem saja? Ada yang mengerti soal
ini? Kenapa kok Grup Bakrie mati-matian berusaha merebut kembali BUMI dari
tangan Rothschild?
Dan mengapa ARB kok malah sibuk nyapres ketimbang mengurus
perusahaan-perusahaannya yang sebentar lagi bernasib gocapan semua?
Komentar
august
Pemimpin nya juga luar biasa.... ga tau malunya! heuheuheu...
Kenapa OJK membiarkan saham seperti milik Bakrie? Simple juga sih jawabannya; karena merampok dan korupsi lewat pasar saham gak ketara dan legal! Apalagi kalo pengurusnya juga dapat bagian. Hahaa.. udah rahasia umum kaleee..