Prospek IPO Wika Beton

Industri konstruksi identik dengan beton, karena entah itu gedung bertingkat, jalan tol, jembatan, hingga infrastruktur umum lainnya hampir pasti akan membutuhkan beton. Dan jika Wijaya Karya (WIKA) adalah salah satu dari beberapa perusahaan konstruksi besar di Indonesia, maka anak usahanya yakni Wijaya Karya Beton (WTON), adalah benar-benar merupakan produsen beton terbesar di Indonesia, yang memiliki delapan unit pabrik, enam wilayah penjualan, dan dua kantor representatif yang tersebar dari Binjai, Sumatera Utara, hingga Makassar, Sulawesi Selatan. Sementara kompetitor terdekat mereka, PT Adhimix Precast (bukan anak usaha dari ADHI), hanya memiliki empat unit pabrik.


Meski WTON berstatus sebagai produsen beton terbesar di tanah air, namun peluang bagi perusahaan untuk tumbuh lebih besar lagi masih sangat terbuka seiring dengan berjalannya program pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah Indonesia melalui MP3EI yang sudah dicanangkan sejak tahun 2008 lalu, dan masih akan terus berlanjut sampai tahun 2025 mendatang. In fact, selama lima tahun terakhir, kapasitas produksi beton milik perusahaan memang terus ditingkatkan, yakni dari 1.1 juta ton di tahun 2009, menjadi 1.5 juta ton di tahun 2013, dengan rata-rata tingkat utilisasi yang mencapai 85% setiap tahunnya (yang itu berarti meski kapasitas produksi WTON tiap tahun terus ditingkatkan, namun kapasitas produksi yang baru tersebut nggak pernah nganggur alias langsung digunakan). Dan sudah pasti, pendapatan perusahaan selama lima tahun tersebut juga terus naik secara stabil, dari Rp1.4 trilyun di 2009, menjadi Rp2.6 trilyun di 2013.

Sementara kalau berdasarkan data makro, Indonesia mencatat pertumbuhan sektor infrastruktur sebesar 7.5% di tahun 2012, yang diperkirakan baru merupakan permulaan dari pertumbuhan yang lebih lanjut, seperti Tiongkok sepuluh tahun yang lalu (2004). Dan posisi WTON sebagai satu-satunya perusahaan beton di Indonesia yang memiliki kantor pemasaran yang menjangkau Aceh hingga Papua, menjadikan perusahaan sebagai pemain terdepan yang bisa menangkap peluang pertumbuhan tersebut. Contohnya, jika Pemerintah berencana bikin jembatan besar di Papua, maka kira-kira beton milik siapa yang akan dipakai? Well, sudah pasti milik WTON ini. Dalam hal ini WTON benar-benar tidak bisa ditandingi oleh produsen beton yang lain, karena ketika perusahaan A hanya punya satu pabrik beton di Cikarang, maka ia tidak mungkin menjual produknya sampai ke Papua sana, karena beton yang segede gaban itu tentu akan sangat mahal sekali biayanya kalau dikirim pake Tiki atau JNE. Tahukah anda siapa supplier beton untuk konstruksi Jembatan Suramadu? WTON, tentu saja, karena WTON merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksi beton untuk kontruksi jembatan diatas permukaan laut.

Dan.. oh, WTON juga menjual produknya sampai keluar negeri, dalam hal ini ke pelanggan di Pulau Barrow, Australia, dan Dili, Timor Leste, namun kontraknya sudah berakhir pada tahun 2013 kemarin. Dalam jangka panjang perusahaan juga memiliki visi untuk bisa menjadi pemain beton di kawasan regional Asia Tenggara.

Nah, meski visi diatas tentunya memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk bisa terwujud, namun IPO ini bisa dikatakan sebagai langkah awal dari upaya mencapai visi tersebut, dalam hal ini dengan memperkokoh posisi perusahaan sebagai produsen beton nomor wahid di tanah air. Dari IPO-nya nanti, WTON akan meraup dana maksimal Rp1.3 trilyun, dimana hampir seluruhnya akan digunakan untuk ekspansi, yakni:

  1. Mengelola lahan tambang pasir dan batu split (untuk bahan baku pembuatan beton, selain semen tentunya) di empat lokasi berbeda,
  2. Membangun tiga pabrik beton baru di Lampung, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur (sehingga pabriknya nanti akan jadi sebelas unit, pembangunannya akan sudah dimulai pada tahun 2014 ini),
  3. Sekali lagi meningkatkan kapasitas dari kedelapan pabrik yang sudah ada, dan
  4. Membeli beberapa unit alat pancang dan post tensioning untuk disewakan. Sounds promising, eh?
Diluar data dan fakta yang sudah dipaparkan diatas, berikut ini adalah juga beberapa poin yang menjelaskan bahwa perusahaan memang menawarkan prospek pertumbuhan yang lumayan:

  1. Selain secara terus menerus meningkatkan kapasitas produksi dari pabrik-pabrik yang sudah ada, WTON juga mampu menciptakan beberapa jenis produk beton baru, seperti box grider dan hollow core slab, dan itu secara otomatis menawarkan tambahan pendapatan baru bagi perusahaan. Saat ini WTON memiliki setidaknya sembilan jenis produk beton yang berbeda, atau terbanyak diantara semua kompetitornya, dan jumlah produk ini terus meningkat seiring dengan dilakukannya inovasi produk baru secara terus menerus.
  2. Dalam dua tahun terakhir alias sebelum IPO, WTON mendirikan dua anak usaha patungan dengan pihak lain, yakni Wika Kobe dan Wika Krakatau Beton. Bagi penulis sendiri, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mulai terbuka untuk bekerja sama dengan pihak lain untuk sama-sama berekspansi, setelah sebelumnya hanya bekerja sama dengan perusahaan lain dibawah naungan Grup Wika.
  3. Wika Beton merupakan supplier utama untuk produk beton, bahkan nyaris satu-satunya, bagi hampir semua proyek infrastruktur milik Pemerintah dari Sabang sampai Merauke, sementara Pemerintah sendiri belakangan ini sedang giat-giatnya membangun infrastruktur mulai dari jalan tol, pembangkit listrik, pelabuhan, hingga bandara. Anda mungkin hafal dengan Jalan Tol Tanjung Benoa di Bali, atau Bandara Kuala Namu di Medan, namun itu baru segelintir diantara banyak sekali infrastruktur-infrastruktur baru yang pada saat ini tengah dikerjakan atau sudah selesai.
Satu-satunya hal yang mengganjal adalah fakta bahwa industri beton sangat dipengaruhi oleh keberlangsungan pembangunan infrastruktur maupun properti, sementara kita tahu bahwa dua sektor itu rentan terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti yang terjadi setahun belakangan ini. However, kinerja WTON di tahun 2013 kemarin justru meningkat signifikan ketika pertumbuhan ekonomi tercatat melambat, dan ini menunjukkan bahwa meski industri infrastruktur seperti yang dijalani oleh WTON ini berisiko cukup tinggi, namun mungkin momentum pertumbuhannya masih terbuka lebar. Seperti yang sudah disebut diatas, MP3EI baru dimulai tahun 2008 lalu, dan sejauh ini semuanya masih merupakan ‘pemanasan’, karena seluruh project-nya baru akan berakhir tahun 2025 nanti, alias masih sangat lama. Well, mudah-mudahan Pemerintahan yang baru nanti tidak mengacaukan rencana jangka panjang tersebut, melainkan meneruskannya dan, kalau bisa, dengan lebih cekatan.

Okay, lalu bagaimana dengan sahamnya?

Sebelum kita bicara soal valuasinya, ada satu hal menarik yang penulis temukan ketika menganalisis WTON ini, yakni: Hampir seluruh media internet membahas IPO-nya! Artikel-artikel tentang IPO WTON bisa anda baca di Antara, Tempo, Okezone, Tribunnews, Republika, Liputan6, Jakarta Post, Kompas, Neraca, termasuk yang tentunya secara rutin membahas soal saham seperti Bisnis Indonesia, Investor Daily, Kontan, dan Inilah, dengan isi artikel yang cenderung sama alias copy paste. Dan penulis kira hal ini menjelaskan kenapa kok sepertinya orang-orang penasaran sekali dengan IPO WTON ini, yakni karena IPO-nya memang dipromosikan dengan sangat baik. Termasuk, WTON menunjuk empat penjamin emisi sekaligus untuk melaksanakan IPO-nya, dan itu adalah sesuatu yang nggak biasa mengingat perusahaan lain biasanya hanya menunjuk maksimal tiga penjamin emisi saja kalau mau IPO.

Nah, meski secara fundamental WTON ini memang cukup baik dan juga menawarkan prospek jangka panjang, termasuk jika dilihat dari kinerja terakhirnya di tahun 2013 yang mencatatkan ROE 33.0%, namun promosinya yang gila-gilaan membuat penulis khawatir kalau harga sahamnya di-setting pada level yang cukup tinggi. Tapi untungnya tidak. WTON akan ditawarkan pada rentang harga Rp470 – 630 per saham. Kita ambil yang terendah, 470, maka perusahaan akan meraup dana total Rp961 milyar. Ditambah dengan modal terakhir perusahaan sebesar Rp730 milyar, maka totalnya menjadi Rp1.7 trilyun. Dengan market cap Rp4.1 trilyun, maka PBV-nya menjadi 2.4 kali, dan PER 17.0 kali (laba bersih WTON di tahun 2013 tercatat Rp241 milyar, sehingga dengan jumlah saham beredar 8.7 milyar lembar, maka EPS-nya menjadi Rp28 per saham).

Untuk ukuran saham infrastruktur, valuasi diatas tidak terlalu mahal terutama jika mengingat prospek pertumbuhan jangka panjang yang ditawarkan, termasuk PER-nya yang agak tinggi bisa menjadi lebih rendah jika di Kuartal I 2014 nanti WTON kembali mencatatkan kenaikan laba.

Namun disisi lain valuasi ini tidak bisa dikatakan murah juga, apalagi jika harga IPO-nya ternyata bukan 470 melainkan lebih dari itu (maksimalnya 630, dan kalau IHSG terus ijo seperti sekarang maka bisa saja saham perdana WTON benar-benar dilepas di harga tertinggi). Kalau melihat promosinya yang gencar sih, maka berapapun harga perdananya, kemungkinan sahamnya akan tetap melejit ketika listing tanggal 3 April nanti karena akan banyak investor yang masuk. Namun dari sisi value maka WTON ini agak berisiko terutama jika pada April nanti ternyata IHSG berbalik turun, sehingga investor kehilangan minatnya terhadap saham perusahaan.

Jika anda tertarik untuk masuk maka sebaiknya gunakan dana secukupnya saja alias nyicil dulu, sekedar untuk jaga-jaga jika dia ternyata turun agar anda masih bisa average down di harga bawah. Untuk dua hingga tiga tahun kedepan penulis kira WTON masih akan terus mencatatkan pertumbuhan laba bersih paling tidak sekitar 20% setiap tahunnya, sehingga selama itu sahamnya pun akan terus naik. Jadi masalahnya sekarang tinggal di entry point-nya saja.

PT. Wijaya Karya Beton, Tbk
Rating Kinerja pada Full Year 2013: AA
Rating saham pada 470: A

NB: Penulis punya prospektus lengkap Wika Beton dalam bentuk file PDF. Bagi anda yang membutuhkannya maka bisa kirim email ke teguh.idx@gmail.com, dengan subjek 'Wika Beton', dan prospektusnya akan saya kirim via email. Gratis! Terus kalo bisa jangan pake alamat email kantor karena attachment-nya suka diblokir, jadi pake Yahoo atau Gmail saja.

Komentar

mangamsi mengatakan…
Email sudah dikirim, saya tunggu prospektusnya kang, haturnuhun
binaharagust mengatakan…
dear penulis,

saya baca prospektusnya dinilai harga per sahamnya Rp.100 kok disini ditulis Rp.470 ?
Teguh Hidayat mengatakan…
@binaharagust Rp100 itu nilai nominal sahamnya, sementara Rp470 - 630 adalah harga jual saham tersebut, dan harga jual ketika IPO memang biasanya lebih tinggi dari nilai nominal saham.
Wilson Sun mengatakan…
Terima kasih Pak Teguh ulasannya untuk WIKA Beton,saya jadi lebih terbuka sekarang.

Kemduian apakah ada ulasan IPO Blitz Megaplex Pak ? :) thx
Anonim mengatakan…
harga jadi per hari ini WTON 590
Anonim mengatakan…
Pak Teguh saya ingin bertanya Pak. menurut bapak apakah ke depannya utang yang dimiliki wika beton akan membebani perusahaannya dalam jangka panjang? menurut itung2an saya rasio DER dari wika beton cukup tinggi (kalo menurut itung2an saya DER wika beton sebesar 3,0). karena kalo liat prospeknya saya ingin membeli saham ini untuk dipegang dalam jangka panjang, namun saya menjadi ragu dengan rasio DERnya. sekian pertanyaan saya Pak Teguh
Prabowo Murti mengatakan…
Pak Teguh, ada selentingan kalau IPOnya dipegang B*hana Securities, jadinya ancur Pak (contoh GIAA). Nanti WTON nasibnya jangan-jangan serupa juga Pak?
Anonim mengatakan…
Maaf pak anonim .. kalau saya blh berpendapat, menurut saya pribadi melihat rasio der 3x terkesan besar .. ttp kalau kita melihat komposisi dari liabilities wton tersebut terdapat banyak utang usaha dan pendapatan d terima dimuka .. sedangkan utang aktualnya (spt utang bank jangka pendek dan panjang) jauh lebih kecil dari itu. Sehingga pendapat sy privadi utang wton .. tidak akan banyak mempengaruhi kinerjanya .. karena beban keuangan yg dimilikinya tidak lah besar (byr bunga bank). Terima kasih . Mohon maaf jika salah
adamadamblog mengatakan…
Pak, gimana wton dibandingkan dengan bton ? Tolong analisis singkat dari pak teguh.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?