Jasa Marga

Jasa Marga (JSMR), seperti yang anda ketahui, merupakan perusahaan operator jalan tol terbesar di tanah air, dimana per akhir tahun 2012, perusahaan mengoperasikan total 73% dari seluruh panjang ruas jalan tol di Indonesia. Sebagai perusahaan pionir di industrinya, JSMR juga punya sejarah panjang sejak tahun 1978, yakni sejak perusahaan mengoperasikan jalan tol pertamanya yakni jalan tol Jagorawi, sehingga jika dibandingkan dengan beberapa perusahaan jalan tol swasta, JSMR praktis merupakan perusahaan yang paling mapan. But still, kesempatan bagi perusahaan untuk tumbuh berkembang tampak masih terbuka lebar, dimana pada tahun 2013 kemarin perusahaan baru menyelesaikan pembangunan jalan tol Tanjung Benoa, Bali, belum termasuk beberapa ruas jalan tol lainnya yang juga dijadwalkan akan selesai dibangun dalam waktu beberapa tahun kedepan. Prospek jangka panjang?

Infrastruktur bernama jalan tol, kalau boleh jujur, merupakan salah satu infrastruktur paling mewah di Indonesia. Warga Jakarta dan sekitarnya boleh dikatakan beruntung karena Kota ini dikelilingi oleh banyak ruas jalan tol, namun tidak demikian dengan kota lain. Malah faktanya, dari sekian banyak ruas jalan tol yang dioperasikan oleh JSMR, termasuk yang akan dibangun nantinya, hanya dua ruas jalan tol yang terletak diluar Pulau Jawa, yakni Belmera (Belawan – Medan – Tanjung Morawa) di Sumatera Utara, dan Tanjung Benoa di Bali. Sementara perusahaan jalan tol lainnya, mereka juga lebih banyak beroperasi di Pulau Jawa, kecuali Grup Bosowa yang mengoperasikan Jalan Tol Makassar, Sulawesi Selatan.

However, hal ini sekaligus menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan infrastruktur jalan tol di Indonesia masih terbuka lebar, karena bahkan untuk Pulau Jawa saja, khususnya di Jakarta, keberadaan sekian banyak ruas jalan tol masih belum cukup untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas, sehingga ruas-ruas jalan tol baru terus dibangun setiap tahun, dimana hak konsesi (atau disebut juga hak pengusahaan) dari sebagian besar ruas jalan tol tersebut biasanya dipegang oleh JSMR. Sejak tahun 2009 hingga saat ini, JSMR telah memperoleh setidaknya empat hak konsesi baru termasuk jalan tol Tanjung Benoa, dan kedepannya akan menyusul delapan hak konsesi lainnya, namun kedelapan ruas jalan tol ini sampai sekarang masih dalam tahap konstruksi alias belum selesai dibangun.

Konstruksi Jalan Tol Tanjung Benoa, Bali, yang pada saat ini sudah selesai

(Catatan: Seluruh ruas jalan tol di Indonesia adalah milik pemerintah RI, namun hak pembangunan serta pengelolaannya, yang kemudian disebut sebagai ‘hak konsesi’, diberikan kepada perusahaan, entah itu BUMN atau dalam hal ini Jasa Marga, ataupun perusahaan swasta. Per Kuartal III 2013, JSMR memegang hak konsesi jalan tol senilai total Rp21 trilyun).

Seiring dengan bertambahnya jumlah hak konsesi jalan tol, maka otomatis pendapatan JSMR juga turut bertambah. Pada tahun 2008, JSMR mencatatkan pendapatan Rp3.3 trilyun, yang meningkat menjadi Rp9.1 trilyun pada tahun 2012. Selama kurun waktu lima tahun tersebut, jumlah hak konsesi yang dipegang JSMR meningkat dari 13 menjadi 17 ruas tol, dengan total panjang jalan tol meningkat dari 527 menjadi 555 kilometer, atau hanya bertambah sebanyak 28 kilometer.

Menariknya, jika kedelapan ruas jalan tol yang pada saat ini masih dalam tahap konstruksi pada akhirnya nanti selesai dibangun dan siap beroperasi pada tahun 2016 nanti, maka total panjang jalan tol yang dikelola oleh JSMR akan meningkat menjadi.. 738 kilometer! Atau bertambah 183 kilometer dari panjang saat ini. Jadi berapa kira-kira pendapatan yang akan diraup JSMR dalam beberapa tahun kedepan?

Anyway, prospek jangka panjang JSMR seperti yang kita bahas diatas mungkin tidak semenarik kelihatannya. Membangun jalan tol bukanlah pekerjaan mudah, dan masalahnya adalah JSMR tidak berada dalam posisi sebagai pengambil keputusan pembangunan jalan tol, melainkan hanya pelaksana pembangunan. Sementara posisi sebagai pengambil keputusan, itu ada di Pemerintah, dalam hal ini Kementerian PU, dan mereka sangat lamban dalam bekerja. Termasuk memperpanjang tenggat waktu penyelesaian jalan tol, itu juga merupakan hal yang biasa. Pihak manajemen JSMR sendiri mengakui bahwa kendala terbesar dalam operasional mereka adalah Pemerintah itu sendiri. Contohnya untuk pembebasan lahan saja, Kementerian PU bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun, entah apa masalahnya.

Atau bagaimana jika Kementerian PU diletakkan dibawah Kementerian BUMN saja? Biar Pak Dahlan juga bisa marah-marah ke orang-orang disitu.

Karena itulah, anda sebagai investor mungkin tidak bisa berinvestasi di JSMR ini jika hanya karena tertarik dengan prospek dari pembangunan ruas-ruas jalan tol baru milik perusahaan. Meski demikian, JSMR tetap menarik karena beberapa poin berikut:

  1. Membangun jalan tol memang sulit, namun setelah jalan tol tersebut jadi, maka kesananya JSMR tinggal panen pendapatan untuk jangka waktu yang amat lama. Dalam hal ini meski kita ambil kemungkinan terburuk bahwa proyek-proyek pembangunan jalan tol yang dikerjakan perusahaan ternyata gagal total, namun JSMR akan tetap terus menikmati pendapatan dari jalan-jalan tol yang sudah ada.
  2. Tarif jalan tol senantiasa naik dari waktu ke waktu, tanpa perusahaan perlu khawatir bahwa akan terjadi penurunan jumlah pengguna jalan tol. Dan hal ini otomatis menjamin bahwa pendapatan JSMR akan senantiasa naik dari tahun ke tahun, dengan tingkat kenaikan yang paling tidak lebih tinggi dari inflasi. Boleh dibilang JSMR bermain di sektor yang kebal terhadap krisis ekonomi, dan kinerja keuangannya sendiri dalam lima tahun terakhir memang menunjukkan hal tersebut.
  3. JSMR dikelola oleh tim manajemen yang kompeten dan bisa dipercaya. Pada akhir tahun 2012, perusahaan memperoleh skor 94.6 untuk GCG-nya, alias sangat baik. Dan kalau penulis pelajari cara penyusunan laporan keuangan perusahaan, JSMR ini juga sangat mirip dengan Astra International (ASII) dan juga Unilever (UNVR), dimana laporan keuangannya sederhana dan ‘bersih’.
  4. Nggak seperti BUMN-BUMN lain yang nyasar kesana kemari, JSMR sepenuhnya fokus hanya pada usaha jalan tol saja, dan itu tentu bagus.
  5. Untuk membiayai pembangunan jalan tol, sejak tahun 1983 JSMR secara rutin menerbitkan obligasi, dan sampai sekarang nggak pernah telat dibayar apalagi default. Obligasi itu sendiri mendapat peringkat AA dari Pefindo, alias sangat baik.

Seperti beberapa BUMN-BUMN lain seperti PLN, Pertamina, hingga Krakatau Steel, JSMR sebenarnya bermain di industri strategis, dimana kebutuhan masyarakat akan jalan tol tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika dimasa mendatang Pemerintah sukses membangun hingga 1,000 kilometer jalan tol sekalipun, maka jalan-jalan tol tersebut tetap akan dipenuhi oleh ribuan mobil setiap harinya. Dan untungnya JSMR memang kompeten dalam bidangnya tersebut. Kalau yang bisa penulis lihat sendiri, setiap kali ada ruas jalan tol yang rusak karena tanah longsor atau semacamnya, maka JSMR selalu bergerak cepat untuk memperbaikinya. Kualitas jalan tol di Indonesia juga sangat bagus, paling tidak jika dibandingkan dengan jalan raya biasa yang selalu berlubang setelah kebanjiran ketika tiba musim hujan, dan lagi-lagi orang PU sangat lambat dalam memperbaikinya.

Lalu bagaimana dengan sahamnya?

Pada Kuartal III 2013, laba bersih JSMR turun 16.2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun itu karena pada periode tahun sebelumnya tersebut perusahaan memperoleh pendapatan non operasional dari penjualan salah satu ruas jalan tolnya ke Citra Marga Nusaphala (CMNP), jadi bukan karena laba JSMR benar-benar turun. Dari sisi pendapatan, kinerja JSMR masih naik 31.2%, dan kenaikan ini seharusnya bisa dipertahankan mengingat mulai tahun 2014 mendatang, perusahaan bisa dipastikan akan menerima tambahan pendapatan dari Jalan Tol Tanjung Benoa.

Terkait kualitas fundamentalnya, terdapat setidaknya dua hal yang menyebabkan JSMR ini boleh dikatakan istimewa. Pertama, kinerja perusahaan hampir bisa dipastikan akan bertumbuh terus secara stabil, atau bahkan labanya akan melompat dalam dua tiga tahun kedepan, jika ruas-ruas jalan tol yang saat ini tengah dibangun pada akhirnya sukses beroperasi (dan dalam lima tahun terakhir, panjang ruas jalan tol yang dikelola JSMR juga memang terus bertambah bukan?). Dan kedua, perusahaan juga memiliki nama besar (brand equity), dimana jika anda tinggal di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, hingga Medan, maka anda akan rutin menggunakan jalan tol, sehingga anda tidak mungkin tidak tahu nama perusahaan yang satu ini.

Karena itulah, JSMR kemudian menjadi salah satu saham blue chip di bursa yang dihargai premium oleh investor, dimana JSMR senantiasa mencatatkan PER antara 15 – 20 kali (sebagai perusahaan mapan, valuasi JSMR bisa dilihat dari PER-nya). Penulis tidak ingat kalau saham ini pernah mencatatkan PER dibawah 15 kali, bahkan meski dulu (3 tahun yang lalu) sahamnya masih berada di level 3,000-an.

Sayangnya pada harga 5,000, PER JSMR ternyata masih cukup tinggi, yakni 24.9 kali. Penulis sebenarnya membahas saham ini karena tertarik dengan fakta bahwa JSMR sudah turun jauh dari puncaknya yakni 6,900, tapi bahkan pada harganya saat ini JSMR masih belum bisa dikatakan murah. Jika dibandingkan dengan beberapa blue chip kelas satu lainnya seperti ASII, BBRI, hingga PGAS, mereka semua mencatatkan PER kurang dari 15 kali, padahal kualitas kinerjanya relatif lebih baik. Jika pada tahun 2014 nanti laba JSMR melompat karena adanya tambahan pendapatan dan laba bersih dari tol Tanjung Benoa, maka mungkin barulah harga JSMR pada saat ini boleh dibilang wajar, namun itu juga cuma asumsi bukan? Karena kenaikan pendapatan tidak selalu berarti kenaikan laba bersih. Jadi kalau penulis sendiri lebih suka menunggu saham ini turun lebih rendah lagi, let say ke 4,000 – 4,300, kemudian baru masuk. Jika tidak maka yaa, masih banyak saham lain yang lebih menarik, baik dari sisi kualitas fundamental maupun valuasinya.

Tapi jika anda sukses masuk di harga 4,000-an tersebut, maka selanjutnya anda bisa duduk santai untuk waktu yang sangat lama. Plus, anda mungkin akan menjadi satu-satunya orang yang tersenyum lebar ketika nanti Jasa Marga mengumumkan bahwa tarif tol naik lagi, ketika orang lain justru marah-marah.

PT Jasa Marga (Persero), Tbk
Rating Kinerja pada Q3 2013: A
Rating saham pada 5,000: BBB

Komentar

ksir mengatakan…
Very well drafted! Well done.

Aneh ya, kalau harga bbm naek, demo muncul di mn2.
Tapi harga tol naek lmyn gede, respon masyarakat kyknya biasa2.

Apakah respon seperti itu normal dan akan terus2an seperti itu?

Kinerja JSMR ke depan bakal sangat terpengaruh dengan jawaban atas pertanyaan tsb.

Kalau jalan tol naek, demo muncul di mn2, apakah mereka bisa naekin harga tiap taon? atau tiap 2 taon?
farid hajib mengatakan…
Terima kasih pak teguh,,
sangat luas dan detil sekali,

semoga bermanfaat
Anonim mengatakan…
@ksir
penguna jalan tol itu kelas middle to Up pak, alias yang punya mobil, mana mungkin kelas itu bisa kompak demo. lagipula naiknya cm 1000 perak sampai 2000, ngak berasa pak. ngak bikin mereka miskin

hehe
Anonim mengatakan…
Malam pak saya mendengar kabar/rumor bahwa JSMR mulai mempertimbangkan untuk masuk bisnis properti dengan memanfaatkan tanah miliknya yang berada disekitar jalan-jalan tol yang dioperasikannya (mungkin mereka akan menyewakan tanah tsb untuk dikelola menjadi rest area atau taman hiburan atau bengkel-bengkel atau penginapan atau lainnya yang dpt mensupport core bisnis mereka), menurut bapak apakah hal tersebut mungkin bisa terjadi? dan bagaimana prospeknya? Terima kasih

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?