Investasi Saham untuk Mahasiswa dan Ibu Rumah Tangga
Pak Teguh, saya adalah mahasiswa
semester 4 yang baru saja memulai investasi saham. Ada saran? Saya sengaja ikut
investasi karena sadar betul bahwa jika saya menyimpan tabungan saya di bank, maka
nilai dari tabungan saya tersebut akan tergerus inflasi.
Masa-masa perkuliahan adalah masa-masa dimana seseorang sedang mencari jati
diri, saya tahu persis hal itu karena pernah mengalaminya juga (rasanya seperti kemarin). Karena itulah,
ketika seorang mahasiswa memutuskan untuk berinvestasi di pasar saham, maka biasanya
motif dan tujuannya bisa berbeda-beda, seringkali karena mahasiswa tersebut belum mengetahui secara persis apa yang sebenarnya
ia inginkan. Beberapa tujuan tersebut misalnya: 1. Ingin memiliki
penghasilan sampingan setiap bulan, 2. Ingin belajar tentang dunia pasar saham
itu sendiri, karena saya sangat tertarik dengan dunia tersebut, 3. Ingin menjadi
terkenal seperti Warren Buffett, 4. Ingin menjadi kaya raya, punya mobil mewah
dan kapal pesiar, dan 5. Ingin memiliki tabungan yang aman dari ‘hantu’
inflasi, seperti yang disebutkan diatas.
Namun kalau kita bertanya kepada investor profesional, termasuk juga para
fund manager di perusahaan reksadana, maka motif serta tujuan mereka setiap
kali membeli saham tertenu hanya ada satu: Mencatatkan
kinerja tahunan yang lebih tinggi dibanding kinerja rata-rata pasar. So, katakanlah
dalam setahun IHSG naik 5%, maka anda boleh dikatakan telah berhasil mencapai
tujuan anda jika keuntungan yang anda peroleh adalah 15%, alias 10% diatas
rata-rata pasar.
Diluar motif tersebut, tidak ada motif lainnya lagi. Investor profesional
biasanya tidak pernah memikirkan bahwa jika nanti investasinya menghasilkan
keuntungan besar, maka duitnya akan dipakai buat apa. Meski anda mungkin bisa
melihat bahwa beberapa investor yang sukses memiliki gaya hidup yang glamor,
tapi untuk investor yang benar-benar sukses, biasanya mereka memiliki gaya
hidup yang sederhana.
However, motif investasi yang disebutkan terakhir diatas, yakni untuk memiliki
tabungan yang tidak akan tergerus oleh inflasi, itu juga merupakan motif yang
tentu saja sangat baik, dan juga sangat disarankan bagi anda yang memiliki ‘uang
nganggur’, yang anda tidak memiliki rencana untuk menggunakannya untuk
keperluan tertentu. Penulis sendiri memiliki dua buah rekening bank yang
saldonya cuma cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara selebihnya? Ya
ditaroh di saham, dan juga sebagian kecil asuransi.
Nah, jadi balik lagi ke pertanyaan diatas: Jika saya memiliki saran untuk
teman-teman mahasiswa yang hendak berinvestasi di saham, maka pertama-tama
adalah tentukan apa tujuan anda, kemudian fokus
pada tujuan tersebut. Mungkin perlu penulis katakan disini bahwa bagian ‘fokus’
inilah yang paling sulit, karena ketika anda bertujuan untuk memiliki tabungan
yang aman dari inflasi, misalnya, maka anda tidak akan membutuhkan waktu lama untuk
menyadari bahwa meski tabungan anda kini aman dari risiko inflasi, namun tidak
aman dari risiko fluktuasi pasar maupun fluktuasi harga saham itu sendiri,
dimana risikonya jauh lebih besar. Dan ketika anda menyadari hal itulah, maka
biasanya fokus anda akan menjadi berantakan, dimana anda akan mulai berpikir bagaimana
caranya untuk survive ketika pasar
turun, dan sebaliknya bagaimana caranya untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya
ketika pasar naik.
Lalu bagaimana soal ‘melindungi tabungan dari inflasi’? Well, itu cerita
lama, saya sudah lupa!
Jadi pada akhirnya, motif yang paling ideal bagi seorang mahasiswa ketika
ia memulai investasinya di pasar saham, adalah untuk belajar tentang dunia pasar saham itu sendiri. Trust me, mau anda
baca buku setebal 10 ribu halaman sekalipun tentang investasi, namun anda tetap
tidak akan memahami apapun selama anda tidak mempraktekkan investasi itu
sendiri! Jadi jangan dulu berpikir tentang keuntungan milyaran, kapal pesiar,
atau semacamnya, yang penting learning by
doing saja dulu.
Saya pikir anda sangat beruntung jika anda sudah menyadari pentingnya
investasi ini ketika masih duduk di bangku kuliah, alias masih berusia awal
20-an. Karena meskipun anda akan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk
belajar hingga pada akhirnya mampu menghasilkan kinerja yang konsisten, namun
anda memiliki ‘waktu’ tersebut. Bagi investor manapun, ‘waktu’ adalah aset yang
amat sangat berharga, dan pepatah bahwa ‘waktu adalah uang’ bisa jadi benar
adanya jika anda bisa menggunakan waktu yang anda miliki untuk (belajar)
berinvestasi dengan baik dan benar. Jangan berkecil hati hanya karena modal yang anda miliki cuma Rp5 juta atau bahkan kurang dari itu, karena anda memiliki kelebihan dibanding
investor lain berupa ‘waktu’ itu tadi! Selain itu ingat pula bahwa investor
besar manapun tidak ada yang langsung memulai kegiatan investasinya dengan dana
trilyunan, melainkan tetap saja pake uang kecil dulu (jika anda nggak percaya,
tanya saja LKH).
Apakah perlu saya membeli emas atau
instrumen lindung nilai lainnya?
Saya nggak tahu kalau orang lain bagaimana, tapi saya tidak melakukannya
dimana seluruh aset saya (kecuali rumah dan sejumlah uang untuk kebutuhan
sehari-hari, tentu saja) ditempatkan di saham. Jadi jika pasar nanti sewaktu-waktu
anjlok seperti tahun 2008, maka paling nggak saya masih punya tempat untuk
berteduh dan bertahan sampai pada akhirnya nanti pasar pulih kembali. Karena
pada akhirnya, indeks-indeks saham termasuk IHSG akan senantiasa terus naik dalam jangka panjang. Ada banyak
investor terkenal yang sudah pernah melewati berbagai periode krisis, tapi toh
mereka sehat-sehat aja tuh, malah rata-rata panjang umur.
Bagaimana pandangan anda tentang
investasi menggunakan metode Dollar Cost Averaging (DCA)?
Penulis kurang setuju dengan metode investasi seperti itu karena
mengabaikan faktor valuasi, dimana anda disarankan untuk membeli saham setiap
kali anda memiliki uangnya, bukan ketika saham yang anda incar tersebut berada
pada posisi layak beli. Selain itu
metode DCA ini hanya efektif bagi saham-saham yang secara fundamental sudah
sangat mapan, tapi biasanya saham model begini harganya nggak pernah murah
kecuali pasar saham itu sendiri lagi drop.
However, hingga batas tertentu, metode DCA ini memang terbukti sukses
dimana keuntungan yang dihasilkan bisa lebih tinggi dari rata-rata pasar. Jadi
jika anda hendak menerapkan metode ini, maka pilihlah saham-saham yang sudah
mapan dan memiliki fundamental bagus, yang memiliki nilai
intrinsik lebih tinggi dibanding nilai buku perusahaannya sendiri. Misalnya
Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Astra International (ASII), Semen
Indonesia (SMGR), Indofood (INDF), hingga Perusahaan Gas Negara (PGAS).
Saya seorang ibu rumah tangga, dan
saya baru saja mengalihkan asuransi/unit link pendidikan anak saya ke saham
(saya baru membuka rekening di sekuritas). Tapi jujur, saya masih bingung apakah
saya harus beli saham BBRI, JSMR, UNVR, PGAS, KLBF, atau yang mana? Karena kalau
terlalu banyak ntar malah pusing jadinya. Tapi yang jelas anak saya baru akan
kuliah 7 tahun lagi, jadi saya berniat investasi jangka panjang saja. Ada
saran?
Ketika seseorang mengalihkan asetnya, entah itu dari sebelumnya berbentuk asuransi
unit link, reksadana, aset tetap berupa tanah dll, ke dalam investasi saham,
maka sudah tentu tujuannya adalah agar aset tersebut menjadi lebih produktif,
alias mampu menghasilkan keuntungan atau kenaikan nilai yang lebih besar dari
sebelumnya. However, ingat pula bahwa ketika sebuah investasi mampu
menghasilkan keuntungan yang lebih besar, maka biasanya risikonya untuk
menderita kerugian (atau penurunan nilai) juga menjadi lebih besar. Hal ini
perlu anda perhatikan dengan serius terutama jika dana yang anda gunakan untuk
investasi saham bukanlah dana nganggur, melainkan dana yang memang sudah ada
rencana penggunaannya (untuk dana pendidikan tadi).
Karena itulah, anda sebaiknya menempatkan investasi anda pada saham-saham
tipe low risk, dan itu berarti kalau
nggak saham-saham perbankan ya
saham-saham consumer, plus beberapa
perusahaan di sektor lainnya yang memiliki track record jangka panjang yang
baik. Keuntungan yang anda peroleh dari saham-saham ini mungkin akan sangat
kecil setiap tahunnya, tapi jika keuntungan tersebut diakumulasikan dalam tujuh
tahun kedepan, maka sangat mungkin bahwa nilainya bisa menjadi jauh lebih besar
dari yang anda bayangkan.
Logo dari Salah Satu Bank Terbaik di BEI Saat ini |
Penulis sendiri untuk tahun ini lebih prefer saham-saham perbankan
ketimbang consumer, karena sepanjang tahun 2013 lalu saham-saham consumer sudah
naik cukup banyak, sementara perbankan cenderung jalan ditempat (sehingga
valuasinya pada saat ini lebih rendah ketimbang setahun lalu, karena selama
setahun terakhir ini kinerja para emiten perbankan terus melaju tanpa
hambatan). Jadi anda mungkin bisa mengikuti langkah yang sama. Soal komposisi
portofolio, sebaiknya sebar dana anda pada 7 hingga 10 saham yang berbeda, atau
maksimal 12 saham. Berdasarkan pengalaman selama ini, strategi diversifikasi seperti
itu cukup efektif dimana tidak ada satu saham tertentu yang memiliki bobot
terlalu besar terhadap kinerja portofolio secara keseluruhan, sementara kita
bisa mengawasi seluruh saham secara efektif, satu per satu.
Tapi pak Teguh, sudah hampir setahun
ini saya buka rekening, dan sudah setor juga. Tapi masih belum berani untuk
beli saham sendiri, saya masih takut! Apa yang harus saya lakukan?
Ehm, begini bu.. Waktu saya kecil saya paling takut masuk ke kolam renang
karena saya pikir ada hiu besar yang sedang berenang didalamnya. Menjelang usia
enam tahun, ketika untuk pertama kalinya masuk sekolah, saya sangat takut untuk
masuk ruang kelas, entah karena alasan apa. Ketika saya belajar naik sepeda,
saya takut saya akan jatuh, dan ternyata saya benar-benar jatuh. Menjelang usia
remaja, saya takut ketika untuk pertama kalinya harus naik bis sendirian ke
Kota Bandung untuk melanjutkan kuliah (saya asli Cirebon). Lulus kuliah, saya
takut ketika harus berhadapan dengan HRD sebuah perusahaan dimana saya melamar
pekerjaan disitu. Ketika saya sudah punya pekerjaan, saya takut ketika untuk
pertama kalinya duduk dihadapan calon mertua untuk ditanya, ‘Kamu sudah siap?’
Dan terakhir, beberapa tahun yang lalu ketika saya untuk pertama kalinya
harus pergi cukup jauh, saya takut sampai keringat dingin ketika saya sampai di
bandara, naik pesawat, pesawat tersebut tinggal landas, hingga ketika saya
sudah berada di udara. Pikiran saya ketika itu cuma satu: Bagaimana jika
pesawat ini jatuh??? Dan ketakutan saya baru mereda ketika pesawat tersebut
akhirnya mendarat dengan selamat.
Kemudian barulah di penerbangan-penerbangan selanjutnya, saya nggak pernah
takut lagi.
Intinya, bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, rasa takut ketika untuk pertama
kalinya melakukan sesuatu yang sama sekali baru, itu adalah hal yang amat sangat wajar. Dan
satu-satunya cara untuk mengatasi rasa takut seperti itu adalah dengan.. segera
melakukannya! Just do it! Jika anda tahun ini berniat untuk mulai berinvestasi
di saham, namun kemudian anda menundanya hingga tahun depan karena takut, then
trust me, di tahun depan juga anda bakal sama saja takutnya! Lain halnya jika
anda pada saat ini segera berdiri tegap dan terjun ke pasar, maka lambat laun
rasa takut itu akan hilang dengan sendirinya, dan di tahun depan anda akan
lebih percaya diri dalam melakukan kegiatan investasi.
By the way, sekitar beberapa bulan terakhir ini penulis banyak menerima email dari
teman-teman investor yang baru masuk pasar, yang mengeluh bahwa baru juga mulai
belajar saham sudah harus menderita kerugian yang gede banget, seiring dengan
turunnya IHSG dalam enam bulan terakhir. Namun, meskipun sulit untuk
mengatakannya, penulis kira lebih baik menderita kerugian diawal
sehingga anda sadar bahwa anda perlu belajar, daripada belum apa-apa sudah langsung memperoleh untung
besar sehingga kita merasa hebat dan nggak mau belajar lagi, kadang-kadang sampai meremehkan orang lain. Pada akhirnya, pasar
mau naik atau turun, itu soal biasa. Tapi kalau kita sudah kehilangan mental
sebagai seorang investor, maka itu berarti sudah salah untuk seterusnya.
NB: Penulis membuat CD rekaman seminar dengan tema ‘nilai intrinsik saham’.
Anda bisa memperolehnya
disini.
Komentar
Jika anda ingin melawan arus, jangan gunakan sirip yang lemah, jika anda lemah minta kekuatan dari Tuhan supaya sirip anda kuat.
Buat ibu RT : janganlah sesekali pakai uang kebutuhan makan, sekolah, listrik, air,dsb buat investasi saham. Thanks
Intinya sih, bahkan setelah 10 atau 20 tahun sekalipun, jika selama itu kinerja kita jika dirata2kan memang diatas indeks, maka itu bukan berarti tugas kita sebagai investor sudah selesai, karena masih akan ada tahun berikutnya, dan berikutnya lagi, kecuali jika anda memang sudah puas dengan apa yg anda capai dan akhirnya pensiun alias keluar dari pasar.