Astra International
Ada satu hal menarik ketika penulis melakukan screening saham rutin,
beberapa waktu lalu, yakni munculnya saham Astra International (ASII) diantara
saham-saham hasil screening tersebut. ASII tentu bukan nama asing bagi investor
manapun, namun penulis sendiri sudah lupa kapan terakhir kali megang saham ini.
However, berdasarkan beberapa pertimbangan, ASII pada saat ini mungkin bisa
kembali menjadi pilihan investasi terutama bagi anda yang menyukai saham-saham
blue chip dengan likuiditas tinggi.
ASII adalah perusahaan tipe konglomerasi terbesar di Indonesia, dengan 178
anak perusahaan dan total 191,000 karyawan per September 2013. Sebagai
konglomerasi, ASII bergerak di beragam sektor usaha,
yakni otomotif, layanan jasa keuangan, alat-alat berat dan pertambangan
batubara, perkebunan kelapa sawit, teknologi informasi, dan infrastruktur dan
logistik. Untuk jenis unit usaha yang disebut terakhir mungkin masih asing, namun
ASII memang juga memiliki anak usaha di bidang operator jalan tol, penyewaan
mobil, jasa pengolahan air minum, terminal bahan bakar, hingga pelabuhan. Hingga
kuartal III 2013, ASII meraup pendapatan Rp5.6 trilyun dari bisnis infrastruktur
dan logistik, atau lebih besar dibanding pendapatan dari bisnis teknologi
informasi sebesar Rp1.5 trilyun (melalui Astra Graphia/ASGR).
Berikut adalah rincian pendapatan serta laba bersih ASII per Kuartal III
2013, berdasarkan jenis usahanya, dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2012:
Pendapatan
|
Q3 2013
|
Q3 2012
|
Growth (%)
|
Otomotif
|
80,648
|
76,063
|
6.0
|
Jasa Keuangan
|
10,416
|
9,717
|
7.2
|
Alat-Alat Berat dan Tambang
Batubara
|
37,305
|
44,137
|
(15.5)
|
Perkebunan Kelapa Sawit
|
8,324
|
8,575
|
(2.9)
|
Infrastruktur dan Logistik
|
5,648
|
5,498
|
2.7
|
Teknologi Informasi
|
1,460
|
1,301
|
12.2
|
Eliminasi
|
(1,961)
|
(2,153)
|
|
Total
|
141,840
|
143,138
|
(0.9)
|
Laba Bersih
|
Q3 2013
|
Q3 2012
|
Growth (%)
|
Otomotif
|
7,029
|
7,384
|
(4.8)
|
Jasa Keuangan
|
3,433
|
2,945
|
16.6
|
Alat-Alat Berat dan Tambang
Batubara
|
3,445
|
4,499
|
(23.4)
|
Perkebunan Kelapa Sawit
|
965
|
1,748
|
(44.8)
|
Infrastruktur dan Logistik
|
383
|
515
|
(25.6)
|
Teknologi Informasi
|
131
|
107
|
22.4
|
Eliminasi
|
-
|
-
|
|
Total
|
15,386
|
17,198
|
(10.5)
|
Nah, perhatikan bahwa ASII masih mengalami penurunan kinerja terutama dari
bisnis alat-alat berat, tambang batubara serta perkebunan kelapa sawit. Namun
dari bisnis jasa keuangan, termasuk didalamnya perbankan dan asuransi,
pertumbuhannya masih cukup baik. Menariknya jika dibanding unit-unit usaha ASII
lainnya, jasa keuangan juga merupakan unit usaha yang memiliki margin laba
tertinggi, yakni 33.0%, sementara margin laba ASII secara keseluruhan hanya
10.8%. Bisa dikatakan bahwa unit usaha inilah yang menyebabkan kinerja ASII,
meskipun turun, namun masih cukup baik dengan ROE yang masih terjaga di level
20.8%.
Sementara untuk unit-unit usaha lainnya, boleh dibilang semuanya mengalami
tahun yang berat sepanjang 2013 kemarin. Untuk bisnis otomotif, perrmintaan
akan produk-produk otomotif, baik roda empat maupun dua masih tinggi seiring
dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, namun ASII harus menghadapi
persaingan yang semakin ketat plus kenaikan biaya tenaga kerja. Sementara untuk
bisnis alat-alat berat, tambang batubara, serta perkebunan kelapa sawit,
problemnya masih sama: Penurunan harga batubara dan crude palm oil/CPO, yang
menyebabkan penurunan permintaan alat-alat berat dan berkurangnya margin laba.
However, volume penjualan CPO masih meningkat signifikan, yang ini berarti jika
nanti harga CPO kembali pulih maka ASII seharusnya tidak akan mengalami kesulitan
untuk kembali meningkatkan perolehan labanya dari unit bisnis perkebunannya.
Untuk mengatasi masalah persaingan di unit bisnis otomotif, sejak September
2013 lalu ASII meluncurkan Toyota Agya dan Daihatsu Ayla, yang kemudian boleh
dibilang sukses di pasaran. Langkah ini sebenarnya ditiru oleh salah satu pesaing
utama ASII, yakni Indomobil (IMAS) yang meluncurkan Karimun Wagon-R, namun
diluar itu boleh dibilang tidak ada pesaing berarti. Untuk unit bisnis alat-alat
berat dan batubara boleh dibilang tidak ada aksi korporasi apa-apa selain
menunggu harga batubara pulih kembali, namun untuk unit bisnis perkebunan
kelapa sawit, ASII melalui Astra Agro Lestari (AALI) menjalin kerjasama dengan KL
Kepong Plantation Holdings, salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit asal
Malaysia, untuk mendirikan KLK Pte Ltd di Singapura, untuk memperluas pasar penjualan
produk CPO.
Yang menarik adalah, untuk tahun 2014 ini ASII berencana untuk masuk ke
bisnis properti, meskipun masih kecil-kecilan. Langkah yang dilakukan adalah
dengan membeli lahan seluas 2.4 hektar di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta,
dimana diatas lahan tersebut akan dibangun Menara
Astra, sebuah gedung perkantoran setinggi 47 lantai, dan tiga buah menara apartemen. Saat ini lahannya sudah diakuisisi, namun pembangunan gedung-gedungnya masih belum dimulai. Dalam hal ini ASII bekerja sama dengan pihak berelasi, Hong Kong Land (HKL),
dimana baik ASII maupun HKL sama-sama merupakan anak usaha dari Grup Jardine
Matheson.
Okay, lalu apa yang membuat ASII ini, seperti yang penulis katakan diatas,
kembali menarik untuk investasi? Well, itu karena beberapa poin berikut:
1. ASII adalah perusahaan
terbesar di BEI dari sisi aset bersih, dan terbesar kedua dari sisi market cap
(setelah HM Sampoerna/HMSP). Namun karena HMSP memiliki likuiditas yang seret,
maka tetap saja ASII merupakan yang terbesar. Ada banyak sekali investor retail
maupun institusi, baik asing maupun lokal, yang memegang ASII ini, jadi kalau
bagi penulis inilah ‘saham sejuta umat’ yang sesungguhnya.
2. ASII merupakan
perusahaan yang mapan, memiliki nama besar, serta reputasi yang sangat baik.
Siapa di Indonesia yang tidak tahu nama Grup Astra? Ada banyak grup
konglomerasi besar di Indonesia, namun hanya Astra yang memiliki reputasi yang sangat
baik dimana perusahaan memiliki sejarah yang panjang, track record kinerja yang
baik, dan secara nyata turut mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3.
Manajemen
ASII sangat fair terhadap investor, dimana mereka terus menjalankan bisnis
dengan apa adanya, dan rutin membagikan dividen dalam jumlah besar setiap tahun.
Perusahaan juga tidak pernah bermasalah dengan hutang ataupun pajak, sehingga
diluar faktor-faktor eksternal seperti penurunan harga komoditas, manajemen
ASII tidak pernah benar-benar menghadapi masalah serius dalam menjalankan operasional
perusahaan.
Kalau yang penulis perhatikan, pada awal tahun 2000-an lalu, ASII dikenal
sebagai perusahaan otomotif semata. Namun dalam lima tahun terakhir kontribusi
segmen otomotif turun menjadi hanya sekitar 50% pendapatan, dan itu bukan
karena penjualan mobil dan motor menurun, melainkan karena Indonesia sempat
mengalami booming batubara dan CPO, beberapa tahun lalu, sehingga pendapatan
ASII dari bisnis alat-alat berat, tambang batubara, dan perkebunan kelapa
sawit, meningkat tajam. However seiring dengan berjalannya waktu, harga-harga
komoditas kembali turun, atau dalam bahasa penulis, ‘kembali normal’. Dalam dua
tahun terakhir, pendapatan serta laba ASII dari bisnis komoditas memang tampak
turun, namun sebenarnya hanya kembali ke level normalnya, karena memang tahun
2010 dan 2011 merupakan masa-masa keemasan bagi batubara dan CPO.
Nah, kita memang nggak tahu kapan batubara dan CPO akan booming kembali. Namun
yang jelas, berbeda dengan perusahaan-perusahaan batubara lainnya yang langsung
kelimpungan dalam membayar utang-utangnya gara-gara harga batubara turun, ASII
sama sekali tidak mengalami masalah tersebut, sehingga jika nanti dua sektor
komoditas ini kembali pulih, maka ASII, atau dalam hal ini United Tractors
(UNTR) dan AALI, akan menjadi perusahaan pertama yang kembali menikmati pertumbuhan
pendapatan serta laba bersih yang signifikan.
Dan yang menarik dari saham ini tentu saja valuasinya. Ketika artikel ini
ditulis, ASII berada di level 6,800, dan itu mencerminkan PER dan PBV
masing-masing 15.3 dan 2.8 kali. Sebenarnya, valuasi ini belum bisa dikatakan
undervalue, namun pada masa jayanya, ASII sempat berada pada level premium
dimana PBV-nya mencapai 3 – 4 kali, sehingga harganya pada saat ini boleh
dibilang merupakan harga wajarnya. Jika anda bisa masuk pada level yang sedikit
kurang dari harganya saat ini, let say 6,000 pas atau bawahnya, maka itu sudah
bagus sekali. Seperti yang sudah kita bahas diatas, kualitas manajemen ASII
yang sangat mumpuni menyebabkan sahamnya praktis hampir tidak memiliki risiko
korporasi yang berarti, sehingga satu-satunya risiko penurunannya adalah jika
IHSG turun. Tapi seperti biasa, jika nanti IHSG turun dan ASII ini juga turun
ke 6,000 tadi, maka itu selalu merupakan kesempatan untuk beli lagi di harga
bawah.
Ada banyak pemegang saham ASII yang sudah memegang saham ini sejak tahun
2009, 2007, 2002, atau bahkan lebih lama lagi. Dan para pemegang saham lama ini
kemungkinan tidak akan melepas sahamnya hanya karena bisnis yang dijalan ASII sedang lesu,
karena biasanya mereka sudah memiliki chemistry
yang positif dengan perusahaan dan juga orang-orang didalamnya, sehingga
mereka benar-benar merasa memiliki perusahaan. Dan chemistry
seperti itu, jujur saja, sangat sulit diperoleh jika anda berinvestasi pada perusahaan milik
grup-grup konglomerasi lainnya di Indonesia, seperti Bakrie, Lippo, Sinarmas,
hingga MNC Group.
PT Astra International, Tbk
Rating Kinerja pada Q3 2013: A
Rating saham pada 6,800: A
Komentar
Soal nya harga saham nya skrg lbh murah dari nilai buku nya . Terus di lihat dari LK terakhir nya , laba bersih nya masih lumayan mengingat memang semua saham property lagi lesuh . Tolongg di ulas yaa APLN ini .
Thankyou
ok tk y..