Tips Menghadapi Koreksi IHSG
Tadinya untuk minggu ini penulis berniat untuk membahas tema yang lain. Namun
berhubung pada Senin, tanggal 19 Agustus 2013 ini IHSG anjlok sampai 5.6% dalam
sehari, maka tentunya tidak ada yang lebih menarik untuk dibahas selain IHSG
itu sendiri. You know, IHSG kadang naik, kadang turun, setiap hari. Tapi jika
turun sampai diatas lima koma sekian persen? Well, itu tidak terjadi setiap
hari.
Dalam kondisi seperti ini, meski sulit untuk mengatakannya, namun adalah
wajar jika anda nyangkut, karena memang, hari ini semua orang pun nyangkut. Kalau
bagi penulis pribadi, terakhir mengalami kejadian seperti hari ini adalah
persis dua tahun lalu, ketika IHSG dilanda
Agustus – September 2011 mini-crash. Jika pada hari ini IHSG jebol sampai
lima persen lebih, maka ketika itu IHSG jatuh dengan angka cantik, yakni 8.88%.
Bagi anda yang berpengalaman di tahun 2008, maka anda pasti sudah pernah
mengalami hari yang lebih buruk lagi dari hari ini, yakni hari ketika
saham-saham bluchip pada AR kiri semua..
Nah, bagi anda para pelaku pasar yang masih newbie, maka mungkin hari ini
seperti kiamat. But for those who has experience, maka ini bukan akhir dari segalanya.
Ketika Barcelona keok tujuh gol tanpa balas melawan Bayern Munchen di Liga
Champions, maka bukan berarti klub sepakbola asal Spanyol tersebut kemudian
langsung dibubarkan, melainkan tetap jalan terus.
Hanya bedanya, jika Barcelona juga sudah biasa menang 7 – 0 atau bahkan lebih dalam satu kali pertandingan (seperti semalam melawan Levante), maka sepanjang pengetahuan penulis, IHSG belum pernah mencetak skor (baca: naik) hingga lebih dari 5% dalam sehari (atau mungkin pernah, tapi sangat jarang).
Hanya bedanya, jika Barcelona juga sudah biasa menang 7 – 0 atau bahkan lebih dalam satu kali pertandingan (seperti semalam melawan Levante), maka sepanjang pengetahuan penulis, IHSG belum pernah mencetak skor (baca: naik) hingga lebih dari 5% dalam sehari (atau mungkin pernah, tapi sangat jarang).
Namun ketika gilirannya kebobolan (baca: turun), maka ini bukan pertama
kalinya IHSG jeblok sampai lebih dari 5% dalam sehari. Malah, pada tahun 2008
lalu IHSG pernah turun 20% sekaligus hanya dalam tiga hari berturut-turut! Dan
kemungkinan pada tahun 1998 IHSG pernah turun lebih gila lagi dari itu.
Sementara dalam jangka menengah atau panjang pun, penurunan IHSG selalu
lebih cepat dari kenaikannya. Kalau anda ingat-ingat lagi, IHSG perlu waktu
lima bulan untuk naik dari 4,300-an pada awal tahun lalu hingga menyentuh
puncaknya di 5,200 pada akhir Mei. Sementara ketika gilirannya turun, ternyata
IHSG hanya perlu waktu dua setengah bulan saja untuk balik lagi ke 4,300-an.
Sedangkan di tahun 2008 lalu, IHSG hanya perlu waktu sembilan bulan untuk
menjatuhkan diri dari posisi 2,800-an ke posisi 1,100-an, setelah sebelumnya
membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk bergerak sebaliknya (naik dari 1,100-an
ke 2,800-an).
Dan jika kita ingat lagi kata-kata Warren Buffett, yaitu, ‘Butuh waktu 20
tahun untuk membangun reputasi, namun hanya butuh waktu 5 menit untuk
mengacaukannya,’ maka mungkin memang seperti itulah pasar modal, dari dulu
sudah begitu. Buffett kemungkinan mengatakan kalimat tersebut berdasarkan
pengalamannya ketika ia dengan susah payah mengumpulkan cuan dan menumbuhkan
portofolionya dalam waktu yang lama, namun semua cuan tersebut menguap dalam
sekejap atau bahkan berbalik menjadi kerugian, ketika bursa saham anjlok.
Terjadi setiap tahun, dan selalu makan korban |
So, like it or not, that’s how the stock market works, so you have to get
used to it. But how?
Jika Warren Buffett atau Lo Kheng Hong yang ditanya pertanyaan seperti itu,
maka anda pasti sudah hafal jawabannya: ‘Saya tidak pernah memprediksi kapan
market akan bearish, karena saya tidak bisa melakukannya, dan tidak akan pernah
bisa. Jadi ketika market terkoreksi, saya akan berbelanja saham lebih banyak
lagi. Itu saja’.
Sekedar informasi, jika Buffett pernah kehilangan lebih dari separuh
kekayaannya ketika pasar saham Amerika mengalami crash di tahun 1974, maka LKH
juga pernah menderita loss sampai 90% di tahun 1998. Tapi apa kemudian mereka
cut loss? Ternyata tidak, melainkan hold aja terus, malah jika ada dana mereka
akan belanja lagi. Ketika pasar saham mengalami koreksi besar pada tahun
1970-an, Buffett melalui Berkshire Hathaway-nya justru menerbitkan notes (utang)
dengan bunga 8% dimana dananya dipakai buat belanja saham. Warren Buffett
sebenarnya tipikal investor yang anti pakai utang/margin buat beli saham, tapi
ketika itu ia mungkin cukup yakin bahwa penerbitan notes itu diperlukan karena
ada banyak saham yang lagi diobral, dengan potensi upside lebih dari 8% per
tahun. Yup, dari kacamata investor, periode koreksi pada market bukanlah
bencana, melainkan justru merupakan kesempatan untuk belanja saham lebih banyak
lagi, tak peduli meski mereka sedang dalam posisi nyangkut sekalipun.
Tapi sayangnya, cara yang sama tidak selalu bisa dilakukan oleh investor/trader
kebanyakan, karena memangnya siapa yang bisa tahan melihat portofolio membara
tanpa kejelasan kapan bakal balik modal? Jadi kita butuh saran yang berbeda
disini. Dan kalau berdasarkan pengalaman
penulis, maka inilah tahapan yang bisa kita lakukan.
Pertama, jika IHSG sudah dalam periode bullish, ditanda dengan rata-rata
PER-nya yang sudah tinggi yakni 19
atau bahkan 20 kali (angkanya bisa
dilihat di IDX.co.id, di bagian statistik. Jika anda bingung liatnya dimana,
boleh bertanya pada broker anda, seharusnya mereka tau), maka anda harus mulai
mengurangi portofolio anda di saham, alias melepas beberapa pegangan saham
untuk tujuan mengumpulkan cash.
Namun ingat bahwa meski ini kelihatannya gampang untuk dilakukan, tapi pada
prakteknya sama sekali tidak mudah. Seringkali ketika market sebenarnya sudah
bullish, tapi IHSG terus saja breaking new high, dan itu pasti akan terus menggoda
anda untuk masuk lagi. Jadi dalam hal ini anda harus sabar.
Kedua, jika IHSG mulai mengalami penurunan signifikan, yakni turun lebih
besar dari 2% dalam sehari, atau turun lebih dari 5% dalam tiga hari
berturut-turut, maka biasanya itulah tanda bahwa periode bullish akan segera
berakhir, dan akan diganti oleh periode bearish. Pada saat inilah sebaiknya
anda segera cuci gudang, sebelum IHSG benar-benar anjlok.
Ketiga, ingat bahwa seperti periode bullish tidak terjadi dalam sehari
kemudian selesai, maka demikian pula dengan periode bearish. Sepanjang
pengamatan penulis, setiap kali IHSG memasuki masa terkoreksi yang signifikan,
dalam hal ini turun 20% atau lebih, maka IHSG tidak akan turun sebanyak 20% itu
hanya dalam sehari (tentu saja!) melainkan akan butuh waktu minimal sebulan. Penulis katakan
minimal, karena dalam waktu-waktu tertentu, contohnya seperti sekarang ini, periode
market bearish terjadi dalam waktu yang agak lama, yakni dua, tiga, hingga
empat bulan. Pada tahun 2008, periode bear market tersebut bahkan terjadi
selama sembilan bulan penuh.
Jadi dalam hal ini ketika anda melakukan sukses cuci gudang sebelum IHSG
benar-benar jatuh, maka selanjutnya jangan langsung masuk lagi ketika akhirnya
kejatuhan IHSG tersebut terjadi, melainkan tunggu dulu sampai periode
bearish-nya reda, minimal sebulan, atau mungkin lebih. Ketika itulah maka anda
harus bisa bersabar lagi.
Kemudian, apa tandanya bahwa periode bearish sudah berakhir, dan kita sudah
boleh belanja? Bisa macam-macam, tapi yang paling sederhana adalah jika IHSG
minimal sudah turun 20% dari puncaknya, dan sudah ada rebound (IHSG berbalik naik) yang signifikan, maka barulah anda bisa menyicil untuk
belanja lagi (posisi IHSG pada penutupan hari ini, jika dihitung dari puncaknya
yakni 5,251, baru terkoreksi 17.9%). Ketika itu biasanya rata-rata PER saham-saham
di BEI sudah di kisaran wajarnya, yakni 12 - 14 kali. Saham-saham yang bisa
diincar pertama kali adalah saham-saham bluchip karena mereka biasanya sangat
responsif terhadap kenaikan IHSG, jika IHSG memasuki fase bullish kembali.
Namun tips diatas hanya berlaku jika yang terjadi adalah koreksi musiman
biasa tanpa penyebab yang bersifat fundamental. Sementara dalam kasus khusus
seperti tahun 1998 dan 2008, maka koreksi tersebut bisa mencapai 50%, atau
bahkan lebih, yang bisanya ditandai oleh perubahan yang dramatis pada perekonomian,
entah itu perekonomian dalam negeri maupun global. Penulis katakan ‘dramatis’,
karena pada tahun 1998 dan 2008 sama-sama diwarnai oleh cerita-cerita kebangkrutan
perusahaan, bank rush, PHK massal, dan
semacamnya. Sedangkan ketika terjadi koreksi musiman biasa, maka cerita yang
beredar di media biasanya hanya bad news
biasa yang cenderung dibesar-besarkan.
Nah, untuk koreksi tahun 2013 ini, kalau dari kacamata penulis sendiri (eh,
tapi saya gak pake kacamata ding), kejadiannya nggak akan sampai seperti tahun
2008, karena sejauh ini aktivitas bisnis orang-orang masih berjalan dengan
lancar, dan sepertinya belum ada seorangpun yang dengan panik menyerbu Bank BCA
untuk mencairkan depositonya. Koreksi kali ini lebih mirip koreksi tahun 2011,
dimana penyebabnya cukup jelas yaitu kinerja para emiten yang rata-rata tidak
terlalu bagus pada Semester I 2013 ini, pertumbuhan ekonomi kita melambat
menjadi tinggal 5.81%, dan Rupiah juga melemah menjadi sekitar Rp10,450 per US
Dollar, sebagai imbas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Jadi target pelemahan IHSG-nya adalah hingga 20% dari puncaknya, mungkin tidak akan sama persis, tapi juga tidak akan terlalu jauh. Untuk turun lebih dalam dari itu, katakanlah hingga 30% atau bahkan 40% dari puncaknya, maka diperlukan sentimen yang lebih dramatis lagi, misalnya jika Rupiah down hingga Rp12,300 seperti tahun 2008 lalu, dan ada sebuah perusahaan besar yang bangkrut (KARK itu bukan perusahaan besar). Tapi untuk sementara ini penulis kira kecil kemungkinannya itu akan terjadi, karena pertumbuhan ekonomi kita hanya melambat, bukan mandek apalagi sampai krisis.
Jadi target pelemahan IHSG-nya adalah hingga 20% dari puncaknya, mungkin tidak akan sama persis, tapi juga tidak akan terlalu jauh. Untuk turun lebih dalam dari itu, katakanlah hingga 30% atau bahkan 40% dari puncaknya, maka diperlukan sentimen yang lebih dramatis lagi, misalnya jika Rupiah down hingga Rp12,300 seperti tahun 2008 lalu, dan ada sebuah perusahaan besar yang bangkrut (KARK itu bukan perusahaan besar). Tapi untuk sementara ini penulis kira kecil kemungkinannya itu akan terjadi, karena pertumbuhan ekonomi kita hanya melambat, bukan mandek apalagi sampai krisis.
Sementara pada koreksi tahun 2011 lalu, penyebabnya adalah krisis Eropa (Yunani,
masih ingat?) plus debt ceiling Amerika,
alias mirip-mirip dengan krisis global tahun 2008 hanya saja dengan skala yang
lebih kecil. Ketika itupun IHSG terkoreksi sekitar 20%. Pada saat ini perekonomian global tampak mulai pulih, ditandai dengan kemungkinan
dikuranginya kebijakan quantitative
easing oleh Federal Reserve, namun sebagai gantinya, Indonesia akhirnya
menyusul India dan Tiongkok sebagai negara mencatat perlambatan pertumbuhan
ekonomi, terutama karena menurunnya harga-harga komoditas, dan hal itulah yang
kemudian dijadikan justifikasi oleh Mr. Market untuk memasuki periode bearish
kembali.
Okay, I think that’s enough. Terakhir, seperti yang sudah penulis katakan
sebelumnya, meski tips-tips diatas tampak sederhana dan mudah untuk dilakukan,
namun pada prakteknya tidak pernah sesederhana dan semudah itu, termasuk penulis
sendiri nyatanya tetep aja kena nyangkut juga. Tapi mungkin satu poin lainnya
yang juga penting adalah, jika anda sudah pernah mengalami kondisi koreksi seperti
ini sebelumnya, maka seharusnya pada periode bear market kali ini anda akan
lebih tenang dan tidak mudah panik dalam menata ulang portofolio anda, dimana
seringkali justru ketenangan itulah yang lebih diperlukan dalam kondisi bear
market seperti sekarang. Just remember, bahwa sama seperti halnya IHSG tidak akan
selalu bullish terus, maka bearish market-pun pada waktunya nanti akan berakhir
juga, dan berganti menjadi bullish kembali.
Jadi istilahnya, untuk saat ini yang penting asal anda tetap mampu ‘bertahan
hidup’ saja dulu. Karena ingat pula, whatever doesn’t kill you, it will try to
kill you again (oops sorry, this is the correct one: it will make you stronger!).
Good luck!
Komentar
menurut saya kondisi sekarang mirip dengan th 2011 cuman waktu itu kondisi ekonomi dalam negeri lebih bagus dari sekarang, perasaan saya bottomnya periode bearish ini minimal sama dengan th 2011 (bisa lebih dalam) dan recovery (bullish) nya sepertinya lebih lambat. berharap ada momentum positif di 2014 pasca pemilu legislatif & presiden. setuju kalo periode bearish kesempatan untuk belanja saham2 emiten bagus di harga murah.tksss
Dalam analisa Elliott Wave yang merupakan analisa perilaku pelaku pasar, naik dan turun harga itu hal biasa. Disitulah daya tarik keuntungan (profit) menjadi ada.
Secara TA, ada kemungkinan IHSG naik atau rebound ke area 4.370-an sebagai area wave d dari pola koreksi. lihat chart di link berikut ini.
http://tinypic.com/view.php?pic=2hi2skx&s=5
Selesai rebound di area tersebut IHSG bisa turun kembali menyelesaikan wave e sebagai akhir siklus koreksi tersebut. Perkiraan wave e ini ada di area 3.661 - 3.170. sebagaimana chart TF monthly di link berikut ini.
http://tinypic.com/view.php?pic=2vwieso&s=5
Kedua grafik tersebut hanyalah sebuah analisa.
Bagi saya dan teman-teman trader, analisa hanyalah sebuah panduan atau semacam root map. Sedangkan eksekusinya berdasarkan kenyataan.
Kenyataan yang dimaksud adalah ketika harga sudah berada di area pembalikan tersebut dan memperlihatkan candle yang bagus (konfirm pembalikan) disertai volume yang kuat.
Ketika kenyataan (Fakta) tersebut sudah ditemukan barulah masuk market.
Demikian sekedar sharing, semoga bermanfaat.
SahamTerbang
Memang sangat sulit sekali bisa bertahan hold saham dalam kondisi market bearish seperti ini. Terus terang saya sampai saat ini tidak bisa, dan mungkin tidak akan pernah bisa.
Biasanya dalam memilih saham (stock picking), saya berpatokan pada sisi fundamentalnya, sedangkan untuk pemilihan waktu pembeliannya (termasuk menentukan akan hold atau akan lepas) pakai metode analisa teknikal sederhana yaitu garis moving average.
Dan tambahan lagi, kita invest di saham, bukan di indeks IHSG. Jadi terserah IHSG mau kemana, yang perlu dilihat ya pergerakan grafik saham yg kita pegang.
Jadi kalau ada seorang "investor" mau berbagi rahasia mereka, perlu diteliti apakah dia benar2 true investor, atau dia trader, atau dia cuma seorang komentator. Pasti semua investor yg membaca komen saya ini mengangguk2 setuju.
Seorang baru bisa dibilang investor apabila dia bisa mengembangkan portofolionya secara konstan dengan tingkat kenaikan jauh di atas Obligasi Negara dengan jangka waktu minimal 10 tahun atau bahkan lebih. Saat itu kekayaannya pasti sudah puluhan atau ratusan miliar (minimal).
Apakah anda termasuk dalam true investor? Jujur saja saya juga cuma seorang komentator.
masalahnya kalau sedang loss tidak ada yang pernah bisa prediksi kan meluncur nya seberapa jauh atau dekat.. begitu pula dengan profit.. kalau bisa diketahui tentu metode anda sangat ideal.