Ace Hardware Indonesia
Ngomong-ngomong soal Ace Hardware, apa yang terlintas di benak anda ketika
mendengar ‘Ace Hardware’ tersebut? Kalau penulis yang ditanya demikian, penulis
akan menjawabnya: ‘Itu adalah nama toko, atau lebih tepatnya supermarket, yang
saya sering mampir untuk melihat-lihat apa saja yang dijual disitu, tapi ya
cuma liat-liat doang, alias hampir nggak pernah membeli sesuatu’. Alasannya
adalah, meski harus diakui bahwa toko Ace Hardware menjual barang-barang unik dan
berkualitas bagus yang tidak ada di toko lain, namun sebagian besar dari
barang-barang tersebut tidak begitu dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebagai contoh, apakah anda membutuhkan satu set alat panggangan barbeque untuk
backyard party di rumah? Well, jika
rumah anda memang ada backyard-nya, maka mungkin anda memang butuh. Tapi yah,
berapa banyak sih rumah di Jakarta yang punya halaman luas di belakangnya?
Disisi lain, jika anda punya rumah gede di Menteng, Pondok Indah, atau
Pantai Indah Kapuk, maka alat panggangan barbeque tadi mungkin merupakan must have item, dan demikian pula dengan
produk-produk lainnya yang dijual di
Ace Hardware. Yup, Ace Hardware, memang bukan toko retail biasa. Produk-produk
yang dijual disitu merupakan produk home
improvement, alias produk khusus yang sengaja didesain untuk meningkatkan
kualitas rumah sebagai tempat tinggal anda dan keluarga. Contohnya, selain alat
panggangan barbeque tadi, anda akan menemukan jam dinding dengan desain yang
sangat-sangat cantik di Ace Hardware, yang tidak dijual di toko lain, meski memang
harganya pun jauh lebih mahal. But for some people, harga yang lebih mahal
tersebut setimpal dengan efek ‘cantik’ yang diberikan jam dinding tersebut terhadap
penampilan rumah secara keseluruhan.
Karena itulah, meski bagi sebagian besar orang memiliki rumah yang layak
huni saja sudah cukup baik, namun bagi orang-orang tertentu dari kalangan
menengah keatas, mereka baru akan merasa betah jika rumahnya dilengkapi oleh
produk-produk home improvement tersebut. Dan di Indonesia, Ace Hardware adalah
satu-satunya toko yang menyediakan produk-produk seperti itu, sehingga
perusahaannya boleh dibilang memonopoli bisnis ini. Sebenarnya ada juga
toko-toko lain yang serupa, seperti Super Home atau IKEA, namun sejauh ini belum ada dari mereka yang menjadi
pesaing berarti bagi ACES di bidang ini.
Tentang Perusahaan
Ace Hardware Corporation (AHC) merupakan perusahaan ritel global yang berdiri
pertama kali pada tahun 1924 di Chicago, Amerika Serikat, dengan pendirinya
bernama Richard Hesse. Dan sejak saat itu, AHC terus berkembang pesat. Pada
tahun 1968, Ace Hardware untuk pertama kalinya membuka toko diluar Amerika,
ketika itu di Kepulauan Guam. Dan pada tahun 1990, AHC mulai bekerja sama
dengan perusahaan-perusahaan lokal di tiap-tiap negara untuk membuka toko
(setelah sebelumnya hanya membuka toko miliknya sendiri), dengan konsepnya yang
kurang lebih sama dengan sistem franchise Alfamart atau Indomaret.
Kemudian pada tahun 1995, AHC masuk ke Indonesia dengan bekerja sama dengan
Grup Kawan Lama, dimana kedua belah
pihak sepakat untuk mendirikan PT Ace
Hardware Indonesia (ACES), namun 100% saham ACES sepenuhnya dipegang pihak
Kawan Lama (menjadi 60% setelah perusahaan go public pada tahun 2007, dimana
40%-nya dipegang investor publik). Dalam kontraknya, ACES diharuskan untuk membayar
royalti kepada AHC, namun nilai royaltinya nggak besar, cuma Rp17 milyar pada
Semester I 2013 (bandingkan dengan pendapatan perusahaan yang mencapai Rp1.8
trilyun). Dan sebagai gantinya ACES memperoleh hak eksklusif untuk menggunakan
merk ‘Ace Hardware’, dan juga hak eksklusif untuk membeli produk-produk home
improvement dari AHC, dimana kontak hak eksklusif tersebut baru akan selesai
pada tahun 2024.
Logo Ace Hardware dengan slogannya, 'The Helpful Place' |
Dalam perkembangannya sejak membuka gerai pertama di Karawaci, Tangerang,
pada tahun 1996, ACES terus berkembang pesat dan menjadi salah satu anak usaha
Grup Kawan Lama yang paling sukses sejauh ini. Hingga hari ini, atau 18 tahun
sejak didirikan, ACES sudah memiliki total 85 toko/gerai di seluruh Indonesia,
dan masih akan terus bertambah. Pihak manajemen sendiri, terutama sejak
perusahaan go public pada tahun 2007, mentargetkan akan membuka setidaknya 15 gerai
anyar setiap tahunnya, thanks to meningkatnya jumlah penduduk kalangan menengah
di Indonesia dalam lima tahun terakhir ini.
Dan sejak tahun 2010 lalu, ACES membuka unit usaha baru, yaitu Toys Kingdom, yaitu toko yang secara
khusus menjual mainan, tidak hanya mainan anak-anak tapi juga orang dewasa,
hingga perlengkapan bayi. Seperti juga toko Ace Hardware-nya, di Toys Kingdom
ini anda akan menemukan mainan-mainan berkualitas bagus yang tidak ada di toko
lain. Sejauh ini ACES sudah memiliki 16 gerai Toys Kingdom dengan lokasi yang masih
terkonsentrasi di Jakarta, yang ditargetkan akan tumbuh menjadi 21 gerai pada
akhir tahun 2013. Sehingga secara keseluruhan, ACES menawarkan prospek
pertumbuhan yang menarik.
Kinerja Perusahaan &
Sahamnya
Penulis sudah mengamati ACES ini sejak lama, sejak harga sahamnya masih di
4,000-an (sebelum stocksplit, setara dengan 400 pada saat ini). Ketika itu penulis
sampai pada kesimpulan bahwa meski kinerja perusahaannya bagus, namun harga
sahamnya nggak affordable alias
kelewat mahal, dengan PER ketika itu mencapai lebih dari 25 kali. Selain itu,
kalau berdasarkan pengalaman penulis sendiri, penulis sangat jarang membeli
sesuatu di Ace Hardware, kecuali jam dinding yang sudah diceritakan diatas,
kurang lebih setahun yang lalu. Hal ini berbeda dengan toko retail biasa
seperti Carrefour, Hero, Ramayana, Hypermart, hingga minimarket seperti Alfamart,
dimana penulis lumayan sering belanja disitu. Jadilah ketika itu penulis
berkesimpulan bahwa ACES akan mengalami kesulitan jika Indonesia mengalami
perlambatan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya daya
beli masyarakat. Karena memang, barang-barang yang dijual Ace Hardware rata-rata
harganya kelewat mahal sih..
Namun faktanya hingga laporan keuangan terakhir perusahaan per Kuartal II
2013, kinerja ACES sejauh ini malah merupakan salah satu yang terbaik di sektor
ritel, dengan ROE yang mencapai 22.3%. Sementara catatan pertumbuhannya dalam
tiga tahun terakhir (sejak 2010) juga luar biasa, dengan laba bersih yang hampir
berlipat dua setiap tahunnya. Kalau yang penulis perhatikan, pertumbuhan ACES
yang cepat tersebut turut terdorong oleh booming properti di Indonesia dalam 3
tahun terakhir ini, dimana banyak mall-mall baru yang didirikan di Jakarta dan
sekitarnya, belum termasuk mall-mall yang didirikan di daerah lainnya di Pulau
Jawa, sehingga ACES jadi punya banyak tambahan tempat untuk membuka gerai baru.
Intinya, jika sektor properti masih seperti sekarang ini hingga dua tiga tahun
kedepan, maka ACES juga masih berpeluang untuk mencatat pertumbuhan seperti
tahun-tahun sebelumnya. Terakhir, ACES membuka gerai ke-85-nya di Kota Solo,
Jawa Tengah, sekaligus merupakan gerai keduanya di kotanya Jokowi tersebut. Dan
coba tebak? Gerai anyar tersebut bisa berdiri karena adanya mall baru di Solo,
yakni Hartono Mall, yang baru beroperasi pada tahun ini. Sementara gerai milik
ACES sebelumnya berlokasi di Solo Square Mall.
Tapi jika nanti pembangunan mall-mall anyar berhenti, maka bagaimana
pertumbuhan ACES kedepannya? Ya tentunya masih akan tumbuh, hanya saja tidak akan
sekencang sebelumnya. Namun mengingat ACES juga punya Toys Kingdom, yang sejauh
ini jumlah gerainya masih sedikit, maka angka pertumbuhan yang tercatat dalam
tiga tahun terakhir kemarin berpeluang untuk dipertahankan, atau bahkan tumbuh
lebih tinggi lagi, jika Toys Kingdom tersebut sukses (sekarang masih dirintis).
Dari pendapatan ACES sebesar Rp1.8 trilyun di Semester I 2013, Toys Kingdom
baru berkontribusi sebesar Rp73 milyar saja, namun angka tersebut tumbuh signifikan
(55.7%) dibanding periode yang sama tahun 2012, yang hanya Rp47 milyar.
Kesimpulannya, berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan
justifikasi kenapa ACES ini mahal (PER dan PBV masing-masing 34.3 dan 7.8 kali
pada harga 740), yakni:
- Sektornya
unik, dan perusahaan berstatus sebagai market leader di sektornya
tersebut. Nama dan brand perusahaan juga cukup dikenal oleh publik.
- Kinerjanya
sangat baik untuk ukuran perusahaan ritel.
- Nama
besar Grup Kawan Lama sebagai pengelola perusahaan. Kawan Lama sejak dulu
memang sudah sangat terkenal sebagai perusahaan distributor barang-barang
perkakas terbesar di Indonesia.
- Sementara
merk ‘Ace Hardware’ sendiri merupakan merk ritel global yang cukup
terkenal, hampir sama terkenalnya dibanding Walmart, The Home Depot, atau
IKEA. Ace Hardware Corporation secara total memiliki 4,077 gerai diseluruh
dunia per akhir tahun 2012, termasuk melalui ACES di Indonesia
- Perusahaannya
punya peluang untuk me-maintain momentum pertumbuhannya, seiring dengan
masih berkembangnya sektor properti, masih meningkatnya jumlah penduduk
kalangan menengah, dan karena adanya venture baru di bidang ritel produk
mainan (Toys Kingdom), dan
- ACES
merupakan satu-satunya perusahaan ritel khusus produk-produk home improvement di BEI, sehingga
anda tidak bisa invest di saham lain kalau tertarik untuk masuk ke sektor
ini.
Disisi lain, berikut adalah beberapa hal yang patut pula anda pertimbangkan
sebelum memutuskan untuk invest di ACES ini:
- Valuasi ACES
biar bagaimanapun memang mahal, bahkan meski dia sudah turun lumayan dalam
dari puncaknya (1,120) karena melemahnya IHSG. Dalam hal ini penulis jadi
ingat dengan saham Mitra Adiperkasa
(MAPI), yang meski perusahaannya bagus, namun sahamnya sejak awal juga
memang sudah mahal (MAPI ini perusahaan ritel juga). Dan entah karena faktor valuasi tersebut atau lainnya,
faktanya MAPI menjadi salah satu saham yang paling terpukul seiring terkoreksinya
IHSG akhir-akhir ini, dimana MAPI sudah turun hampir 40% dari posisi puncaknya.
- Meski
kinerja ACES sejauh ini masih bagus, namun kinerja Ace Hardware
Corporation (AHC) justru terus turun sejak mengalami puncaknya pada tahun
2007 lalu. Meski itu mungkin karena perekonomian Amerika dan Eropa sedang
melambat, berbeda dengan perekonomian Indonesia justru sedang
bagus-bagusnya, namun tidak ada salahnya jika hal ini kemudian anda
jadikan catatan.
- Besaran
royalti yang dibayarkan ACES ke AHC selama ini terbilang sangat kecil.
Jika nanti sewaktu-waktu royalti tersebut dinaikkan, maka bukan tidak
mungkin saham ACES akan mengalami nasib seperti saham Unilever Indonesia
(UNVR), atau Holcim Indonesia (SMCB), yang langsung jatuh begitu keluar
pengumuman soal royalti tersebut. Meski disisi lain itu justru merupakan
peluang untuk buy di harga murah meriah (karena faktanya UNVR dan SMCB
langsung naik lagi), tapi hal itu akan jadi risiko jika anda membeli ACES
di harga saat ini.
- Pertumbuhan
gerai-gerai baru ACES nyaris sepenuhnya bergantung pada pembangunan
mall-mall baru. Kalau kita perhatikan Jakarta dan sekitarnya sih, memang
mall-mall baru tersebut terus bermunculan seperti jamur di musim hujan.
But honestly, penulis tidak pernah tahu kapan ‘musim hujan’ tersebut akan
berakhir, karena mall bukanlah jenis properti yang bisa dibangun dalam
jumlah massal, seperti perumahan, apartemen, gedung perkantoran, atau
kawasan industri. Adalah aneh jika dalam satu lokasi, terdapat banyak mall
sekaligus.
Jadi rekomendasinya? Well, penulis sudah menyampaikan semua hal yang
penulis pikir perlu anda ketahui tentang ACES ini, jadi kesimpulan rekomendasinya
terserah anda saja. Kalau menurut penulis sendiri, agak terlambat kalau anda masuk di saham ini pada harga sekarang, kalau tujuannya untuk investasi. Kecuali tentu saja, jika anda bisa masuk di harga yang lebih rendah, let say 550 - 650.
PT Ace Hardware Indonesia,
Tbk
Rating kinerja pada Q2 2013: AA
Rating saham pada 740: BB
Komentar
223.255.226.66
(wakhid)