Semen Baturaja
IPO Semen Baturaja (kodenya belum ditentukan, jadi kita sebut saja
‘Baturaja’) di akhir Juni mendatang menjadi menarik untuk diperhatikan karena
setidaknya dua hal. Yang pertama adalah kesuksesan dari IPO BUMN sebelumnya,
Waskita Karya (WSKT), yang terus saja naik dari harga perdananya di 380 hingga
sempat menyentuh 1,080 sebagai posisi tertingginya, sehingga ada ekspektasi
bahwa Baturaja pun mungkin akan mengalami hal yang sama. Dan yang kedua adalah
karena timing IPO-nya bertepatan dengan momentum kenaikan saham-saham
infrastruktur, termasuk duo saham semen yakni INTP dan SMGR, sehingga Baturaja sebagai
saham semen juga memiliki peluang untuk langsung menyusul dua seniornya
tersebut. Benarkah demikian? Well, memang itulah yang akan kita bahas disini.
Here we go!
Logo PT Semen Baturaja, Tbk |
PT Semen Baturaja adalah BUMN semen yang berdiri pertama kali pada tahun
1974, ketika itu merupakan perusahaan patungan antara Semen Padang dan Semen
Gresik, dengan komposisi pemegang saham 55 : 45 (Semen Padang menjadi pemegang
saham pengendali), meski pada perkembangannya kemudian Baturaja menjadi dimiliki
sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia (tidak melalui Semen Padang dan Semen
Gresik lagi). Pabrik semen pertama milik perusahaan di bangun di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Provinsi Sumatera Selatan, ketika itu berkapasitas 100 ribu ton semen per tahun.
Pembangunan pabrik semen ini selesai pada tahun 1981, sehingga sejak tahun 1981
itulah perusahaan mulai beroperasi secara komersial.
Seiring berjalannya waktu, Baturaja terus meningkatkan kapasitas produksi
semennya, termasuk membangun dua pabrik semen baru yang berlokasi di Palembang (Sumatera Selatan), dan Panjang (Bandar Lampung, Provinsi
Lampung), sehingga pada saat ini Baturaja memiliki tiga pabrik semen dengan
total kapasitas produksi 1.25 juta ton
semen per tahun. Proyek peningkatan kapasitas produksi terakhir dikerjakan pada
tahun 2000 lalu, dimana ketika itu kapasitas produksi semen perusahaan
ditingkatkan dari 550 ribu ton per tahun menjadi 1.25 juta ton pada saat ini.
Dan kedepannya, kapasitas tersebut akan meningkat kembali menjadi 2 juta ton per
tahun pada Kuartal II 2013 (sebentar lagi), setelah proyek penambahan kapasitas
pabrik semen yang di Baturaja, yang sudah dikerjakan sejak tahun 2010 lalu,
dijadwalkan akan selesai sepenuhnya pada Kuartal II 2013 tersebut.
Kemudian dalam jangka panjang, tepatnya hingga tahun 2016 mendatang,
kapasitas produksi semen Baturaja berpeluang untuk kembali naik menjadi 3.85
juta ton, mengingat perusahaan berencana untuk menggunakan dana hasil IPO-nya,
yang kurang lebih sebesar Rp1.3 trilyun (jika harga IPO-nya ditetapkan Rp560
per saham), untuk membangun pabrik semen baru dengan kapasitas 1.85 juta ton, sehingga
nantinya perusahaan akan memiliki total empat pabrik semen dengan total
kapasitas produksi 3.85 juta ton semen per tahun. Lokasi pabrik baru ini akan
persis di sebelah pabrik semen yang lama di Baturaja, dan konstruksinya akan
mulai dikerjakan pada pertengahan tahun 2014.
Namun meski kapasitas produksi semen Baturaja akan meningkat (yang paling
dekat, di tahun 2013 ini kapasitas tersebut akan naik dari 1.25 menjadi 2 juta
ton per tahun), bukan berarti produksi semen perusahaan juga akan serta merta
meningkat dari 1.25 menjadi 2 juta ton per tahun, melainkan biasanya akan butuh
waktu hingga kapasitas anyar yang sebesar 2 juta ton tersebut akan
ter-utilisasi (terpakai) seluruhnya. Berikut adalah data produksi semen
perusahaan dalam lima tahun terakhir ini.
Tahun
|
2012
|
2011
|
2010
|
2009
|
2008
|
Kapasitas (ribuan ton)
|
1,250
|
1,250
|
1,250
|
1,250
|
1,250
|
produksi (ribuan ton)
|
1,234
|
1,250
|
1,131
|
1,047
|
1,071
|
harga jual (ribuan Rp)
|
890
|
838
|
777
|
784
|
748
|
HPP (ribuan Rp)
|
493
|
496
|
493
|
464
|
497
|
Perhatikan. Pada tahun 2012, volume produksi semen Baturaja sudah mencapai
hampir 100% dari kapasitas produksinya (1,234 berbanding 1,250), sehingga wajar
jika kemudian perusahaan meningkatkan kapasitas produksinya di tahun 2013 ini
menjadi 2 juta ton. Namun jika berkaca pada pertumbuhan produksi semen
perusahaan yang hanya meningkat total 163 ribu ton dalam kurun waktu lima tahun
terakhir (1,071 menjadi 1,234), maka di tahun 2013 ini kemungkinan volume
produksi Baturaja juga hanya akan meningkat menjadi sekitar 1,300 ribu ton. Pertumbuhan
yang cenderung lambat ini kemungkinan disebabkan karena Baturaja merupakan
perusahaan semen nomor dua di wilayah operasionalnya yakni Sumatera Bagian Selatan (yang terdiri dari Provinsi Sumatera
Selatan, Lampung, Bengkulu, dan Jambi), setelah Semen Padang (yang kini
merupakan anak usaha dari SMGR).
Meski terbilang lambat, namun pertumbuhan volume produksi tersebut
cenderung stabil dimana angkanya naik terus dalam lima tahun terakhir, dan
perusahaan diuntungkan oleh harga jual semen yang juga secara stabil naik
terus, dari rata-rata Rp748,000 per ton di tahun 2008, menjadi Rp890,000 per
ton di tahun 2012. Alhasil, pendapatan dan laba bersih Baturaja juga naik
terus. Berikut datanya, angka dalam milyaran Rupiah.
Tahun
|
2012
|
2011
|
2010
|
2009
|
2008
|
Ekuitas
|
954
|
716
|
512
|
385
|
296
|
Pendapatan
|
1,098
|
1,050
|
886
|
817
|
794
|
Laba Bersih
|
299
|
252
|
222
|
177
|
136
|
ROE (%)
|
31.3
|
35.1
|
43.3
|
46.1
|
46.0
|
Secara keseluruhan, dalam lima tahun terakhir Baturaja mencatat CAGR laba
bersih sebesar 21.7%, dan ROE antara 30 – 45%. Angka ini tentu saja cukup baik,
dan tidak kalah baiknya dibanding INTP maupun SMGR. So, berdasarkan track
record historisnya diatas, Baturaja terbilang menarik untuk investasi jangka
panjang, terlebih mengingat pertumbuhan permintaan semen di Sumatera Bagian
Selatan terbilang cukup tinggi dengan CAGR 10.2% (dalam lima tahun terakhir),
lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 9.6%. Plus, Pemerintah juga
masih punya segudang rencana pembangunan infrastruktur di Pulau Sumatera (jalan
tol Trans-Sumatera, Jembatan Selat Sunda, dll).
Jadi pertanyaannya sekarang, mampukah perusahaan mengoptimalkan penambahan
kapasitas produksinya yang dari 1.25 menjadi 2 juta ton, dan juga menyelesaikan
pembangunan pabrik barunya tepat waktu di tahun 2016? Jika jawabannya adalah iya,
maka Baturaja berpeluang untuk bertransformasi dari perusahaan semen kecil
menjadi perusahaan semen kelas menengah. Yup, jika dibandingkan dengan
perusahaan semen terbesar di tanah air, yakni Indocement dengan kapasitas produksinya sebesar 18.6 juta ton (per
tahun 2012), maka Baturaja memang cuma perusahaan semen kelas teri. Namun teri
ini berpeluang untuk menjadi kakap dalam tiga atau empat tahun mendatang.
Terkait sahamnya, pemberitaan terbaru menyebutkan bahwa Pemerintah akan
melepas saham Baturaja di harga Rp560
per saham, sehingga Baturaja akan memperoleh dana segar sebesar Rp1.3 trilyun. Jika
ditambahkan dengan posisi ekuitas terakhir perusahaan, yakni Rp954 milyar pada
akhir tahun 2012, maka modal Baturaja akan meningkat menjadi Rp2.2 trilyun pasca IPO. Dan dengan
jumlah saham pasca IPO sebanyak 9.8 milyar lembar, maka harga tersebut akan
mencetak market cap Rp5.5 trilyun.
Itu berarti, PBV-nya 5.5 / 2.2 = 2.4
kali.
Kemudian, sepanjang tahun 2012, Baturaja mencetak laba bersih Rp299 milyar,
yang jika dibagi jumlah saham sebanyak 9.8 milyar, EPS-nya menjadi Rp30 per saham. So, harga 560 akan
mencetak PER 560 / 30 = 18.5 kali. Angka PER ini sejatinya masih bias karena
belum memperhitungkan ekspektasi bahwa laba bersih Baturaja di Kuartal I 2013
akan tumbuh sekitar 20% menjadi kurang lebih Rp358 milyar (sudah disetahunkan). Jika angka laba bersih itu yang
dipakai, maka PER Baturaja akan menjadi 15.4
kali. So let say, kita pakai PER yang yang sebesar 15.4 kali ini saja.
Lalu, berikut adalah beberapa indikator fundamental penting Baturaja
berdasarkan kinerjanya per tahun 2012:
DER: 0.26 kali
ROE: 31.3%
Net Profit Growth: 18.6%
Dan berikut ini adalah komparasi fundamental berdasarkan laporan keuangan
Kuartal I 2013, dari tiga perusahaan semen yang sudah listing di bursa, yakni
Indocement Tunggal Prakasa (INTP), Semen Indonesia (SMGR), dan Holcim Indonesia
(SMCB). Price disini adalah berdasarkan penutupan harga saham pada hari Senin,
tanggal 10 Juni 2013 kemarin, dan catat bahwa harga tersebut sudah termasuk
efek tekanan penurunan IHSG yang terjadi akhir-akhir ini:
Stocks
|
Price
|
PER
|
PBV
|
DER
|
ROE (%)
|
net profit growth (%)
|
INTP
|
22,200
|
17.8
|
4.0
|
0.14
|
22.3
|
14.6
|
SMGR
|
16,300
|
19.6
|
5.0
|
0.42
|
25.3
|
21.0
|
SMCB
|
2,775
|
28.9
|
2.5
|
0.55
|
8.6
|
(26.1)
|
Okay, setelah melihat data diatas, maka harga 560 untuk Semen Baturaja
terbilang? Murah, tentu saja. PBV 2.4 kali masih rendah dibanding tiga emiten
semen lainnya di bursa, termasuk lebih rendah dibanding SMCB, dan PER 15.4 kali
juga masih lebih rendah. Padahal, ROE Baturaja yang mencapai 31.3% lebih besar
dari ROE SMGR sekalipun, yang hanya 25.3%. Disisi lain, Baturaja mungkin memang
tidak bisa disamakan (harganya) dengan SMGR, mengingat dari sisi nama besar
perusahaan dan kekuatan brand-nya,
Baturaja kalah jauh. Bagi anda yang tinggal di Pulau Jawa, anda tidak akan
pernah menemukan Semen Baturaja di toko bangunan, kecuali mungkin di beberapa
toko di daerah Banten.
Meski demikian, Baturaja tetap saja terbilang murah jika harga perdananya
benar-benar ditetapkan pada level 560, sehingga dia berpeluang untuk langsung
melejit naik ketika listing pada tanggal 28 Juni nanti, mungkin hingga 700 –
800, terutama jika ketika itu market sudah mulai pulih kembali dari kondisinya
saat ini. Tapi jika ketika itu market masih berdarah seperti sekarang, maka mungkin
sahamnya tidak akan melejit, tapi seharusnya tidak ikut turun juga.
Tapi yah, barang bagus dan murah begini jangan harap anda bisa memperoleh
jatah di harga IPO-nya, karena kalau anda pesan 100 lot, misalnya, maka
paling-paling dikasihnya cuma 2 lot. Beberapa media mengatakan bahwa dari 2.3
milyar lembar saham Baturaja yang dilempar ke publik, sebagian besar
diantaranya sudah diserap investor asing, sehingga retailer kemungkinan hanya
akan dapat jatah sedikit. Tapi kita tentu sudah hafal, siapa sebenarnya ‘asing’
tersebut.
PT Semen Baturaja, Tbk
Rating Kinerja pada 2012: AAA
Rating saham pada 560: AA
NB: Penulis membuat buku elektronik (ebook) yang berisi kumpulan analisis saham dari sisi fundamental. Anda bisa memperolehnya disini.
NB: Penulis membuat buku elektronik (ebook) yang berisi kumpulan analisis saham dari sisi fundamental. Anda bisa memperolehnya disini.
Komentar
Aspek kebutuhan energi industry semen itu menggunakan apa ya? Listrik, gas atau batu bara?
Adakah aspek-aspek operasional yang bisa membuat semen baturaja terhambat dalam melakukan ekspansi?
Terkahir, boleh dijelaskan soal 'asing' ini, karena seringkali pelaku pasar modal senior membahas soal asing-asing ini, dengan bahasa tidak lugas macam politikus. Saya masih awam mengenai politik di pasar modal indonesia.
Terima kasih banyak pak.
jika lancar emiten ini adalah yg pertama saya pesan IPO.
Sebelumnya WSKT ,tidak kebagian. Tapi alhamdulillah dah ngerasain gainnya dari pembelian di hari pertama.
Kalo emiten yg akan IPO lainnya gimana Pak Teguh? Sidomuncul, Blue Bird dan Electronic City.
Secara fundamental GEMA cukup menarik, di bursa pun tidak ada saingannya.
Kalau ada kesempatan, mohon dibahas ya Pak. Trims.