Kawasan Industri Jababeka
Jika ada dua perusahaan properti yang paling kelihatan di Kawasan Timur
Jakarta, tepatnya dalam hal ini Kabupaten dan Kota Bekasi, maka dua perusahaan
properti tersebut adalah Lippo Cikarang
(LPCK), dan Kawasan Industri Jababeka (KIJA). Kalau anda melintasi
jalan tol Jakarta – Cikampek, maka anda akan mengerti apa yang penulis maksud
dengan ‘kelihatan’ diatas. Jika LPCK lebih condong sebagai perusahaan properti
jenis residensial, maka KIJA lebih banyak menjual tanah kavling di dalam kawasan industri (industrial estate), untuk didirikan pabrik dll. Nah, yang akan kita
bahas disini adalah KIJA (soalnya LPCK sudah penulis bahas berkali-kali di
ebook kuartalan, meski secara singkat). Oke, kita langsung saja.
Sejarah KIJA dimulai pada tahun 1989, ketika Pemerintah Provinsi Jawa Barat
(Pemprov Jabar) memberikan izin kepada sebuah konsorsium untuk mengelola
sebidang tanah kosong di wilayah Bekasi, untuk dijadikan kawasan industri.
Konsorsium tersebut dipimpin oleh dua orang pengusaha bernama Setyono Djuandi Darmono dan Hadi Rahardja, yang menjadi founder dari perusahaan yang didirikan
kemudian, yaitu KIJA. Kata ‘Jababeka’ merupakan kependekan dari ‘Jawa Barat
Bekasi’, yang mungkin itu karena perusahaan memperoleh izin kawasan
industri-nya dari Pemprov Jabar, sementara tanahnya berada di wilayah Kabupaten
Bekasi.
Di periode tahun-tahun awal perintisan perusahaan, KIJA sukses menarik
minat dari dua perusahaan besar yaitu Unilever dan United Tractors, untuk
membeli dan mendirikan pabrik di lahan kawasan industri yang mereka kembangkan.
Ketika itu luas lahannya total hanya 500 hektar. Seiring dengan perkembangan
perusahaan, KIJA terus mengembangkan kawasan industrinya dan menggaet
pelanggan-pelanggan baru seperti L’Oreal, San Miguel Packaging, Samsung, Yamaha
dan lain-lain, yang kesemuanya mendirikan pabrik di kawasan industri seluas
total 1,500 hektar (berdasarkan data per Maret 2012). Angka tersebut praktis
membuat KIJA menjadi perusahaan kawasan industri terbesar di Bekasi, termasuk
lebih besar dari Bekasi Fajar Industrial
Estate (BEST), yang di periode waktu yang sama hanya memiliki kawasan
industri seluas 500 hektar. Well, tapi itu data setahun yang lalu, angkanya
sekarang mungkin sudah berubah lagi.
Lalu, jika dulu KIJA hanya mengembangkan kawasan industri, maka kesininya
perusahaan juga membangun kawasan pendukung dari kegiatan yang industri itu
sendiri, seperti perumahan dan lainnya. Hasilnya, kawasan industri yang dibangun
KIJA kemudian berkembang menjadi kota kecil yang disebut Kota Jababeka. Kota Jababeka adalah sebuah industrial township terintegrasi seluas 3,806 hektar (per April
2012) yang menjadi tempat bagi kawasan industri, perumahan, kompleks ruko dan business district, jaringan transportasi
publik, pusat perbelanjaan, lapangan golf, universitas (President University), pusat
hiburan dan leisure, hingga infrastruktur
industri seperti dry port, pembangkit
listrik, dan fasilitas pengelolaan air bersih.
Lapangan golf di Kota Jababeka, Cikarang |
So, jika di kawasan Serpong Tangerang ada township Alam Sutera (milik ASRI), maka di kawasan Cikarang Bekasi ada township Kota Jababeka. Bedanya, kalau menurut penulis sendiri Kota Jababeka lebih cool karena dihuni oleh banyak ekspatriat (kebanyakan asal Jepang) yang bekerja di pabrik-pabrik yang ada di kawasan industri, sehingga desain kotanya juga mirip-mirip dengan luar negeri (penulis pernah mampir sebentar, cuma buat liat-liat doang). Sementara township Alam Sutera merupakan township biasa.
Saat ini Kota Jababeka sudah dalam posisi mature dan well-developed, namun
masih bisa lebih dikembangkan lagi. Dari total lahan seluas 3,806 hektar tadi,
sekitar 1,000 hektar diantaranya masih berbentuk landbank, alias tanah kosong yang siap untuk dikembangkan kapan
saja. Dua proyek besar yang sedang dibangun di Kota Jababeka dan akan selesai
dalam waktu dekat ini adalah ‘Indonesia Movieland’, dan ‘Medical City’. Well, kalau
dari namanya sih sepertinya itu semacam bioskop dan rumah sakit ya?
Selain Kota Jababeka, KIJA juga memiliki dua aset lain, yakni Cilegon Industrial Estate (CIE) dan Tanjung Lesung. CIE, sesuai namanya,
merupakan kawasan industri di Cilegon, Banten, yang terletak secara strategis
di sekitar Jalan Tol Jakarta – Merak dan juga jalur kereta api, sekitar 85
kilometer dari Jakarta. Hingga saat ini CIE masih murni merupakan kawasan
industri, namun tidak menutup kemungkinan kedepannya akan dikembangkan menjadi
township seperti Kota Jababeka.
Sementara Tanjung Lesung merupakan kawasan leisure dan pariwisata yang
terletak di pantai Pandeglang, Banten, sekitar 200 kilometer dari Jakarta.
Perkembangan terakhir, kawasan Tanjung Lesung memiliki dua resort dan vila, sebuah
hotel, dan beberapa cottage. Dan
kedepannya, KIJA punya visi besar untuk menjadikan Tanjung Lesung ini sebagai international tourist destination, dimana
disitu akan dibangun:
- Total 26 unit hotel, resort, dan kondominium
- Satu lapangan golf berstandar internasional,
plus bungalow, apartemen, dan vila
- Pusat kota (city center) bergaya Venesia, dan
- Fasilitas kesehatan dan pendidikan.
Sebuah kafe outdoor di kawasan wisata Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten |
Tanjung Lesung sendiri pada saat ini sudah dikenal sebagai salah satu tujuan wisata yang cukup populer di Banten, dengan pantai dan pasir putihnya yang tidak kalah cantiknya dengan Pantai Anyer atau Carita, tujuan wisata pantai lainnya di Banten. Namun memang jika dibandingkan dengan Anyer atau Carita tadi, kawasan Tanjung Lesung masih belum dikembangkan. Mungkin potensi inilah yang kemudian ditangkap oleh KIJA, sehingga mereka pada tahun 2011 kemarin mengakuisisi dua perusahaan pemilik dari Kawasan Tanjung Lesung ini, senilai Rp1.5 trilyun, yang dananya diperoleh dari right issue di tahun yang sama.
So, jika dilihat dari proyek-proyek propertinya, maka KIJA praktis tampak
sangat menarik. Dengan track record perusahaan dalam mengembangkan Kota
Jababeka, maka perusahaan juga berpeluang untuk meraih kesuksesan yang sama di
Cilegon, yang mungkin bisa berlanjut ke Tanjung Lesung. Kalau bicara soal
cadangan landbank, per akhir April 2012, KIJA memiliki total landbank seluas 3,200
hektar, atau hampir mencapai separuh dari total lahan milik perusahaan seluas
6,600 hektar. Artinya? KIJA masih punya buanyak sekali ruang untuk berkembang.
Dan jika proyek-proyek properti diatas masih belum cukup, maka KIJA masih memiliki
beberapa aset lainnya lagi, meski dalam skala yang lebih kecil. Berikut
diantaranya:
- Lapangan golf di Magelang, Jawa Tengah
- Ruang kantor seluas hampir 6,000 meter
persegi di Menara Batavia, dan ruang kantor seluas 14,000 meter persegi di
The City Center, Jakarta Pusat.
- Landbank seluas 500 hektar di Kendal, Jawa
Tengah, yang bisa diperluas lagi menjadi total 2,700 hektar. Lahan ini
kemungkinan akan dikembangkan menjadi kawasan residensial, tapi perusahaan
belum memiliki rencana pengembangan apapun.
However, diluar proyek-proyeknya diatas, masih ada beberapa hal lagi yang
membuat penulis sendiri masih pikir-pikir kalau mau invest di perusahaan ini. Berikut
diantaranya.
Satu. Pada Juli 2012 lalu, KIJA menerbitkan notes (utang) senilai US$ 175 juta di
Singapura, dimana sekitar US$ 123 juta diantaranya akan digunakan untuk membayar
utang bank dari salah satu anak usaha di bidang pembangkut listrik. Sebelumnya,
KIJA sudah memiliki satu unit pembangkit listrik sebagai infrastruktur bagi kawasan industri. Namun pada tahun
penuh 2012, pembangkit listrik tersebut tidak berhasil mencetak laba, melainkan
menderita kerugian sebesar Rp52 milyar. Jika dilihat dari tujuan penerbitan
notes, yaitu untuk membayar utang sebelumnya untuk tujuan menurunkan suku bunga
(karena bunga notes-nya hanya 11.75%, yang pastinya lebih rendah dari bunga
bank), maka kelihatannya KIJA tidak terlalu sukses dengan proyek pembangkit
listriknya. Terbukti dia belum bisa menyicil utangnya.
Demikian pula halnya dengan proyek dry
port, masih di Kawasan Kota Jababeka, yang juga masih mencatat kerugian.
Intinya, meski KIJA sebenarnya berharap bisa memperoleh sumber pendapatan
tambahan dari bisnis infrastrukur, namun hingga kini mereka belum bisa
melakukannya. Terkait proyek pembangkit listriknya, KIJA ini mengingatkan
penulis dengan Exploitasi Energi Indonesia
(CNKO), sebuah perusahaan batubara yang sudah merintis usaha pembangkit
listrik sejak tahun 2003, namun sampai sekarang belum berhasil juga (dari tiga
pembangkit listriknya baru satu yang sudah beroperasi). Mungkin, membangun
pembangkit listrik memang tidak semudah itu.
Dan ngomong-ngomong, unit bisnis KIJA di Kawasan Wisata Tanjung Lesung juga
masih rugi. Tapi untuk yang satu ini bisa dipahami mengingat KIJA juga masih
belum melakukan pengembangan apapun disana, melainkan masih mengoperasikan
hotel dan vila yang sudah ada saja.
Dua, dan ini yang paling penting, seperti yang sudah
disebut diatas, ultimate shareholder dari KIJA ini adalah Tuan Darmono dan Tuan
Hadi Rahardja. Kedua pengusaha ini, beserta keluarga dan afiliasinya, memegang
53.2% saham KIJA (per tanggal 30 April 2012). Namun, anda tidak akan menemukan
informasi tersebut di laporan keuangan perusahaan. Di laporan keuangannya pada
periode tahun penuh 2012, komposisi pemegang saham KIJA adalah 17.5% Meadowood Capital, dan 82.5% publik. Meadowood
merupakan kendaraan investasi milik Tuan Hadi Rahardja, yang didirikan di negara
Mauritius. Sementara melalui perusahaan-perusahaan lainnya yang sejenis dengan
Meadowood ini, Tuan Darmono dan Hadi Rahardja, beserta keluarga dan
afiliasinya, memegang saham KIJA masing-masing dengan kepemilikan kurang dari
5%, sehingga di laporan keuangan perusahaan dicatat sebagai pemegang saham
publik.
Pertanyaannya, ngapain struktur pemegang saham perusahaan dibuat jadi ribet
kaya gitu? Karena kalau begini jadinya maka KIJA menjadi rawan financial
engineering, dan sahamnya juga rawan digoreng (makanya pergerakan sahamnya juga
nggak mulus, sering naik dan turun dalam persentase besar secara tiba-tiba).
Karena kalau anda baca laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan Grup Bakrie,
modelnya juga sama begitu: Struktur pemegang sahamnya ribet dan nggak jelas.
Yap, anda jangan harap bisa menemukan nama Aburizal atau Nirwan Bakrie di dalam
laporan keuangan Bumi Resources (BUMI).
Diluar dua poin diatas, saham KIJA juga kurang menarik dari sisi valuasi, dengan
PER 15.6 kali pada harga 300. Okay, valuasi yang agak tinggi tersebut mungkin masih
wajar kalau kita mempertimbangkan kepemilikan landbank perusahaan yang masih
sangat luas, terutama yang di Tanjung Lesung. Namun jika kita mempertimbangkan pula
bahwa bisnis pariwisata merupakan bisnis baru bagi KIJA, dimana perusahaan
belum berpengalaman dalam menggarap bisnis ini sebelumnya, maka penulis kira
risiko kegagalannya masih cukup besar, sama halnya dengan upaya perusahaan di
bidang pembangkit listrik yang masih mencatat kinerja minus hingga saat ini.
So, satu-satunya prospek yang benar-benar menarik dari KIJA ini adalah
kelanjutan pengembangan Kota Jababeka, plus pengembangan di Kawasan Industri
Cilegon. Namun kalau dari materi public expose terakhir perusahaan pada tanggal
4 Mei 2012 lalu, KIJA tampaknya akan lebih banyak mencoba peruntungannya di proyek pembangkit listrik dan dry port, dan juga Tanjung Lesung. Perhaps, manajemen menganggap bahwa proyek Kota Jababeka dan
Cilegon sudah cukup aman, sehingga mumpung kondisi ekonomi juga lagi bagus,
mereka bisa mencoba petualangan baru di bisnis yang baru. Kebetulan, ada juga kemungkinan
bahwa kawasan Tanjung Lesung bisa menjadi kawasan yang sangat strategis, jika
rencana Pemerintah untuk mendirikan Bandara
Banten Selatan di lokasi yang berdekatan bisa terealisasi suatu hari nanti.
Kesimpulan akhirnya? Well, penulis sudah menyampaikan semua informasi yang
menurut penulis cukup penting, jadi kesimpulannya terserah anda saja. Jika anda
punya info lainnya seputar KIJA ini, boleh anda share juga disini.
PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk
Rating kinerja pada FY12: A
Rating saham pada 300: BBB
Komentar
Regards
Doni
Title : KIJA : Target KIJA pendapatan berulang Rp 1,3 triliun
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) berharap bisa menambah pendapatan berulang
(recurring income) di tahun ini. KIJA menargetkan recurring income naik 349,15% menjadi
Rp 1,32 triliun. Tahun lalu, pendapatan berulang KIJA mencapai Rp 295 miliar.
Pertumbuhan yang cukup pesat ini berasal dari bisnis penjualan listrik yang digawangi anak
usaha KIJA, yakni PT Bekasi Power. KIJA berharap, kontribusi pendapatan Bekasi Power bisa
mencapai Rp 1 triliun. Angka ini naik dari kontribusi tahun lalu yang cuma Rp 40 miliar.(kontan/az)
Coba pak Teguh find out, berapa besar land bank milik KIJA di sekitar lokasi bakal Jembatan Selat Sunda.
Kalau Jembatan Selat Sunda jadi terealisasi akan menjadikan nilai tanah KIJA naik berkali2 bahkan berpuluh2 kali lipat.
Saya sendiri secara pribadi menganggap prospek KIJA sangat bagus, dan selalu menyarankan kepada seluruh member saya untuk invest jangka panjang di KIJA dengan target medium term Rp.500,- dan target long term Rp.1.000,- per saham
Salam,
Sem Susilo
hanya mau klarifikasi, tulisan yg atas nama saya (sem susilo) itu bukan dari saya. Sorry ya sahabat, dan untuk yg mencatut mama saya, sdh d maafkan, dan tolong next jangan ulangi lagi. Dan ini bisa merusak persahatan. Pak Teguh adalah sahabat saya.
Sekedar tambahan, anak perusahaan KIJA, PT Kawasan Industri Kendal yang dimiliki oleh PT Grahabuana Cikarang bekerja sama dengan Sembcorp Development Indonesia Pte., Ltd. (sudah saya cek di annual report Sembcorp Singapore, ternyata memang betul.. hehehee..), menurut rencana akan membangun kawasan industri dan perumahan di Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal (20 menit dari Semarang kalau tidak macet). Kawasan tersebut akan dilewati proyek jalan tol Semarang-Batang. Karena terletak di Kendal, maka UMR-nya ngikut Kendal bukan Semarang, jadi biaya tenaga kerja akan lebih murah.
Namun proyek ini belum berjalan, menurut saya 5 tahun lagi baru mulai ada penjualan seiring selesainya akuisisi 3000Ha tanah dan jalannya proyek pembuatan jalan tol.
Yang menarik dari para punggawa KIJA, adalah mereka mempunyai visi tajam akan prospek harga properti di masa datang di lokasi sekarang yang kurang strategis. KIJA membeli properti yang akan menjadi lokasi strategis di masa datang. Misalnya, Tanjung Lesung, terkait dengan Jembatan Selat Sunda, PT Kawasan Industri Kendal, terkait dengan proyek jalan tol dan jaringan pipa gas PGAS, lagian di Semarang tidak ada kawasan industri yang layak. Bakal pesaing di daerah ini adalah PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) yang kemarin telah melakukan akuisisi 400 hektare kawasan industri di Semarang, senilai Rp 276 milliar. Entah kenapa si BEST ini selalu buntutin KIJA?! Mungkin strategi BEST meniru strategi Alfamart yang buntutin Indomaret. Hehe..
Yang bikin penasaran saya adalah apakah sekarang pembangkit listrik PT. Bekasi Power sudah mulai menjual listriknya kepada PLN? Mengingat akhir tahun kemarin masih dilakukan "commissioning" oleh PLN.
Jadwal pembayaran penjualan listrik kepada PLN, apakah PLN membayar per bulan kepada KIJA, atau per tahun? Kalau per tahun, apakah di awal/akhir tahun?
Apakah di antara saudara sekalian ada yang tau? Mohon sharing-nya..
Salam Cuan..
Kristianto
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
Sudah download. di halaman 74 sudah tertera bahwa sudah ada peningkatan significant di pendapatan bidang listrik. Pendapatannya naik dari 9 Milyard di Q1 2012 menjadi 224 di Q1 2013 ini. Plus walau dikatakan jualan lahan industri turun di 2013 ini secara luas lahan namun ternyata jualan dalam amount rupiah meningkat dari 68 Milyard menjadi 130 milyard. Mungkin disebabkan harga per m2 yang meningkat dan sepertinya Kija juga menjual gedung pabrik yang siap jadi. Jadi menjual value added lahan, dibanding hanya menjual lahan saja.
Secara keseluruhan performance Kija untuk Q1 2013 ini ternyata cemerlang juga. Revenue meningkat dari 252 Milyard menjadi 753 berkat jualan listriknya dan lahan industrinya. Profitnya bagus naik dari 52 Milyard jadi 200 milyard.
Tinggal sekarang kan ada penurunan peringkat dari S&P untuk indonesia dari investment grade ke stable. apakah ini ada pengaruhnya dengan dengan jualan lahan industrinya kedepan, hanya waktu yang membuktikan. Namun untuk jualan listriknya masih tetap karena dianggap reoccuring income tidak terpengaruh.
Harapan lainnya dari jualan property movie land dan harapan harga tanahnya naik akibat pembukaan pintu tol baru dibulang agustus 2013 untuk mengurangi kemacetan di pintu tol yang sekarang. Minggu ini ada pameran property di JHCC, jadi ingin lihat potensi jualannya. bagus tidak ya.
saya sudah punya Kija. lagi berpikir nambah lagi atau tidak. mumpung lagi koreksi.
Salam,
Nurman
Penghasilan kotor KIJA dari Power Plant 244M, tapi net profitnya cuman 13M, dikit banget ya, sekitar 5.5%. Kalo dibikin 4 kwartal net profit dari power plant cuman 52M. Itu pun belum dipotong biaya depresiasi.
Sepertinya kontribusi Bekasi Power terhadap penghasilan KIJA kurang signifikan, tidak sesuai dengan harapan saya. Apalagi ntar kalo harga gas ikutan naik ngikutin harga BBM, bisa rugi tuh Bekasi Power. Terus, suku bunga ikutan naik, yang akan berdampak negatif terhadap sektor property. US Dollar bisa jadi akan naik, KIJA bisa terlalu berat menanggung beban bunga utangnya.
Runyam nih!
Cut loss aahhh...
(semoga saya salah)
saya baca detil sepertinya Bekasi Powernya hanya menambah revenue namun untuk profit re-occurringnya sepertinya kurang bisa diandalkan.
Kemarin saya sempat ke pameran properti, sepertinya kebanyakan agen penjualnya dibanding investor pembelinya di semua boothnya termasuk boothnya ASRI... he he apa tandanya ya untuk sektor property..
anyway saya sempat bicara dengan agennya Jababeka sepertinya Bekasi Powernya Jababeka memang disiapkan untuk mensecurekan listrik di area pengembangannya yang baru seperti di tahap III, V, VI dan VII dimana sebagian area tsb sudah dipasarkan dan beberapa sudah mulai pembangunan pabrik. Makanya kapasitas terpasang Bekasi Powernya belum sampai maksimal. Jadi masih ada revenue tambahan jika lahan baru tsb nantinya sudah jadi pabrik dan bisa menutup nilai depresiasinya kali ya ... he he . tahu ya? masak sih bisnis listrik rugi... kenapa masuk bisnis listrik kalau ternyata rugi. memang margin yang dikasih PLN tipis yaitu hanya 7% untuk pembangkit listrik swasta.
Mungkin kepastian ketersediaan listrik bisa dipakai untuk menarik pembeli lahan industrinya diluar adanya pembukaan keluar tol baru di km 34 dan adanya fasilitas dry port.
Jualan lahan industry sepertinya tetap jadi backbone utamanya Kija seperti di Q1. Penjualan lahan industry di area Cilegon sepertinya sudah mulai meningkat dari tahun sebelumnya.
Ada yang menarik lainnya. Tapi ngak tahu ini benar atau tidak karena tidak ada berita resminya. sepertinya lahannya Kija ada dimana mana kali ya. Mereka sedang bangun akses tol di KM 34. costnya fifty-fifity dengan LPCK, katanya di areanya LPCK yang tempat sisi tolnya LPCK ternyata juga miliknya lahan KIJA. Pinter juga KIJA. Mereka mau buka pintu TOL baru cari partner buat fifty-fifty ternyata sebenarnya dia sudah beli lahan di area masuknya LPCK. Jadinya LPCK malah beli lahan ke KIJA buat pembukaan akses TOLnya.
Anyway yang bisa diharapkan KIJA akan naik atau tidak adalah dari revenuenya dari jualan lahan industri. Mungkin pembukaan akses KM 34 yang akan dibuka bulan Agustus 2013 akan menjadi daya tarik pembeli lahan industrinya.
KIJA beberapa hari ini turun. Jika sudah menyentuh limit cut lossnya ya saya cut aja nanti. untungnya saya beli lumayan di bawah. he he
Tapi melihat volume ketika KIJA naik ketika naik ke 340 yaitu 264 milyar dimana averageya hanya 11 milyar. apakah pembeli 264 milyar itu mau membiarkan sahamnya turun ? performancenya juga masih cantik. Pernya saat ini jika menggunakan performance tahun 2012nya maka PETnya sekitar 16.6 . namun jika kita menggunakan kinerja 2013 dengan earning per share Q1 adalah 10 dan disetahunkan 40 maka PERnya saat ini adalah 8.2. Cukup aman dari segi fundamentalnya jika dibandingkan PER saham lain saat ini yang kinerjanya bagus yaitu rata-rata 15-30. Jika EPS 40 itu kita proyeksikan ke PER 16 seperti saat ini maka estimasi harganya akan menjadi 664. Tidak perlu muluk-muluk ke angka tsb ke 400 an juga lumayan.
Dilihat dari chart trend..trendnya masih naik bulish. belum terbentuk trend bearish atas KIJA. Plus ditambah volumenya juga menanjak menandakan banyak investor mulai melirik saham ini dari sebelumnya. namun harus hati-hati ada beberapa asing yang melepas 115 milyard ketika volumenya 264 milyard kemudian jumat kemarin melepas 7 milyar.
so far ada plusnya dan ada minusnya. tinggal monitor saja pergerakannya, ikutin arus mana yang menang. turun atau naik.
Salam
Nurman
terima kasih atas tanggapannya.
Ulasan Anda sungguh tepat dan hebat sekali view Anda.
Perkenalkan dulu, saya adalah mantan stock trader yang bertobat karena kena krisis di tahun 2008 (dulu makenya duit marjin kebanyakan) Hehee..
Setelah itu jadi analis & investor saham.
Menurut pengalaman saya, kita harus mengerti terlebih dahulu life cycle prospek ekonomi perusahaan yang akan kita beli sahamnya. Apakah di Introduction / Growth / Maturity / Decline.
Untuk KIJA sebelum tahun 2011 ada di life cycle Introduction, kalau sekarang di Growth.
Sebetulnya kalo life cycle perusahaan ada di Growth, tidak perlu cut loss, kecuali ada faktor fundamental yang sangat penting. Jadi seharusnya di HOLD terus sampai tuwek... Wkwkkk..
Masalahnya, saya butuh uang juga untuk beli rumah, jadinya dengan sangat berat hati di cut loss sebagian. (Ralat: di take profit). Hehee...
Saya ngumpulin KIJA sejak di harga 150. Walaupun performanya kalah ama MLPL yg naik 600% sejak 2012, saya ga tertarik beli saham yang fundamentalnya tidak saya mengerti (Warren Buffett also said that).
NB: Berhubung menurut Pak Nurman margin pembangkit listrik hanya 7%, batal nih niat saya beli saham2 yang akan bangun power plant, seperti PTBA & SMGR.
Pak Nurman, kapan2 kirim email ke saya dong, di mahardikabhavana@yahoo.com , kita bisa ngobrol banyak tentang saham, saling berbagi ilmu. Hehee...
Thanks,
DONNY KRISTIANTO
Lebih baik pegang ADHI/WIKA/WSKT ?