Bakrie vs Rothschild: Aftermath?
Jika anda kaget ketika kemarin AC Milan diluar dugaan mampu menghajar
Barcelona dua gol tanpa balas dalam ajang babak enam belas besar Liga
Champions, maka demikian pula reaksi penulis ketika pagi ini mendengar kabar bahwa
Bakrie berhasil mengalahkan Nathaniel Rothschild dalam voting yang berlangsung
di London, Inggris. Namun kemenangan Bakrie ini memang sudah diprediksikan oleh
beberapa pihak mengingat di saat-saat terakhir, Rosan Roeslani, salah satu
partner Bakrie di Bumi Plc, berhasil memperoleh dukungan beberapa investor
untuk memenangkan voting, termasuk Hary
Tanoesoedibjo, pemilik Grup Bhakti.
Dengan selesainya ‘pertandingan’, maka tugas Grup Bakrie kini tinggal
mengumpulkan dana sebesar US$ 228 juta (US$ 278 dikurangi 50 juta, yang sudah
disetor sebagai uang muka), untuk membeli sisa saham Bumi Resources (BUMI) dari
Bumi Plc. Sebenarnya dengan begini maka Bakrie telah mengalami kerugian sebesar
US$ 278 juta atau sekitar Rp2.5 trilyun dalam kerjasamanya dengan Nathaniel,
karena ketika dulu Nathaniel mengambil 29.2% saham BUMI, Nat tidak membayar
sepeserpun melainkan menukarnya dengan 47.6% saham Bumi Plc. Namun bagi Bakrie, it’s
okay, karena nilai BUMI jauh lebih besar dari itu. Faktanya Nathaniel sendiri
menolak sodoran ‘uang receh’ sebesar Rp2.5 trilyun tersebut, dan lebih memilih
untuk tetap memegang atau bahkan menambah kepemilikan di BUMI.
Tapi jika dikatakan bahwa Bakrie mengalami kerugian, maka itu tidak sepenuhnya benar juga. Ingat bahwa beberapa waktu yang lalu, Bakrie menjual separuh kepemilikan sahamnya di Bumi Plc kepada pemilik Borneo Lumbung Energi (BORN), Samin Tan, senilai US$ 1 milyar, sehingga Bakrie dan Samin Tan masing-masing kemudian memegang 23.8% saham Bumi Plc. Jadi meski diatas disebutkan bahwa Bakrie harus mengeluarkan US$ 278 juta untuk mengambil BUMI kembali, namun mereka sudah memperoleh keuntungan sebelumnya sebesar US$ 1 milyar, sehingga masih untung. Hanya memang sekarang bola panasnya ada di tangan Samin Tan, dimana ia dihadapkan pada satu tantangan besar: Bagaimana caranya agar investasinya yang sebesar US$ 1 milyar tersebut kembali? Kita akan bahas itu nanti.
Tapi jika dikatakan bahwa Bakrie mengalami kerugian, maka itu tidak sepenuhnya benar juga. Ingat bahwa beberapa waktu yang lalu, Bakrie menjual separuh kepemilikan sahamnya di Bumi Plc kepada pemilik Borneo Lumbung Energi (BORN), Samin Tan, senilai US$ 1 milyar, sehingga Bakrie dan Samin Tan masing-masing kemudian memegang 23.8% saham Bumi Plc. Jadi meski diatas disebutkan bahwa Bakrie harus mengeluarkan US$ 278 juta untuk mengambil BUMI kembali, namun mereka sudah memperoleh keuntungan sebelumnya sebesar US$ 1 milyar, sehingga masih untung. Hanya memang sekarang bola panasnya ada di tangan Samin Tan, dimana ia dihadapkan pada satu tantangan besar: Bagaimana caranya agar investasinya yang sebesar US$ 1 milyar tersebut kembali? Kita akan bahas itu nanti.
Kembali ke topik. Jadi pertanyaannya sekarang, dari mana Bakrie akan memperoleh dana
sebesar US$ 228 juta diatas? Well, ketika penulis mengatakan bahwa uang segitu
hanyalah receh bagi Nathaniel dan Bakrie, maka penulis tidak bercanda. Bakrie
tidak perlu menjual aset untuk memperoleh dana tersebut, melainkan tinggal
menghubungi bank langganan mereka untuk memberikan pinjaman, just as usual, so
it is probably not a big deal anymore.
Tapi dengan demikian bukan berarti ceritanya sudah selesai. Pertarungan di
Honourable Artillery Company, Armoury House, London, yang berakhir dengan
kemenangan Bakrie, kembali menghadirkan beberapa cerita baru sekaligus
pertanyaan-pertanyaan yang masih belum terjawab. Berikut diantaranya:
Masuknya Dua Orang ‘Figuran’
Kemenangan Bakrie merupakan buah dari kerja keras Rosan Roeslani, pemilik dari Recapital,
yang sesaat sebelum penyelenggaraan voting berhasil menjual seluruh saham Bumi
Plc yang dipegang oleh Recapital melalui dua anak usahanya, yakni Recapital
Advisors dan Bukit Mutiara, kepada tiga pihak, yakni Avenue Luxembourg, Argyle
Management Ltd, dan Hary Tanoe.
Jumlah saham yang dilepas Recapital adalah 24.2 juta lembar atau setara dengan
15% saham Bumi Plc, dengan harga jual yang tidak disebutkan, tapi ada yang
bilang total US$ 140 juta.
Rosan Roeslani |
Yang perlu dicatat disini adalah, Mr. Rosan menjual saham Bumi Plc dengan janji akan dibeli kembali (repo),
tentunya dengan harga yang lebih tinggi sehingga si pembeli akan memperoleh
keuntungan. Sebagai gantinya, Mr. Rosan meminta dukungan Hary Tanoe cs untuk
meningkatkan jumlah hak suara mereka dalam voting yang digelar kemarin. Karena
kemudian Bakrie cs memenangkan voting, maka Mr. Rosan kini harus ‘membayar’
Hary Tanoe dan lainnya atas jasa dukungan yang sudah diberikan, dalam bentuk
pembelian kembali saham Bumi Plc pada harga yang lebih tinggi. Berapa nilai
pembeliannya? Nah, itulah yang kita nggak tau. Tapi berapapun itu, selisih
harga antara penjualan dan pembelian kembali saham Bumi Plc tersebut tentu saja
merupakan biaya tambahan yang harus dikeluarkan Bakrie cs dalam upayanya keluar
dari jeratan Nathaniel.
Tapi poin menariknya mungkin bukan soal berapa biaya yang harus dikeluarkan
oleh Recapital, melainkan masuknya Hary Tanoe dalam transaksi repo saham yang
dilakukan oleh Mr. Rosan. Kira-kira apa tujuan dari politisi dadakan yang baru
saja pindah dari Nasdem ke Hanura ini? Rasa-rasanya Mr. Hary gak akan mau
repot-repot begitu kalau cuma buat dapetin keuntungan berupa uang tunai.
Kemungkinan Mr. Rosan menjanjikan sesuatu yang lain bagi Mr. Hary, hanya kita
belum tahu apa itu (apakah saham di Visi Media Asia/VIVA? Bisa iya, bisa
tidak).
Keberadaan Hary Tanoe dalam sengketa Bakrie – Rothschild menjadi menarik
untuk diperhatikan, mengingat ia masuk di saat-saat terakhir, dan konglomerat muda
ini juga belum mengeluarkan statement apapun terkait pemberian bantuannya
kepada Bakrie cs. Hal ini berbeda dengan Hashim
Djojohadikusumo yang sejak awal sudah ikut masuk ke perseteruan Bakrie -
Rothschild, dimana ia berada di pihak Nathaniel. Namun pengusaha yang menjadi partner Merrill Lynch di Indonesia ini sudah menyatakan
bahwa ia hanya bersenang-senang sekaligus jika mungkin, mendapatkan sedikit
uang. Dalam wawancaranya dengan Kompas, Hashim mengatakan, ‘Adik saya punya tanah
di sebelah Berau Coal (BRAU), sehingga jika BRAU hendak memperluas tambang
batubaranya, maka adik saya mungkin akan memperoleh keuntungan, itu saja.’
Sekedar catatan, selain memegang 29.2% saham BUMI, Bumi Plc juga memegang 85%
saham BRAU.
Hashim dan Nathaniel bertemu pertama kali di sebuah restoran di London pada
September 2012 lalu. Ketika itu mungkin Nathaniel mengatakan, ‘Saya ada rencana
mau ngembangin BRAU. Kalau BRAU saya yang pegang, saya gak akan deh main-main
sama adiknya Pak Hashim, berapapun harga tanahnya akan saya bayar penuh. Tapi
kalau BRAU ini dipegang ama Bakrie? Anda tau lah mereka gimana, bisa-bisa adik
anda dikerjain habis-habisan..’
Bagaimana dengan Samin Tan?
Setelah voting, Bakrie memang akan segera keluar dari Bumi Plc, namun tidak
demikian halnya dengan Samin Tan dan Rosan Roeslani, yang masih akan tetap
menjadi pemegang saham di Bumi Plc. Masalahnya kedua orang ini tidak mungkin
bisa bekerja sama dengan Nathaniel, karena sejak awal mereka berdua berada di
pihak Bakrie. Dan mungkin itu sebabnya sesaat setelah voting, Samin Tan
mengatakan kepada board Bumi Plc
bahwa ia akan meletakkan jabatannya sebagai chairman Bumi Plc, jika nanti manajemen
sudah menunjuk chairman yang baru.
Namun Samin Tan tentunya tidak bisa keluar begitu saja dari Bumi Plc,
karena ia sudah menginvestasikan dana yang sangat besar ketika masuk ke Bumi
Plc beberapa waktu lalu (seperti yang sudah disebut diatas, sebesar US$ 1 milyar atau hampir Rp10 trilyun, untuk
membeli 23.8% saham Bumi Plc). Ini berbeda dengan Bakrie, yang ketika masuk ke
Bumi Plc pada tahun 2010 lalu, mereka tidak mengeluarkan dana sama sekali
melainkan hanya menukar guling saham mereka di BUMI.
Nah, jika Samin Tan memaksakan diri untuk keluar dari Bumi Plc, katakanlah
dengan menjual sahamnya kepada siapapun yang berminat, maka kemungkinan dia
akan menderita kerugian yang sangat-sangat besar. Karena dulu ketika ia membeli
saham Bumi Plc, harga belinya adalah 10.9 Pound per saham. Dan berapa harga pasar
Bumi Plc sekarang? Cuma 3.9 Pound! Dengan lepasnya BUMI dari pegangan, maka
satu-satunya cara agar saham Bumi Plc bisa naik kembali adalah jika perusahaan
mampu mengoptimalkan investasi mereka di BRAU, dengan melakukan pengembangan
usaha dan lain-lain. Tapi itu bagaimana caranya kalau para shareholder-nya sendiri
tidak akur?
Tidak hanya Samin Tan yang berpotensi mengalami kerugian. Recapital,
perusahan investasi milik Rosan Roeslani dan Sandiaga Uno, juga jelas telah
mengalami kerugian, karena dulu mereka membeli 90% saham BRAU senilai US$ 1.5
milyar atau sekitar Rp14 trilyun, tapi sekarang saham tersebut malah dipegang
oleh Bumi Plc (gak semuanya sih, melainkan 85% jadi masih ada sisa 5%). Recapital
memang juga memegang 15% saham Bumi Plc sebagai tukar guling sahamnya di BRAU,
namun nilai dari 15% saham Bumi Plc tersebut pada saat ini jelas jauuuh lebih
rendah dari Rp14 trilyun tadi. Namun mengingat bahwa Rosan Roeslani merupakan anak didik dari Nirwan Bakrie (pimpinan Grup Bakrie), dan bahwa sebagian besar dana yang dikelola Rosan merupakan dana milik Bakrie juga, maka seharusnya Rosan tidak akan protes mengenai masalah kerugian ini kepada sang suhu, so it's okay.
Hanya saja yang menjadi polemik sekarang adalah Samin Tan. Bisa dibilang ketika Bakrie berhasil mengajak Samin Tan untuk menjadi mitranya dalam pertarungannya dengan Rothschild, maka di waktu yang bersamaan Bakrie juga berhasil melempar bola panasnya (baca: risiko kerugian) ke tangan mitranya tersebut, sehingga kini Samin Tan-lah yang harus pusing memikirkan investasinya.
So, apakah Bakrie kemudian membiarkan partnernya tersebut? Seharusnya sih nggak ya.. Bakrie selama ini mungkin terbilang kejam terhadap investor retail, namun mereka sangat 'perhatian' terhadap partner-nya sesama investor besar (termasuk terhadap bank yang rutin memberikan pinjaman). Beberapa orang mengatakan bahwa yang akan dilakukan oleh Bakrie selanjutnya adalah mendukung Samin Tan untuk meraih kontrol penuh atas BRAU. Artinya? Pihak Bakrie, entah bagaimana caranya, akan membantu Samin Tan untuk menjadi penguasa penuh atas Bumi Plc, alias menendang Nathaniel keluar. Dengan keluarnya Bakrie dari Bumi Plc, dimana saham yang dilepas Bakrie dibagikan secara merata kepada para pemegang saham yang tersisa, maka Samin Tan akan menjadi pemegang saham terbesar di Bumi Plc dengan kepemilikan sekitar 26%, cukup jauh diatas Nathaniel yang hanya 20%. Jadi upaya untuk mengusir Nathaniel keluar dari Bumi Plc memang bukan tidak mungkin untuk dilakukan, meski itu tentunya akan butuh kerja keras.
So, apakah Bakrie kemudian membiarkan partnernya tersebut? Seharusnya sih nggak ya.. Bakrie selama ini mungkin terbilang kejam terhadap investor retail, namun mereka sangat 'perhatian' terhadap partner-nya sesama investor besar (termasuk terhadap bank yang rutin memberikan pinjaman). Beberapa orang mengatakan bahwa yang akan dilakukan oleh Bakrie selanjutnya adalah mendukung Samin Tan untuk meraih kontrol penuh atas BRAU. Artinya? Pihak Bakrie, entah bagaimana caranya, akan membantu Samin Tan untuk menjadi penguasa penuh atas Bumi Plc, alias menendang Nathaniel keluar. Dengan keluarnya Bakrie dari Bumi Plc, dimana saham yang dilepas Bakrie dibagikan secara merata kepada para pemegang saham yang tersisa, maka Samin Tan akan menjadi pemegang saham terbesar di Bumi Plc dengan kepemilikan sekitar 26%, cukup jauh diatas Nathaniel yang hanya 20%. Jadi upaya untuk mengusir Nathaniel keluar dari Bumi Plc memang bukan tidak mungkin untuk dilakukan, meski itu tentunya akan butuh kerja keras.
Dan Nathaniel sendiri?
Setelah pertarungan selama lebih dari dua tahun, agak sulit dipercaya bahwa
Nathaniel, yang notabene merupakan salah satu pewaris dari Rothschild Banking Family, ternyata kalah juga ketika berhadapan
dengan Bakrie, meski memang pihak Bakrie cs sendiri harus meninggalkan medan
pertempuran dengan kondisi terluka (baca: rugi).
Nathaniel sendiri hingga kini belum berkomentar apapun terkait kekalahannya
di voting kemarin, termasuk juga belum memaparkan apa rencana selanjutnya pasca
kekalahan tersebut. Sebenarnya dengan masih adanya BRAU di tangan Bumi Plc,
maka Nathaniel tidak sepenuhnya kalah karena setidaknya ia masih ‘memenangkan
sesuatu’. Tapi tentu, ia lebih menginginkan hadiah utamanya: BUMI.
Disisi lain, seperti yang sudah disebutkan diatas, kepemilikan Nathaniel
atas BRAU juga belum aman karena masih ada orang lain dalam jajaran pemegang
saham utama di Bumi Plc, yaitu Samin Tan. Jadi kemungkinan kedepannya kita akan menonton
dua tokoh ini saling baku hantam untuk memperebutkan BRAU. Sementara BUMI? Well,
secara teori sudah aman di tangan Bakrie, dan tidak akan ada yang mengusik
mereka lagi. Tapi, entahlah.. Penulis tidak terlalu yakin bahwa Nathaniel akan
menyerah begitu saja dalam upayanya mengambil alih BUMI.. Bagaimana jika nanti
ia kemudian meminta Hashim untuk membantunya lagi, kali ini yang dimaksud
adalah bantuan yang serius dan bukan cuma ‘bersenang-senang’? Ingat bahwa dulu ketika Kaltim Prima Coal (KPC, anak usaha BUMI) akan didivestasi oleh pemilik sebelumnya, yakni Beyond Petroleum, yang berlomba-lomba untuk mengakuisisinya bukan hanya Bakrie, tetapi juga Prabowo Subianto, yang notabene merupakan kakak kandung Hashim. Bukan tidak mungkin Mr. Hashim sengaja menjalin hubungan dengan Nathaniel karena ia melihat peluang untuk masuk ke KPC, who knows?
But whatever.. yang jelas untuk sekarang Nathaniel sudah kalah, titik!
Okay, terakhir, setelah ini semua, bagaimana kira-kira perkembangan
saham-saham Grup Bakrie di BEI, terutama BUMI itu sendiri? Sekilas, kemenangan
Bakrie sepertinya justru ditanggapi negatif oleh investor. Pagi tadi saham BUMI
telah turun 4.35% ke posisi 880, sementara saham Bumi Plc di London sana justru
naik 3.2% ke posisi 3.91. Namun dalam jangka panjang, sebagian orang percaya
bahwa BUMI akan kembali ke track aslinya, yakni 1,000 atau 2,000. Untuk saat
ini, atau mungkin setidaknya hingga nanti Nathaniel kembali ‘do something’, perhatian
publik akan kembali tertuju pada utang-utang BUMI yang segunung, sekaligus
pertanyaan tentang bagaimana Bakrie akan membayarnya.
Dan jangan lupa pula cerita seputar Pemilu 2014, dimana hal ini menjadi semakin
menarik mengingat Hary Tanoe sekilas telah berkongsi dengan Bakrie, dan kemungkinan
kongsi itu cukup masuk akal mengingat Mr. Hary sebelumnya telah ‘bercerai’
dengan salah satu musuh Ical, Tuan Surya Paloh. Penulis memang tidak pernah mengerti
tentang politik, namun apa jadinya jika ada kepentingan bisnis disana? Well
then, let us just wait for the next story!
Komentar
Keepin touch pak..
Mengapa Rosan dan Recapital harus menjual sahamnya yg 15% ke Harry Tanoe, kalau alasannya hanya untuk voting saat RUPS?
Bukankah sudah rahasia umum, kalau Rosan pun anteknya Bakrie, sehingga Recapital dengan 15% di BUMI plc pun pasti votenya akan mendukung Bakrie, tanpa harus melibatkan pihak ke-3 seperti Harry Tanoe?
Pertanyaany, what Nat will do now?
konon katanya Bakrie perlu persetujuan 75% pemegang saham BUMI.JK.
kenapa ya recapital ga punya hak vote? bukannya yg ga punya hak vote itu sebagian saham Bakrie yg disuspen sama bursa London, sehingga hanya sisa 23%.
Setelah saham recapital dijual ke Hary Tanoe, suara Hary Tanoe tidak terhitung afiliasi, sehingga bisa mendongkrak suara bakrie di RUPS
itu sekeliatannya aja mas kalo rugi mulu,.
ingat di dunia politik tidak ada kata "kebetulan"
semuanya by design
jadi kalo ada orang yg ngomong
"rugi melulu pegang saham grup bakrie, kapok....!"
~nah anggapan seperti yg diatas yg "MEREKA" inginkan
^-^"