Semen Gresik & Indocement: Outlook
Pada tanggal 19 November kemarin, Semen Gresik
(SMGR) mengumumkan aksi korporasi penting, yakni akuisisi terhadap Thang Long Cement, sebuah perusahaan
semen asal Vietnam. Tak butuh waktu lama, saham SMGR langsung terkerek naik
karena kabar ini, hingga hampir saja menyentuh new high di 17,000, sebelum
kemudian turun lagi ke posisi saat ini yaitu 15,850. Kalau kita bicara soal
sahamnya, maka tidak ada yang bisa dibicarakan lebih lanjut karena sudah cukup jelas
bahwa saham SMGR sudah cukup mahal. Tapi, mari kita coba pelajari prospek SMGR
ini di masa depan, terutama pasca aksi go
regional-nya tersebut.
SMGR, seperti yang anda ketahui, adalah perusahaan
semen terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 40% pada tahun 2011. Meski
bernama ‘Semen Gresik’, namun SMGR adalah juga induk dari Semen Padang dan Semen
Tonasa, sehingga jaringan distribusi perusahaan tersebar cukup luas meliputi
Pulau Jawa (Gresik), Sumatera (Padang), dan Sulawesi (Tonasa). Kinerja
perusahaan dalam jangka panjang terbilang sangat bagus dan konsisten, dengan
ROE selalu diatas 25% dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan perusahaan juga
cukup konsisten, itu bisa dilihat dari kapasitas produksinya yang senantiasa meningkat
dari 17 juta ton di tahun 2007, menjadi 20 juta ton di tahun 2011, dan
diproyeksikan akan menjadi 25 juta ton pada tahun 2013. Meski sudah berstatus
sebagai perusahaan semen terbesar di tanah air, namun prospek pertumbuhan SMGR memang
masih terbuka lebar mengingat tingkat konsumsi semen di Indonesia hingga saat
ini masih merupakan salah satu yang terendah di Asia, yaitu hanya sekitar 200
kg per kapita per tahun.
Kemudian belakangan ini, SMGR mulai ‘naik panggung’
kembali setelah perusahaan go regional
dengan mengakuisisi 70% saham Thang Long dari pemilik sebelumnya yaitu Geleximco, sebuah grup usaha lokal yang
merupakan salah satu grup usaha terbesar di Vietnam (mungkin seperti Grup Astra
kalau di Indonesia). Sebenarnya, Thang Long hanyalah sebuah perusahaan semen
kecil jika dibanding dengan SMGR, dengan kapasitas produksi semen hanya 2.3
juta ton per tahun, sehingga akuisisi SMGR terhadap Thang Long bukanlah aksi
korporasi yang terlalu istimewa. Nilai Thang Long sendiri hanya US$ 335 juta
atau sekitar Rp3 trilyun, bandingkan
dengan market cap SMGR yang mencapai Rp94
trilyun pada harga saham 15,850. Namun karena ini adalah untuk pertama
kalinya SMGR mengakuisisi perusahaan asal luar negeri, maka aksi korporasi ini kemudian
menjadi tampak luar biasa.
Terkait rencana SMGR dengan ‘mainan barunya’, nantinya
perusahaan bersama-sama dengan Geleximco akan mengembangkan Thang Long dengan cara
mendirikan dua pabrik semen baru di lokasi terpisah di Vietnam, sehingga
nantinya Thang Long akan memiliki kapasitas produksi 6.5 juta ton semen per
tahun, untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik Vietnam. Namun belum ada
informasi soal kapan proses pendirian dua pabrik tersebut akan dimulai.
Meski akuisisi Thang Long diatas terbilang biasa-biasa
saja, namun yang menarik adalah rencana transformasi SMGR untuk menjadi
perusahaan berskala nasional bahkan regional, dimana Thang Long menjadi bagian
dari transformasi tersebut. Bagian transformasi lainnya adalah perubahan nama
perusahaan, dari Semen Gresik menjadi Semen
Indonesia. Transformasi ini sejalan dengan rencana Pemerintah sebagai majority shareholder dari SMGR untuk
meningkatkan produksi semen nasional, untuk mengantisipasi kenaikan kebutuhan
semen karena percepatan pembangunan infrastruktur di tanah air, yang tertuang
dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI). Progress yang sejauh ini sudah
berjalan adalah, sepanjang tahun 2012 kemarin SMGR sudah menyelesaikan dua
pabrik baru, yakni Tuban IV dan Tonasa V, dan di tahun 2013 nanti
perusahaan sudah merencanakan akan kembali mendirikan dua pabrik semen lagi,
dengan kapasitas masing-masing 3 juta ton. Ditambah kapasitas produksi dari
Thang Long, maka proyeksi kapasitas produksi 25 juta ton semen di tahun 2013 menjadi
sangat realistis untuk dicapai. Well, what more could I say? This company has a
bright prospect, as their track record of long term performance is also good. Jika
tidak ada halangan, kedepannya SMGR juga berencana mengakuisisi Semen Baturaja, sebagai pengukuhan
status perusahaan sebagai ‘Semen Indonesia’.
Sayang, SMGR sepertinya belum punya rencana untuk
mengakuisisi perusahaan semen asal luar negeri lainnya lagi, padahal akan
menjadi berita yang luar biasa heboh jika SMGR berhasil mengakuisisi Siam Cement, misalnya (buat yang belum
tahu tentang Siam Cement, coba cari di Google). Jika dibandingkan dengan aksi-aksi
korporasi yang dilakukan saudaranya sesama BUMN yakni Garuda Indonesia (GIAA),
maka langkah-langkah kedepan yang akan dilakukan oleh SMGR memang terdengar
tidak terlalu bombastis, termasuk SMGR juga tidak berencana untuk menjadi
sponsor bagi Manchester United atau Chelsea. Namun jika GIAA masih berjuang
untuk menjadi perusahaan dengan kinerja keuangan yang bagus, maka SMGR ini
sejak awal sudah memiliki kinerja keuangan yang bagus tersebut.
Lalu bagaimana dengan Indocement (INTP)?
INTP adalah perusahaan semen terbesar kedua di
Indonesia setelah SMGR, dengan kapasitas produksi sekitar 18 juta ton di akhir
tahun 2011. Lokasi pabrik perusahaan berada di Citeureup (Jawa Barat), Cirebon
(Jawa Barat), dan Tarjun (Kalimantan Selatan). Seperti SMGR yang terus berupaya
meningkatkan kapasitas produksinya, INTP juga melakukan hal yang sama. Saat ini
perusahaan sedang mengerjakan pendirian pabrik semen baru di Citeureup dengan kapasitas
2 juta ton per tahun, dan sedang menyusun rencana pendirian dua pabrik semen
baru, satu di Jawa Tengah dan satu lagi diluar Jawa, dengan kapasitas
masing-masing sekitar 2 - 2.5 juta ton. Untuk tahun 2013 mendatang, diproyeksikan
bahwa kapasitas produksi INTP akan menjadi sekitar 21 juta ton per tahun, dan
akan menjadi 29 juta ton di tahun 2017. So we could say, this company is also
growing, meskipun bukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain. Namun berbeda
dengan SMGR yang memfokuskan pertumbuhannya untuk memenuhi kebutuhan semen untuk
pembangunan infrastruktur, INTP lebih mengincar prospek pertumbuhan proyek
residensial dan perumahan yang membutuhkan semen secara eceran, mengingat
perusahaan memiliki salah satu brand semen yang sudah melekat kuat di
masyarakat banyak yaitu ‘Tiga Roda’.
Dua orang pekerja sedang memindahkan Semen Tiga Roda |
Satu hal, catat bahwa sektor residensial adalah
konsumen semen terbesar di Indonesia, yang pada tahun 2011 lalu menyerap
sekitar 70% penjualan semen nasional, sehingga dalam hal ini INTP mungkin lebih
menarik. Namun jika dilihat dari kinerja kedua perusahaan secara historis, maka
SMGR lebih unggul karena kinerjanya sedikit lebih baik dibanding INTP, termasuk
rasio pembayaran dividennya juga lebih besar, yaitu mencapai 50% dari perolehan
laba bersih setiap tahunnya (sementara INTP cuma 30%).
Terus, gimana dengan Holcim Indonesia (SMCB)? Well, mengingat kinerja perusahaan yang
satu ini masih belum cukup bagus jika dibandingkan dengan dua ‘seniornya’
diatas, maka penulis kira anda masih belum bisa berinvestasi di perusahaan yang
dulunya bernama Semen Cibinong ini.
Okay, berikut adalah beberapa key outlook terkait industri semen di Indonesia kedepannya:
- Pertumbuhan permintaan akan
semen di pasar domestik terus meningkat dari tahun ke tahun, termasuk
tumbuh sekitar 14% di tahun 2012 ini. Sementara disisi lain, tingkat
konsumsi semen di Indonesia masih merupakan salah satu yang terendah di
Asia, hanya lebih besar ketimbang India dan Filipina.
- Undang-Undang terkait
akuisisi lahan yang disahkan oleh DPR pada Desember 2011 lalu, memudahkan
perusahaan-perusahaan semen untuk mempercepat pembebasan lahan untuk
kemudian didirikan pabrik semen, sehingga kini SMGR dkk mampu
meningkatkan kapasitas produksi semennya secara lebih cepat dari
sebelumnya.
- Pertumbuhan jumlah
masyarakat kelas menengah di Indonesia diperkirakan masih akan berlanjut
di tahun 2013, dimana keberadaan kelompok masyarakat ini terus mendorong
perusahaan-perusahaan properti untuk membangun proyek-proyek residential
dan high rise building, yang tentunya membutuhkan pasokan semen.
- Terdapat prospek yang menarik dari kemungkinan meningkatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam beberapa tahun kedepan.
Dalam empat tahun terakhir, tepatnya sejak Februari
2009 lalu ketika market mulai pulih pasca krisis global 2008, saham SMGR dan
INTP telah menguat masing-masing 350%, alias cukup signifikan, dan itu memang
sejalan dengan peningkatan kinerja kedua perusahaan dari tahun ke tahun,
sehingga kedua saham ini cukup cocok untuk investasi jangka panjang. Tapi jika
anda lebih tertarik untuk menggunakan SMGR dan INTP untuk trading, maka hati-hati
jika nanti terdengar kabar bahwa harga batubara telah naik kembali. Salah satu komponen beban pokok perusahaan semen adalah biaya bahan bakar batubara, dimana jika harga batubara naik, maka bisa dipastikan bahwa laba perusahaan akan tertekan, sehingga kenaikan harga batubara biasanya akan menjadi sentimen negatif bagi saham SMGR dan INTP. Tapi untungnya, sejauh ini harga batubara masih cukup rendah.
Rating kinerja SMGR di 9M12: AAA
Rating kinerja INTP di 9M12: AAA
NB: Buletin rekomendasi saham edisi Januari akan
terbit tanggal 2 Januari mendatang. Anda bisa memperolehnya
disini.
Komentar