Hot Stock: CNKO
Exploitasi Energi Indonesia (CNKO), hingga artikel ini ditulis, sejatinya
belum merilis laporan keuangan untuk periode Sembilan Bulan 2012 (9M12), dan
kinerjanya di Semester Pertama 2012 (1H12) kemarin juga biasa-biasa saja,
sehingga secara fundamental seharusnya sahamnya juga nggak kemana-mana. Namun
setelah perusahaan mengumumkan rencana right issue kedua beberapa bulan lalu,
sahamnya langsung terkerek naik. Saat ini CNKO sudah mantap di posisi 360 atau
sudah naik sekitar 130% dalam 4 bulan, dan teori konspirasi menyebutkan bahwa
sahamnya masih bisa naik lagi hingga minimal 500 dalam beberapa waktu kedepan,
mengingat right issue-nya dilakukan pada harga 500 tersebut. Benarkah demikian?
I don’t know. Tapi seperti biasa, mari kita lihat CNKO ini dari sisi
fundamental.
CNKO, seperti pernah kita bahas sebelumnya (ini
link-nya), adalah perusahaan batubara yang go downstream dengan mendirikan tiga pembangkit listrik (power plant) di tiga lokasi, yakni
Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah), Rengat (Riau), dan Tembilahan (Riau), dimana
listrik yang dihasilkan akan dijual ke PLN. Namun hingga saat ini, baru satu
pembangkit listrik yang sudah beroperasi, yakni yang di Pangkalan Bun, dan
itupun kontribusinya terhadap pendapatan perusahaan masih sangat kecil, yakni
hanya sekitar 2%. Jadi hingga saat ini sumber pendapatan utama CNKO masih
berasal dari penjualan batubara, entah itu batubara milik sendiri atau milik
perusahaan lain. Pada 1H12, CNKO menjual 868 ribu ton batubara senilai Rp583
milyar.
Nah, jika mempertimbangkan bahwa CNKO sudah memperoleh biaya untuk
mendirikan tiga pembangkit listriknya melalui right issue pertama mereka pada
tahun 2003 lalu, maka proses go downstream yang dilakukan perusahaan terbilang
sangat lambat (sudah hampir sepuluh tahun). Namun hal itu tidak menghalangi
perusahaan untuk melakukan right issue berikutnya, yang kali ini bertujuan
untuk menjadikan CNKO sebagai perusahaan batubara yang terintegrasi, karena
uang hasil right issue-nya yang sebesar Rp2.3
trilyun akan dipakai untuk menyertakan saham pada perusahaan bernama PT Energi Batubara Indonesia (EBI), dimana
EBI akan menggunakan uang tersebut untuk mengakuisisi dan menambahkan modal
pada beberapa perusahaan berikut:
1. Rp890 milyar untuk menyertakan modal pada PT Dwi Guna Laksana (DGL). Oleh DGL, dana tersebut akan dipakai
untuk menyertakan modal pada dua perusahaan, yakni PT Truba Dewata Guna Prasada (TDGP), dan PT Usaha Kawan Bersama (UKB). TDGP dan UKB masing-masing akan
menggunakan dana yang diperoleh untuk mengembangkan terminal batubara di
Kalimantan Selatan, dan untuk modal kerja pembukaan tambang batubara.
2. Rp175 milyar untuk menyertakan modal pada PT Korporindo Guna Bara (KGB), yang selanjutnya akan dipakai untuk
pengembangan infrastruktur tambang.
3. Rp285 milyar untuk menyertakan modal pada PT Trans Lintas Segara (TLS), yang selanjutnya akan dipakai untuk
menambah armada kapal tongkang pengangkut batubara.
4. Rp550 milyar untuk menyertakan modal pada PT Sekti Rahayu Indah (SRI), yang selanjutnya akan dipakai untuk pengembangan
infrastruktur tambang.
5. Terakhir, Rp400 milyar untuk menyertakan modal pada PT Abe Jaya Perkasa (ABE), yang selanjutnya akan dipakai untuk
pengembangan infrastruktur tambang.
Dan berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya anda ketahui seputar right
issue yang dilakukan CNKO:
1. Perusahaan yang akan diakuisisi oleh CNKO, yakni EBI, pemiliknya adalah
Tuan Andri Cahyadi, yang merupakan
komisaris utama dari CNKO sendiri. Mr. Cahyadi mendirikan EBI pada September
2011 sebagai kendaraan untuk menempatkan investasi pada lima perusahaan, yakni
DGL, KGB, TLS, SRI, dan ABE. Mr. Cahyadi mendirikan EBI untuk selanjutnya
diakuisisi oleh CNKO, karena CNKO tidak bisa mengakuisisi perusahaan-perusahaan
tersebut (DGL, dst) secara langsung, karena itu akan melanggar perjanjian jual
beli listrik dengan PLN yang menyebutkan bahwa CNKO tidak boleh memiliki izin
usaha diluar bidang ketenagalistrikan.
2. Seluruh perusahaan yang akan diakuisisi/diberikan penyertaan modal oleh
CNKO melalui EBI merupakan perusahaan afiliasi dari CNKO, dimana Mr. Cahyadi secara
langsung maupun tidak langsung memegang sekian persen saham dari sebagian perusahaan-perusahaan
tersebut, sementara sisanya dipegang oleh pihak lain yang juga masih
terafiliasi (rata-rata yang merupakan anggota dewan komisaris dan direksi dari
CNKO)
Misalnya untuk DGL, pemegang saham utama atau induk dari DGL adalah PT
Prima Samoda (PS), dimana induk dari PS adalah PT Cenko Korporindo
Internasional (CKI). Dan coba tebak? CKI merupakan induk dari PT Saibatama
Internasional Mandiri (SIM), yang merupakan pemegang saham utama di CNKO.
Ultimate shareholder dari seluruh perusahaan tersebut adalah Tuan Andri
Cahyadi.
3. Dari dana total Rp2.3 trilyun yang akan diperoleh dari right issue-nya, Rp580 milyar diantaranya akan digunakan
untuk membeli sekian persen saham dari perusahaan target, sementara selebihnya
digunakan untuk menambah/menyertakan modal pada perusahaan target tersebut.
4. Pemegang saham utama dari CNKO, yakni PT Saibatama Internasional Mandiri (SIM), akan melaksanakan
right-nya dengan menyerap 49.7% dari
saham anyar yang diterbitkan senilai Rp1.17
trilyun. Namun karena perusahaan-perusahaan yang akan diakuisisi secara
langsung maupun tidak langsung dimiliki oleh pemilik yang sama dengan SIM, maka
sejatinya SIM, atau dalam hal ini pemilik dari SIM, tidak perlu mengeluarkan
dana sebanyak itu, melainkan hanya sekitar Rp590 milyar, karena sudah dikurangi
Rp580 milyar tadi (lihat lagi poin 3 diatas).
5. Pembeli siaga dari right issue-nya adalah juga SIM. Namun jika SIM harus
membeli saham baru lebih banyak dari right-nya yang sebesar 49.7% tadi, maka
SIM akan menjual kelebihan saham tersebut kepada pihak ketiga.
Dari kelima poin diatas, maka bisa disimpulkan bahwa Grup Cahyadi (kita
sebut saja begitu) berniat untuk mengembangkan usaha dengan menambah modal pada
beberapa perusahaannya, dengan memanfaatkan right issue CNKO yang berstatus
sebagai perusahaan publik. Namun jika right issue-nya tidak sukses, yaitu jika
para pemegang saham publik dari CNKO tidak melaksanakan right-nya, maka barulah
CNKO akan menjual saham baru yang tidak terjual tersebut ke pihak ketiga, hanya
belum tahu siapa.
Nah, terkait ‘pihak ketiga’ inilah yang kemudian menjadi alat spekulasi
bagi para bandar untuk menaikkan harga saham CNKO. Beberapa waktu terakhir ini,
di berbagai media beredar rumor bahwa CNKO telah memperoleh kesepakatan dengan Huadian Corp., perusahaan pembangkit
listrik asal Tiongkok, untuk membeli saham CNKO yang tidak diserap publik.
Pihak CNKO sendiri sudah mengkonfirmasi hal tersebut, namun tidak memberikan
detail kesepakatannya, kecuali disebutkan bahwa Huadian akan menjadi pembeli
dari batubara yang diproduksi perusahaan.
6. Dari seluruh perusahaan yang akan diakuisisi/diberikan tambahan modal,
hanya DGL dan TLS yang berstatus sebagai perusahaan besar, dengan posisi
ekuitas masing-masing Rp416 dan 58 milyar pada Kuartal I 2012. Sementara
perusahaan lainnya hanya memiliki ekuitas kurang dari sepuluh milyar Rupiah,
termasuk EBI hanya memiliki modal disetor Rp600 juta. Dilihat dari sini, maka
akan tampak bahwa total dana sebesar Rp580 milyar yang akan dipakai untuk
mengakuisisi perusahaan-perusahaan tersebut terbilang cukup wajar.
Sayangnya, kinerja perusahaan-perusahaan tersebut juga sama sekali belum
meyakinkan dengan hanya mencetak laba bersih komprehensif sebesar total Rp2
milyar. Tapi mungkin itu karena mereka memang belum beroperasi secara penuh,
karena baru berdiri dan masih dalam tahap pengembangan.
7. Right issue senilai Rp2.3 trilyun ini merupakan bagian dari mega-proyek
Grup Cahyadi senilai total Rp6 trilyun untuk masuk ke industri tambang batubara
terintegrasi (tambang, terminal, alat transportasi batubara, hingga pembangkit
listrik), dimana Rp3.7 trilyun sisanya akan diperoleh dari utang bank, dimana
utang tersebut kemungkinan akan melalui CNKO juga. Tapi untuk saat ini belum
ada informasi apapun terkait rencana pengajuan pinjaman bank ini.
8. Jumlah saham baru yang diterbitkan tidak terlalu banyak, yaitu 4.7
milyar lembar, sehingga dilusi yang terjadi pada saham CNKO hanya 52.6%. Hanya
memang, harga eksekusi per sahamnya cukup mahal, yakni Rp500 dari nilai nominal
Rp100
9. Udah sih, cuma delapan poin itu aja kok hehe.
Kesimpulannya, dilihat dari seluruh poin-poin yang bisa diperhatikan, right
issue CNKO ini terbilang wajar, dimana dalam hal ini owner dari CNKO, yaitu Mr.
Cahyadi, boleh dibilang sedang mengajak anda untuk bergabung dengan mega-proyek
batubara yang sedang ia kerjakan. Jadi sekarang tinggal apakah anda cukup yakin
dengan profil beliau, sebelum memutuskan untuk ikut right issue-nya atau nggak.
Mr. Cahyadi sendiri masih sangat muda (usianya 38 tahun), dan merupakan
direktur utama CNKO sejak tahun 2000 sebelum kemudian menjadi komisaris
utamanya. Kemungkinan, beliau juga merupakan pendiri CNKO mengingat CNKO
berdiri pada tahun 1999, dimana ketika itu Mr. Cahyadi masih bekerja pada
sebuah perusahaan kontraktor tambang.
Lalu, kira-kira bagaimana prospek CNKO kedepannya pasca right issue ini? Sayangnya,
penulis melihat bahwa prospek CNKO mungkin tidak terlalu cerah, mengingat dua
hal berikut: 1. Selama ini penjualan batubara CNKO bergantung pada hanya satu
pembeli, yakni PLN (diatas memang disebutkan bahwa Huadian akan juga menjadi
pembeli batubara yang diproduksi perusahaan, namun negosiasinya masih belum
final), dan 2. CNKO tidak terlalu sukses dengan proyek pembangkit listriknya,
yang sampai sekarang belum tuntas 100% dan juga belum berkontribusi banyak
terhadap pendapatan perusahaan, padahal proyeknya sudah dikerjakan sejak lama. Jadi
jika anda berminat untuk invest long term pada CNKO ini, maka anda harus
menunggu progress dari pengembangan
usahanya, apakah mampu memberikan hasil seperti yang diharapkan atau tidak.
Terus apakah saham CNKO beneran akan naik sampai 500 dalam waktu dekat ini?
Wah, kalau itu saya nggak tau, karena itu murni spekulasi, kecuali jika anda
kenal sama bandarnya. Tapi kalau anda benar-benar tertarik sama saham ini, maka
anda bisa datang ke RUPSLB-nya tanggal 6 Desember mendatang, dimana anda bisa
menanyakan soal itu kepada tim manajemen yang hadir disana.
NB: Buku kumpulan analisis dan rekomendasi saham edisi Kuartal III 2012
sudah terbit. Anda bisa memperolehnya
disini.
Komentar
Boleh minta penjelasan mendalam tentang BBNI jika ada waktu pak Teguh? Terima kasih banyak ya.
kalau tidak merepotkan bisakah mas teguh membahas ipo waskita karya krn menurut saya di media rame sekali memberitakan ipo ini apalagi ini bumn, jadi bakal menarik mas dan pasti website mas juga rame dibaca :)
tq