The Forgotten Stocks

Salah satu kesulitan yang dialami investor ketika IHSG sedang tinggi-tingginya seperti sekarang ini, adalah menemukan saham yang secara fundamental masih murah. Well, sebenarnya solusi termudah adalah tunggu aja sampai nanti IHSG terkoreksi dengan sendirinya. But sometimes, cuma menunggu doang terkadang memang membosankan. Karena itulah penulis kemudian mengecek kembali saham-saham yang pernah dipegang di masa lalu yang pada saat ini sudah penulis ‘lupakan’. Siapa tahu ada diantara mereka yang masih bisa dikoleksi, atau setidaknya bisa diperhatikan kembali. Hasilnya, ketemu dua saham yang kelihatannya cukup menarik. Dua saham tersebut adalah Resource Alam Indonesia (KKGI), dan PP London Sumatra (LSIP).

Untuk KKGI, penulis sudah memperhatikan dan membeli sahamnya sejak November 2010, atau sekitar dua tahun yang lalu. Ketika itu kalau anda masih ingat, sahamnya baru naik banyak dari 900-an ke 1,700-an. Seorang teman meminta penulis untuk menganalisisnya, dan hasilnya, penulis menemukan bahwa perusahaan batubara kecil ini punya kinerja yang sangat bagus, namun valuasinya pada harga 1,700 tersebut masih sangat murah. KKGI sendiri sebelumnya jarang diperhatikan orang karena nggak likuid, karena memang jumlah saham KKGI yang dipegang publik sebelum stocksplit cuma 92 juta lembar. Barulah ketika perusahaan melakukan stocksplit dengan rasio 1 : 4 pada Maret 2010, saham KKGI yang dipegang publik ‘mengembang’ menjadi 368 juta lembar, dan mulai aktif diperdagangkan. Dan seiring dengan peningkatan likuiditasnya, perlahan tapi pasti KKGI pun mulai naik. Bagi anda yang rutin membaca Ebook 40, anda pasti ingat kalau penulis pernah beberapa kali merekomendasikan saham ini.

Satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada Februari 2012, penulis akhirnya keluar di harga 8,000 pas dengan membawa keuntungan yang lumayan (dalam perjalanannya selama satu setengah tahun tersebut, KKGI nggak cuma di-hold, tapi juga sempat di-trading-kan terutama ketika harganya di 5,000-an). Sesuai prediksi, meski dia sempat melanjutkan kenaikannya hingga 8,500, namun selanjutnya KKGI mulai turun hingga posisi 6,500, dimana penulis mulai masuk lagi pada harga tersebut. Sayangnya kali ini keputusan tersebut keliru, dimana KKGI malah terus saja turun, hingga akhirnya penulis cut loss di 5,700. Ketika KKGI sudah turun hingga dibawah 5,500 (kalau gak salah 5,300), penulis sebenernya mulai pengen masuk lagi, tapi nggak jadi karena melihat ada saham batubara lain yang lebih menarik, yakni Harum Energy (HRUM), yang ketika itu berada di harga 6,400-an.

(btw, kebijakan penulis selama ini memang hanya membolehkan untuk memegang satu saham saja dari satu sektor, atau maksimal dua. Jadi kalau anda sudah pegang BUMI, misalnya, maka sebaiknya anda jangan pegang ADRO.)

Karena fokus perhatian penulis beralih ke HRUM, maka KKGI boleh dibilang nggak pernah dilihat lagi. What a surprise, sekarang dia malah sudah berada di posisi 2,700. yang penulis sendiri sejujurnya tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau KKGI bakalan turun sampai sedalam itu. What happen?

Berdasarkan kinerja perusahaan di First Half 2012, KKGI mencatat penurunan laba bersih sebesar 18.2%, atau sama seperti kebanyakan perusahaan batubara lainnya yang juga mengalami penurunan laba. Namun terlepas dari penurunan labanya tersebut, kinerja KKGI sebenarnya terbilang masih sangat oke, dengan ROE yang masih terjaga di level 55.3%. Disisi lain, perusahaan masih giat berekspansi untuk menambah portofolio tambang batubaranya, dengan mengakuisisi lima tambang seluas total 33 ribu hektar di Kalimantan Timur, sehingga prospeknya juga masih menarik. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka seharusnya saham KKGI saat ini berada di posisi 3,500-an, alias harga yang mencetak PER 10.0 kali, dan stabil di posisi tersebut. Namun yang terjadi, KKGI malah terus saja turun, bahkan meski saham-saham batubara yang lain mulai pulih (BUMI, BORN, dan BRAU jangan dihitung karena mereka sedang mengalami kejadian luar biasa terkait konflik Bakrie - Rothschild).

Tapi memang penurunan KKGI bukan tanpa alasan. Pada tanggal 29 Agustus lalu, manajemen KKGI merilis pernyataan terkait revisi target produksi batubara untuk tahun 2012. Dalam pernyataannya disebutkan bahwa, altough we have been gearing up our infrastructure capacity to cater for a much higher production volume this year, we believed that it is in the company’s long term interest to take a more conservative approach right now and scale down production in a difficult market cycle such as present.

Nah, kalau anda perhatikan, pernyataan diatas agak janggal. Maksud penulis, semua orang juga tahu kalau sektor batubara sekarang ini lagi susah. Jadi kenapa juga pihak investor relation KKGI sampai harus mengatakan hal itu secara blak-blakan kepada publik? Bukannya tugas investor relation itu adalah menjelaskan hal-hal yang baik kepada publik, misalnya bahwa perusahaan masih beroperasi dengan normal, dst? Eh, ini kok malah seperti menyuruh investor untuk ramai-ramai keluar dari KKGI.

Hanya sebulan kemudian, tepatnya pada 25 September kemarin, KKGI kembali mengeluarkan pernyataan penting, kali ini terkait buyback saham. Dalam pernyataannya, dicantumkan analisa terkait pengaruh buyback tersebut terhadap kegiatan utama perusahaan. Berikut analisanya:

Pembelian kembali saham akan menurunkan aset dan ekuitas perseroan sebesar jumlah pembelian kembali saham. Jika perseroan menggunakan seluruh dana yang dicadangkan untuk pembelian kembali saham tersebut sebesar jumlah maksimum, maka jumlah aset dan ekuitas akan berkurang sebanyak-banyaknya Rp200 milyar (btw, catat bahwa ekuitas KKGI pada First Half 2012 tercatat hanya Rp632 milyar, sehingga angka Rp200 milyar tersebut terbilang besar). Besarnya potensi hilangnya pendapatan bunga akan berpengaruh kepada berkurangnya laba bersih perseroan apabila dana tersebut ditempatkan dalam bentuk deposito.

Intinya, pengumuman soal buyback saham tersebut disampaikan dengan bahasa yang mirip dengan pengumuman soal revisi target produksi batubara, yang sudah kita bahas diatas. So, I think someone is trying to kick everybody’s out from this company. Tapi apa tujuannya? Well, menurut anda?

Tapi.. bisa saja kan kalau pihak manajemen KKGI memang beneran pesimis akan masa depan usahanya? Ah, siapa bilang. Okay, sektor tambang batubara pada saat ini memang lagi lesu karena penurunan harga batubara, tapi kan kenaikan dan penurunan harga komoditas, termasuk batubara, itu cuma hal yang biasa. Dalam jangka panjang, tetap saja pembangkit listrik diseluruh dunia akan selalu membutuhkan pasokan batubara. Kalau memang industri batubara diprediksi akan mati total dan tidak akan bangkit lagi, maka nggak mungkin Grup Bakrie mati-matian mempertahankan BUMI dari upaya takeover yang dilakukan Nathaniel Rothschild.

Satu lagi, pada tanggal 8 Oktober kemarin, Perusahan Listrik Negara alias PLN, menerbitkan notes senilai US$ 2 milyar di Singapura. Dan didalam prospektusnya, disebutkan bahwa per tanggal 30 Juni 2012, perusahaan sedang membangun setidaknya 34 unit pembangkit listrik berbahan bakar batubara, dari 45 unit pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang direncanakan, untuk mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap bahan bakar minyak (kita pernah membahas ini). Alasannya jelas: Indonesia sejak tahun 2007 sudah tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak, melainkan pengimpor. Ini berbeda dengan batubara yang jumlahnya masih melimpah, dan belum diserap sepenuhnya oleh pasar dalam negeri.

Untuk tahun penuh 2011, PLN menggunakan bahan bakar batubara dengan porsi 38.5%, dan bahan bakar minyak dengan porsi 29.3%. Kedepannya, tepatnya pada tahun 2014 mendatang, PLN berencana untuk meningkatkan porsi penggunakan bahan bakar batubara menjadi 54.1%, sementara porsi penggunaan bahan bakar minyak akan dikurangi menjadi hanya 6.1%. Selengkapnya bisa dilihat di tabel berikut.

Fuel Type (%)
2011
2014
Fuel Oil
29.3
6.1
Natural Gas
22.5
32.7
Coal
38.5
54.1
Geothermal
2.5
2.2
Hydroelectric
7.2
4.9
Total
100.0
100.0

So, untuk KKGI sendiri yang selama ini lebih banyak menjual batubaranya ke pasar ekspor, maka kedepannya mereka juga berpeluang untuk lebih banyak jualan di pasar domestik. Karena seharusnya nggak cuma PLN, industri-industri lainnya yang juga membutuhkan batubara, seperti pembuatan semen dll, juga akan berkembang jika pasokan listrik itu sendiri menjadi lebih lancar. Jadi menurut penulis, adalah aneh kalau pihak manajemen KKGI tampak seperti mengangkat bendera putih dalam menjalankan usahanya, dan menunjukkan hal itu secara terbuka kepada publik.

Tapi ya sudahlah. Jadi apakah sekarang kita langsung saja masuk ke KKGI ini? Ya berhubung pergerakan sahamnya masih nggak wajar, dan sentimen-sentimen yang beredar juga masih jelek, maka sebaiknya jangan dulu lah. Tapi jika kemarin-kemarin saham ini sempat dilupakan, maka sekarang ini kita bisa mencermatinya kembali.

Okay, lalu bagaimana dengan LSIP?

Berbeda dengan KKGI, cerita seputar LSIP ini nggak terlalu complicated, dan pergerakan sahamnya sejauh ini juga wajar. Saham ini sempat menembus posisi 3,000-an sebagai posisi tertingginya (tepatnya 3,175) pada April 2012 lalu, yang didorong oleh kinerja apiknya sepanjang tahun 2011. Setelahnya, LSIP kemudian turun dan sekarang sudah berada di posisi 2,375, karena perlambatan kinerjanya di tahun 2012 ini. Pada First Half 2012 kemarin, LSIP mencatat penurunan laba bersih 27.9%.

Logo PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk.

Penulis sudah mengkoleksi LSIP ini pada Mei 2010, atau beberapa bulan sebelum ketemu dengan KKGI. Ketika itu harganya di 7,500-an (harga sebelum stocksplit, kalau pake harga sekarang berarti 1,500-an). Ketika itu sektor perkebunan kelapa sawit memang lagi bagus-bagusnya seiring dengan kenaikan harga crude palm oil (CPO), dan saham yang bagus di sektor ini ada dua, yakni LSIP dan AALI, namun LSIP lebih menarik dari sisi valuasi. Beberapa bulan kemudian, yakni pada Maret 2011, penulis mengalihkan pegangan dari LSIP ke saham sawit ‘pendatang baru’ yang tiba-tiba saja mencatat pertumbuhan signifikan, yaitu TBLA. Sayangnya kinerja apik TBLA tidak berlanjut, sehingga pada September 2011, penulis balik lagi ke LSIP, dengan masuk di harga 2,200.

Pada April 2012, penulis akhirnya keluar lagi dari LSIP ini di harga 2,800-an, dan gak masuk-masuk lagi sampai sekarang, karena melihat bahwa sektor sawit juga lagi lesu, sama seperti batubara. Namun sekali lagi, penulis masih menilai bahwa LSIP merupakan saham terbaik di sektor perkebunan kelapa sawit. Jadi jika nanti harga CPO mulai bergerak naik lagi (saat ini harga CPO di Malaysia tercatat RM2,471 per ton, masih rendah), maka saham pertama yang bisa dilirik ya LSIP ini.

Lalu bagaimana outlook sektor sawit kedepannya? Well, kita sudah pernah membahasnya di artikel terdahulu, silahkan baca lagi. Terus apakah di harga sekarang LSIP sudah bisa dibeli? Sayangnya, belum. Kemungkinan LSIP masih bisa turun lagi, mengingat posisinya pada saat ini seharusnya lebih rendah andaikata IHSG tidak sedang berada di posisi 4,300-an. Posisi masuk yang ideal adalah di 2,000 pas atau dibawahnya, dimana LSIP mungkin akan turun ke posisi tersebut ketika nanti periode bullish IHSG berakhir.

Okay, terakhir, apakah anda cuma mengecek saham-saham yang pernah dipegang aja, atau juga saham-saham lainnya yang belum pernah diperhatikan sebelumnya, termasuk beberapa saham yang baru IPO belakangan itu? I did it too, tapi sejauh ini sepertinya belum ada saham lain yang cukup menarik untuk dikoleksi (kecuali tentu, saham-saham yang sudah dipegang sebelumnya, termasuk HRUM yang sudah penulis sebutkan diatas). But just like you do, I keep searching, and I’ll let you know if I found one.

NB: Hari ini dua emiten, yakni Bank BTPN (BTPN) dan Hero Supermarket (HERO), baru saja merilis laporan keuangan (LK) untuk periode Kuartal III 2012, yang itu berarti musim laporan keuangan untuk periode Kuartal III sudah dimulai. Dan seperti biasa, penulis akan membuat rangkuman analisisnya dalam bentuk ebook. Anda bisa membelinya disini.

Komentar

Unknown mengatakan…
kalo BBKP gmana ya?? valuasi saham ini menurut saya sangat murah tapi seperti kurang peminat. mungkin kalo penulis ada waktu boleh tolong dibahas tentang profil saham ini. terima kasih hehehe
Haryo Wibi mengatakan…
Kalo LSIP sebenernya adalah perusahaan sawit yg sangat bagus, karena setau saya mereka menjual bibit saja sudah untung besar. Dan Bibit dari LSIP ini sudah sangat terkenal di seluruh perusahaan sawit yang mana saaat ini kualitasnya bisa dibilang No. 1
myself mengatakan…
hanya ingin menambahkan.

PLTU batubara itu baru jadi *paling cepat* 3 tahun :).
biasanya sih molor, sampai 4-5 tahun *tergantung proyeknya masalah / gak..*

kalau PLTG / PLTD 6 bulan - 1 tahun bisa selesai proyeknya..

jd kalau dilihat dari outlook dalam negeri (proyek percepatan 10.000 MW tahap 2), masih lama juga menurut saya :)..

sampai sekarang, proyek percepatan 10.000 MW tahap 1 (proyeknya bapak J.K), masih ada yang belum selesai..
since 4/5 years ago.. :)
Anonim mengatakan…
kalau mas teguh beranggapan sektor komoditas batubara akan bangkit biasanya akan berkorelasi jg dgn yg berhubungan kan? jika demikian buat apa memilih emiten yg walaupun ber fa bgus tp mnunggu pulihnya sektor batubra smntara dlm kondisi sulit spt skrg ada emiten yg ttp tumbuh ^_^, jika batubra membaik apa yg akan terjadi dgn emiten tsbt ya hehe krna saat ini hanya ada stu emiten tambang terbaik di bei
Holmes mengatakan…
walah.ada tulisan KKGI..bisa susah ane nyicil nya ntr neh pak teguh.. T_T rebutan dong
Anonim mengatakan…
Mas Teguh, bagaimana dengan saham batubara CNKO, kayaknya yang satu ini rising star ya, selain dia punya tambang sendiri dan bangun hilirnya juga PLTU dan terakhir mau bangun PLTA. Selain itu dia sudah punya captive market di dalam negeri dgn PLN, jadi ketergantungan dari ekspor sangat kecil.

Bagaimana mas Teguh boleh dicollect?
robot mengatakan…
sayangi duit anda...
lupakan sektor batubara dari porto investasi anda...
trend ke depan green energy, eneri ramah lingkungan seperti gas dan batu bara akan semakin ditinggalkan....
myself mengatakan…
@robot
kedepannya tapi 20-30 tahun lagi.. :)
kl kedepannya 1-2 tahun lagi, percayalah.. batubara masih berjaya..
^^

dengan teknologi saat ini, green energy itu MAHAL..
Anonim mengatakan…
@myself : ane setuju

@pak teguh : tentang KKGI,.. let's see

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?