Indomobil Sukses Internasional
Industri penjualan kendaraan bermotor roda
empat alias mobil di Indonesia selalu menarik untuk dicermati, mengingat gaya
hidup kalangan menengah keatas yang hampir pasti memiliki minimal satu unit
mobil di garasi rumahnya, dan mereka secara rutin mengganti mobilnya tersebut setiap
beberapa waktu sekali (beli lagi yang baru). Sejak dulu, merk mobil yang paling
umum digunakan di Indonesia adalah Toyota, dan sampai sekarang juga masih
demikian. Namun belakangan ini beberapa merk mobil yang sebelumnya kurang dikenal
masyarakat, kini bisa dengan mudah ditemui di jalan raya. Salah satunya, Nissan, dengan type unggulannya Nissan Juke,
March, dan Grand Livina. Siapa pemegang merk Nissan di Indonesia? Bukan, bukan
Astra International (ASII) ataupun salah satu anak usahanya, melainkan
Indomobil (IMAS).
IMAS adalah salah satu unit usaha Grup
Salim di bidang penjualan kendaraan bermotor roda empat atau lebih (mobil,
truk, dll). Beberapa merk yang dipegang perusahaan adalah Nissan, Audi, Hino,
Renault, Suzuki, SsangYong, Volvo, Volkswagen, dan yang terbaru, Infiniti (merk
premium dari Nissan, seperti Lexus-nya Toyota). Untuk merk Volvo, IMAS juga
menjual berbagai macam alat-alat berat (sehingga IMAS merupakan kompetitor
untuk Intraco Penta/INTA yang menjual alat-alat berat dengan merk yang sama).
Selain jualan mobil dan alat-alat berat, IMAS juga memiliki perusahaan
pembiayaan kredit kendaraan, penjualan sepeda motor (Suzuki), rental kendaraan, dan perusahaan penjualan suku cadang Indoparts,
selain juga memiliki perusahaan kontraktor tambang skala kecil.
Meski IMAS menjual berbagai merk mobil dan
juga memiliki beberapa jenis usaha diluar usaha penjualan mobil, namun lebih
dari separuh pendapatan perusahaan berasal dari penjualan satu merk mobil saja,
yaitu Nissan. Pada First Half 2012, IMAS mencatat pendapatan Rp9.8 trilyun, dimana
sekitar 54.5% atau Rp5.4 trilyun diantaranya berasal dari penjualan mobil merk Nissan.
Thanks to beberapa type unggulannya, terutama Nissan Grand Livina. Hingga akhir
Agustus 2012, Grand Livina merupakan type terlaris dari Nissan dengan
kontribusi mencapai 50 - 60% dari seluruh volume penjualan. Berkat Livina pula,
Nissan sukses meraup 9.6% pangsa pasar mobil di Indonesia di Kuartal I 2012,
atau sudah lebih besar ketimbang Honda, tapi masih dibawah Toyota, Daihatsu,
Mitsubishi, dan Suzuki. Kelebihan Livina cukup jelas, yakni image-nya sebagai
mobil keluarga yang nyaman, aman, dan stylish, namun dengan harga yang tetap
terjangkau, yakni mulai dari Rp160 jutaan.
Kedepannya, Nissan masih akan terus
mengembangkan dan meluncurkan type-type baru, termasuk Nissan Evalia yang,
menurut klaim perusahaan, angka penjualannya sudah mencapai 5,200 unit hanya
dalam periode Mei - Juli 2012.
Sukses dengan Nissan, pendapatan IMAS juga
sukses tumbuh hingga 41.6% pada First Half 2012 dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya, namun laba bersihnya hanya tumbuh 25.0%. Penyebabnya? Karena
perusahaan membelanjakan Rp8.2 trilyun untuk membeli mobil yang selanjutnya dijual (IMAS kan perusahaan dagang, bukan produsen), naik 67.2% dibanding tahun lalu, atau kenaikannya lebih besar
ketimbang penjualan. Biasanya ini terjadi karena pelemahan nilai Rupiah belakangan ini, mengingat sebagian besar mobil yang dijual IMAS, baik built up maupun komponennya, berasal dari impor.
Anyway, yang jelas kesuksesan
Nissan sepanjang tahun 2010 hingga sekarang tentunya tidak akan dibiarkan
begitu saja oleh para kompetitornya, terutama Honda yang baru saja ‘disalip’.
Itu sebabnya pihak Honda pun, dalam hal ini PT Honda Prospect Motor, langsung
meluncurkan type baru, yakni Honda Brio dan New Civic. Lalu para pemimpin pasar
di industri otomotif Indonesia, yakni Toyota dan Daihatsu, juga tidak mau
ketinggalan dengan merilis Toyota Agya dan Daihatsu Ayla, yang dipastikan akan
menjadi penantang serius bagi Nissan March di segmen mobil murah. Dan jangan lupakan pendatang baru asal India, Tata Motors, dengan type andalannya yakni Tata Nano. The battle
has just begin!
Lalu apa strategi IMAS untuk paling tidak
mempertahankan posisinya saat ini? Ya dengan juga merilis type baru, seperti
Nissan Evalia seperti yang sudah disebut diatas, dan dengan memperluas jaringan
penjualan terutama untuk pasar diluar Jakarta. Pada tahun 2012 ini, IMAS
setidaknya sudah membuka satu dealer anyar untuk Nissan yang berlokasi di
Bekasi, Jawa Barat. Diluar Nissan, IMAS juga tetap memberdayakan merk-merk lain
yang mereka pegang, dengan meluncurkan type-type baru seperti Audi Q3,
Volkswagen New Caravelle, dan Volkswagen New Touareg.
Tapi memang pertanyaan terbesarnya adalah terkait peraturan DP minimum 30% untuk pembelian mobil pribadi, yang secara resmi dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada Maret 2012 lalu, dan mulai berlaku efektif pada Juni kemarin. Dalam public expose yang diselenggarakan perusahaan pada April
2012 lalu, direktur utama IMAS, Jusak Kertowidjojo, mengakui bahwa peraturan
soal DP tersebut akan berdampak terhadap kinerja perusahaan, hanya beliau tidak
memperinci seberapa besar dampaknya. Lalu bagaimana strategi perusahaan terkait
hal tersebut? Well, juga tidak ada perincian soal itu. Tapi memang, ini adalah masalah
bersama bagi seluruh pelaku industri otomotif di Indonesia, nggak cuma IMAS.
Btw, kalo ada yang nanya kenapa saham ASII
seperti gak terpengaruh masalah DP ini dan malah terus saja naik, itu karena dua
hal. Satu, ASII merupakan perusahaan yang bergerak di banyak sekali bidang, gak
cuma jualan mobil, dimana bidang lain yang juga berkontribusi besar terhadap
perusahaan adalah penjualan alat-alat berat dan usaha pertambangan melalui anak
usahanya, United Tractors (UNTR), dengan kontribusi lebih dari 30% dari nilai total
pendapatan ASII. IMAS memang juga punya usaha penjualan alat-alat berat merk
Volvo, namun porsinya cuma sekitar 5% dari nilai total pendapatan perusahaan. Dua,
ASII memiliki citra sebagai perusahaan blue chip favorit investor asing di BEI,
dan saat ini investor asing lagi giat-giatnya masuk ke bursa. Citra ini tidak
dimiliki oleh IMAS, yang oleh sebagian investor masih dianggap sebagai saham
second liner.
Oke, sekarang gimana sahamnya?
Sepanjang tahun 2011 lalu, IMAS sukses
menanjak dari posisi 4,075 pada awal tahun 2011, hingga mencapai puncaknya di
posisi 9,325 pada Mei 2012, yang terutama karena kinerja ciamik perusahaan
sepanjang periode waktu tersebut. Namun begitu keluar pengumuman soal DP
minimum, saham IMAS terus terperosok, hingga sekarang sudah balik lagi ke
5,200. Sayangnya secara teknikal, belum ada tanda-tanda bahwa penurunannya tersebut
akan berhenti.
Secara valuasi, saham IMAS pada harga
5,200 mencetak PER 9.0 kali, sudah tidak mahal sebenarnya, mengingat ROE IMAS
mencapai 18.8%, dan pertumbuhan laba bersihnya juga masih terjaga di atas 20%,
tepatnya 25.0%. Namun jika kita mempertimbangkan bahwa IMAS belum tentu bisa ‘deal’
dengan masalah DP tadi, dan juga belum ada strategi yang jelas dari perusahaan terkait
kompetisi mereka dengan para pesaingnya, terutama dengan Agya dan Ayla (karena
katanya dua mobil tersebut harganya cuma Rp100 jutaan, sementara Nissan March sebenarnya
nggak murah-murah amat, melainkan Rp150 jutaan), maka memang menjadi tidak ada
jaminan bagi IMAS untuk bisa meneruskan kinerja bagusnya di masa mendatang.
Jika anda termasuk yang mempertimbangkan hal ini, maka saham IMAS di harga
sekarang masih agak mahal.
Disisi lain, IMAS masih punya segudang
rencana pengembangan usaha diluar sekedar jualan mobil merk Nissan. Ketika
perusahaan menyelenggarakan right issue senilai Rp2.5 trilyun pada pertengahan
tahun 2011 lalu, 40% dana tersebut dipakai untuk mengembangkan usaha jasa
pembiayaan, usaha pembuatan dan penjualan suku cadang kendaraan bermotor, dan
usaha penjualan truk dan alat-alat berat. Termasuk pada tanggal 28 September
kemarin, IMAS mengumumkan pendirian perusahaan patungan (joint venture) dengan Kyokuto,
perusahaan asal Jepang yang bergerak di bidang pembuatan dan penjualan truck body. Kerjasama ini menghasilkan sebuah
pabrik truck body di Cikampek, Jawa Barat, yang akan akan mulai berproduksi
pada tahun 2013. Bagaimana hasilnya? Kita lihat nanti.
Kesimpulannya, kalau bagi penulis IMAS ini
masih menarik mengingat Nissan Grand Livina hingga saat ini masih merupakan
mobil favorit kedua di Indonesia untuk jenis multi
purpose vehicle (MPV), setelah Avanza (atau Xenia). Disisi lain, beberapa
hal yang berpotensi menghambat kinerja IMAS di masa depan, mau tidak mau
membuat para investor lebih memilih untuk wait and see, dan penulis juga
memilih sikap yang sama. Untuk saat ini, coba anda lihat dulu saham IMAS
mentoknya sampai di berapa, sekaligus amati perkembangan kinerjanya di Kuartal
III nanti, apakah masih tumbuh signifikan atau tidak.
PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk.
Rating Kinerja pada 1H12: A
Rating saham pada 5,200: BBB
NB: Penulis membuat buletin yang berisi rekomendasi
saham bulanan, anda bisa memperolehnya disini.
Komentar
laba bersih adalah sales - HPP- biaya operasional
kenaikan inventory hanya berpengaruh terhadap cash flow perusahaan deh
Suzuki mobil juga termasuk grup Indomobil