ICTSI Jasa Prima
ICTSI Jasa Prima (KARW) yang sebelumnya
bernama Maharlika Indonesia, dan sebelumnya lagi bernama Karwell Indonesia, berubah
nama menjadi ICTSI Jasa Prima, setelah pada tanggal 3 Mei 2012 lalu perusahaan
diambil alih oleh International Container
Terminal Services, Inc (ICTSI), sebuah perusahaan jasa pelabuhan
asal Filipina. Kegiatan usaha KARW juga berubah dari tadinya garment menjadi
jasa pelabuhan. Aksi korporasi ini menarik, karena kita tahu bahwa saat ini
banyak yang memprediksi bahwa sektor yang akan booming dalam beberapa waktu ke
depan adalah infrastruktur, dan pelabuhan adalah bagian dari infrastruktur
tersebut. So, apakah dalam hal ini ICTSI juga menangkap peluang tersebut,
sehingga mereka kemudian masuk ke Indonesia?
ICTSI mengakuisisi KARW pada tanggal 3 Mei
2012 melalui anak usahanya di Singapura, ICTSI
Far East (IFE), dimana IFE membeli 469.7 juta lembar saham atau mewakili
80% saham KARW, dengan harga beli antara Rp74 - 77 per saham. Kemudian,
berdasarkan peraturan Bapepam, IFE sebagai pemegang saham pengendali yang baru
di KARW harus melakukan mandatory tender
offer alias membeli sisa saham KARW yang masih dimiliki publik, dan inilah
yang menyebabkan saham KARW terus naik sejak tanggal 24 Agustus lalu. Tapi yang
agak aneh adalah, kenapa naiknya baru pada tanggal 24 Agustus? Bukannya KARW
sudah diakuisisi oleh IFE sejak awal Mei?
Kemudian, dalam keterbukaan informasi
yang dirilis oleh HD Capital (HADE) selaku broker yang ditunjuk IFE untuk
mengambil alih KARW, tidak ada informasi soal tender offer tersebut, kecuali
bahwa perusahaan akan mengumumkan akuisisi IFE atas KARW tersebut di koran. Juga, tidak ada informasi
soal berapa jumlah saham yang harus diambil alih IFE dalam rangka tender offer
tersebut, dan juga berapa jumlah saham yang sudah dibeli IFE hingga saat ini. Kalau menurut penulis, selama tender offer-nya masih berlangsung, maka selama itu pula KARW akan terus naik. Tapi memang masalahnya, karena informasinya serba tertutup, kita jadi tidak pernah tahu kapan tender offer tersebut akan selesai, sehingga keputusan untuk masuk ke KARW pada saat ini berbau spekulasi. Namun kalau udah megang sejak awal tentu boleh hold.
Sekarang, bagaimana prospek terkait perusahaannya?
Sekarang, bagaimana prospek terkait perusahaannya?
Ketika ICTSI mengakuisisi KARW, tujuannya
adalah untuk backdoor listing. Melalui KARW, ICTSI kemudian membeli enam unit crane, yakni alat derek untuk mengangkat
kontainer (yang segede gaban itu) dari kapal ke darat atau sebaliknya. Keenam
crane ini kemudian akan ditempatkan di Pelabuhan
Tanjung Priok, Jakarta, sehingga sekarang ICTSI memiliki unit bisnis di
Tanjung Priok. Ini adalah kali kedua ICTSI masuk ke bisnis pelabuhan di
Indonesia. Sebelumnya, ICTSI juga memiliki perusahaan bernama PT Makassar Terminal
Services (MTS), yang bergerak di bidang pengangkutan kontainer di Terminal Peti Kemas Makassar, Sulawesi
Selatan. Untuk saat ini MTS tidak diletakkan dibawah KARW, tapi ada kemungkinan
kedepannya unit bisnis ICTSI yang di Makassar tersebut akan diletakkan dibawah
KARW dengan cara diakuisisi.
Sebuah kapal sedang melakukan bongkar muat kontainer |
Selain membeli crane, ICTSI melalui KARW
juga mengakuisisi 100% saham PT PBM Olah
Jasa Andal (OJA), sebuah
perusahaan pemegang kontrak dari Pelindo
II (BUMN operator Pelabuhan Tanjung Priok), untuk menyediakan jasa bongkar
muat kontainer di beberapa dermaga. Sekali lagi, ini sangat menarik, karena
seperti yang kita ketahui, Pelindo II sedang mengembangkan proyek raksasa Pelabuhan Kalibaru, yang berlokasi
persis di sebelah timur Pelabuhan Tanjung Priok, dengan nilai investasi US$ 4
milyar atau setara Rp36 trilyun! Nah, ketika nanti Pabuhan Kalibaru yang
dijuluki sebagai ‘The New Tanjung Priok’ ini mulai beroperasi, maka OJA sebagai
partner lama dari Pelindo II tentunya akan ketiban rezeki kontrak baru.
Tapi memang, itu masih lama. Pelindo II
sendiri baru mulai membangun Pelabuhan Kalibaru pada September 2012 ini, dan
pelabuhan tersebut diperkirakan baru akan beroperasi mulai tahun 2014 nanti,
itu pun kalau progress-nya lancar. Meski begitu, bisnis OJA di Pelabuhan
Tanjung Priok tetap prospektif, karena arus lalu lintas kontainer di pelabuhan
tersebut mencatat rata-rata peningkatan sebesar 26% per tahun, dan karena suplai
infrastruktur pelabuhan di Tanjung Priok masih minim, bahkan jika dibanding
dengan negara tetangga Malaysia, sehingga masih terdapat banyak ruang untuk
ekspansi. So, penulis kira inilah yang menyebabkan ICTSI masuk ke Tanjung
Priok, yaitu karena selain prospek dari Tanjung Priok itu sendiri masih bagus,
terdapat prospek tambahan jika Pelabuhan Kalibaru benar-benar bisa beroperasi
di dua - tiga tahun mendatang.
Total biaya yang dikeluarkan ICTSI untuk
membeli enam crane dan mengakuisisi OJA adalah Rp334 milyar. Uang itu dalam
neraca KARW akan dicatat sebagai utang yang diperoleh dari ICTSI Limited, induk
dari IFE, dimana IFE adalah induk dari KARW. Jadi struktur perusahaannya dari
yang tertinggi hingga terendah adalah sebagai berikut:
ICTSI Filipina
I
ICTSI Limited
I
ICTSI Far East (IFE)
I
ICTSI Jasa Prima (KARW)
I
PBM Olah Jasa Andal (OJA)
So, setelah aksi korporasi ini, pendapatan
serta laba bersih perusahaan akan meningkat berkali-kali lipat, yang berasal
dari pendapatan dan laba bersih OJA yang dikonsolidasikan. Manajemen
memperkirakan bahwa pendapatan KARW sebagai induk dari OJA akan mencapai Rp239
milyar pada tahun penuh 2012, meningkat hampir sepuluh kali lipat dibanding
tahun 2011 sebesar Rp25 milyar. Total aset KARW juga akan meningkat menjadi
sekitar Rp500 - 600 milyar, dari sebelumnya hanya Rp13 milyar di tahun 2011.
Namun, sebagian besar dari aset tersebut akan dicatat sebagai utang (yang
diperoleh dari ICTSI Limited) dan bukannya ekuitas. So, penulis bisa
membayangkan bahwa laporan keuangan KARW ini di Kuartal III nanti akan mencatat
angka return on equity (ROE) yang sangat besar, namun DER-nya juga akan sangat
besar. ICTSI Limited sendiri akan secara bertahap memberikan pinjaman senilai
total US$ 70 juta atau setara Rp640 milyar kepada KARW, yang akan digunakan
untuk berbagai kegiatan investasi (jadi setelah membeli crane dan mengakuisisi
OJA, ada kemungkinan kedepannya KARW bakal mengakuisisi lagi, mungkin
perusahaan yang di Makassar tadi).
Masalahnya disini adalah, berapa bunga
dari pinjaman tersebut? Karena jika bunganya terlalu besar, maka itu berarti
laba bersih yang diperoleh KARW dipindahkan ke ICTSI Limited, sehingga KARW
boleh dibilang gak dapet apa-apa. Atau, apakah KARW berencana untuk menggelar right
issue, dimana uangnya akan dipakai untuk membayar utang ke induknya tersebut?
Kesimpulannya, penulis menilai bahwa
prospek KARW ini menarik, terutama karena penulis juga termasuk yang percaya,
atau mungkin lebih tepatnya berharap, bahwa sektor infrastruktur termasuk
pelabuhan akan menjadi sektor yang booming di Indonesia dalam beberapa waktu
kedepan. Selain itu, ICTSI yang masuk ke Tanjung Priok melalui KARW ini merupakan
perusahaan jasa layanan pelabuhan yang cukup terkemuka di dunia, dan juga telah
memiliki operasional di 17 negara, sehingga seharusnya mereka tidak akan kesulitan
dalam mengembangkan infrastruktur di Tanjung Priok, dan mungkin juga nantinya di
Pelabuhan Kalibaru.
Namun disisi lain, terdapat setidaknya dua
poin yang dipertanyakan dari masuknya ICTSI ke KARW, yakni: 1. Proses tender
offer yang menurut penulis kurang transparan, dan 2. Kenapa ICTSI Limited memberikan
dana kepada KARW dalam bentuk utang, dan bukannya penyertaan modal? Tapi
mudah-mudahan ini hanya kekhawatiran penulis saja, dan tidak berpotensi menjadi
masalah apapun.
Lalu gimana soal analisis sahamnya dari sisi fundamental? Berhubung
laporan keuangan KARW untuk periode Kuartal II 2012 kemarin masih belum memasukkan
pendapatan dan laba bersih konsolidasi dari akuisisi OJA (datanya masih data
sebelum akuisisi), maka tentunya analisisnya juga belum bisa dilakukan, sehingga sahamnya juga belum bisa dikoleksi. Kita
lihat bagaimana kinerjanya di di Kuartal III nanti. Yang jelas hingga Juli 2012,
dimana ketika itu OJA sudah dikonsolidasikan, KARW mencatat pendapatan Rp122
milyar, dan laba usaha (bukan laba bersih) Rp5 milyar. Quite good, but it had
to be better.
Komentar
sy coba ngasih analisa gan
1. proses tender kurang transparan karena ICTSI jasa Prima (karwel)sebenarnya dimiliki oleh ICTSI limited (sahamx 100% dimiliki oleh ICTSI limited) jadi sebenarnya 30%saham yang milik publik itu hanya pinjam nama warga negara indonesia.
2. ICTSI menyertakan utang karena mungkin mereka mau lebih cepat kembali uangnya daripada menyertakan modal pasti tunggu akhir tahun utk dapat deviden...just my opinion