Alam Sutera Realty, Now & Future
Pada tanggal 2 Juli kemarin, Alam Sutera Realty (ASRI), perusahaan
pengembang properti di wilayah Alam Sutera, Tangerang, Banten, mengumumkan
bahwa perusahaan telah mengakuisisi sebuah perusahaan pengelola kawasan pariwisata
Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali,
dengan nilai akuisisi Rp738 milyar (yang belakangan naik menjadi Rp813 milyar).
Bagi ASRI, tujuan dari aksi korporasi ini adalah untuk mendiversifikasikan
kegiatan usaha perusahaan, dimana ASRI kini punya usaha di bidang pariwisata.
Namun masuknya ASRI ke GWK tersebut ditanggapi negatif oleh investor, dimana
saham ASRI sempat merosot hingga posisi 455, meski sekarang sudah naik lagi ke
posisi 480.
GWK adalah kawasan cultural park alias taman kebudayaan, yang terletak di Tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. Objek wisata utama yang menjadi daya tarik taman tersebut adalah patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai Burung Garuda, dengan ukuran patung yang super-besar, yakni tinggi 145 meter dan lebar 64 meter. Namun meski pembangunan patung tersebut sudah dimulai cukup lama yaitu sejak tahun 1997, hingga kini patung tersebut belum selesai dibangun, kecuali hanya bagian-bagiannya saja yaitu kepala dan dada Dewa Wisnu, kepala Burung Garuda, dan tangan Dewa Wisnu, dan juga belum ada kejelasan soal kapan tepatnya patung tersebut akan selesai 100%. Mungkin inilah yang menyebabkan sebagian investor berpendapat bahwa ASRI keliru jika masuk menjadi pengelola kawasan GWK, karena GWK ini sejatinya belum siap beroperasi sebagai kawasan wisata.
Di keterbukaan informasinya, manajemen ASRI tidak memperinci manfaat dari
pengambil alihan hak pengelolaan kawasan GWK, serta apa rencana perusahaan
pasca akuisisi hak pengelolaan tersebut. Namun di prospektus perusahaan ketika menerbitkan
notes senilai US$ 150 juta di
Singapura, perusahaan mengatakan akan mengembangkan kawasan GWK dalam dua
tahap. Tahap pertama, perusahaan akan melanjutkan pembangunan patung GWK hingga
tuntas. Tahap kedua, perusahaan akan mengembangkan kawasan komersial di sekitar
patung tersebut. Untuk biayanya, perusahaan sudah memperoleh pinjaman Rp900 milyar
dari Bank BII, dimana Rp600 milyar diantaranya digunakan untuk akuisisi hak
pengelolaan kawasan GWK, dan Rp300 milyar sisanya untuk pembangunan dua tahap
tadi.
Yang penting untuk dicermati disini adalah, mungkin manajemen sedikit
berspekulasi pada masalah penyelesaian patung GWK ini, dalam artian jika patung
tersebut tidak pernah selesai, maka perusahaan akan tetap untung karena kawasan
taman budaya GWK pada saat ini memang sudah menghasilkan pendapatan, minimal
dalam bentuk tiket masuk pengunjung sebesar Rp30,000 per orang (dan Rp60,000
untuk turis asing). Yap, meski patung GWK belum selesai sepenuhnya, namun para
wisatawan tetap akan tertarik untuk menyaksikan patung kepala Dewa Wisnu
berukuran besar dengan tinggi 12 meter, dan juga patung Garuda dan patung
tangan Dewa Wisnu.
Disisi lain, jika ASRI ternyata sanggup menyelesaikan patung GWK hingga
berdiri sempurna setinggi 145 meter, katakanlah 7 atau 10 tahun dari sekarang, maka
pendapatan perusahaan dari kawasan GWK ini bisa dipastikan akan melonjak hingga
berkali-kali lipat, karena patung tersebut akan menjadi maha-monumen yang
setara dengan objek wisata kelas dunia lainnya seperti Menara Eiffel, Piramida
Mesir, ataupun Patung Liberty, terlebih Pulau Bali sendiri sejak dulu sudah
sangat terkenal sebagai kawasan wisata populer di dunia. Harga tiket masuk GWK bisa
dinaikkan hingga Rp300,000 bagi para turis asing, dan mereka akan tetap tidak
keberatan untuk membayarnya.
Jadi dalam hal ini, meski tentunya akan sangat berat bagi ASRI untuk bisa meneruskan
pembangunan patung GWK hingga berdiri sempurna, but it worth a try, because the prize is extraordinary. Bagi ASRI, hal ini juga nothing to lose, karena kalaupun pembangunan patung GWK
tersebut terlalu sulit untuk dituntaskan, maka paling tidak mereka bisa
mengembangkan kawasan komersial di kompleks GWK tersebut, dan itu tetap akan
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
Satu hal yang perlu dicatat disini adalah, pengembangan GWK ini merupakan
rencana jangka panjang perusahaan, sehingga mungkin karena itulah ASRI belum
mau memperinci soal pengembangan apa saja yang akan dikerjakan di GWK ini, dan
bagaimana prospek pendapatan dan laba bersih perusahaan pasca pengembangan
tersebut. Yup, untuk saat ini ASRI hanya ‘menaruh deposito’ saja di GWK. Selain
GWK, ASRI juga membeli beberapa bidang tanah di Sanur (Bali), Cianjur (Jawa
Barat), Cibitung (Bekasi), dan Tanjung Pinang (Riau), yang juga tidak akan
dikembangkan dalam waktu dekat ini.
Tapi kalau GWK tersebut merupakan rencana jangka panjang perusahaan, lalu
apa yang akan dikerjakan ASRI dalam waktu dekat ini? Nah, ketika perusahaan
menerbitkan notes senilai US$ 150 juta di Singapura (setelah dikurangi biaya
ini itu, bersihnya sekitar US$ 142.2 juta), sebagian kecil dari uang tersebut (sekitar
20%) akan dipakai untuk meneruskan pengembangan properti di township (kawasan kota kecil terpadu) Alam
Sutera.
Sementara sebagian besar dana hasil penerbitan notes (sekitar 80%), akan dipakai
untuk mengakuisisi landbank (tanah
kosong yang akan dikembangkan kemudian), di kawasan Pasar Kemis, Tangerang (plus sebagian kawasan Serpong, tapi lebih
banyak ke Pasar Kemis). Yap, ASRI punya rencana besar di Kawasan Pasar Kemis,
dimana perusahaan akan membangun township keduanya (setelah township Alam
Sutera) di kawasan tersebut. Pasar Kemis sendiri terletak 15 kilometer seberah
barat kawasan Alam Sutera. Per tanggal 31 Desember 2011, ASRI sudah memiliki
landbank seluas 926 hektar di kawasan Pasar Kemis, yang bisa dipastikan akan
bertambah setelah perusahaan memperoleh dana hasil dari penerbitan notes-nya. Perusahaan
sengaja memilih kawasan Pasar Kemis ini, karena kawasan tersebut akan menjadi
kawasan yang sangat strategis pada tahun 2015, seiring dengan selesainya
pembangunan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road II (JORR II), dan Tangerang Outer
Ring Road. Kawasan tersebut juga akan memiliki akses tol langsung ke Bandara
Soekarno-Hatta dan Jalan Tol Jakarta - Merak.
Dan township Pasar Kemis itulah yang menjadi rencana utama pengembangan
perusahaan, sementara GWK baru akan dikelola nanti. Yup, hingga saat ini ASRI
masih fokus pada pengembangan kota satelit di tepi Ibukota Jakarta (sementara
GWK, sekali lagi, akan dikembangkan nanti). Saat ini perusahaan tengah sibuk
mengakuisisi banyak landbank di Kawasan Pasar Kemis (soalnya duit hasil
penerbitan notes-nya sudah ditangan). Kedepannya mungkin ASRI akan mencari
sumber pendanaan lagi untuk mulai membangun residential, apartemen, gedung
perkantoran, hingga mall di kawasan Pasar Kemis tersebut. Kalau melihat track
record perusahaan yang cukup sukses di kawasan Alam Sutera, maka kita boleh
mengharapkan bahwa ASRI juga akan sukses di Pasar Kemis.
Nah, berikut adalah skenario terbaik yang mungkin dicapai ASRI dalam 10
tahun ke depan:
1. Setelah 3 tahun, township Alam Sutera menjadi salah satu township
terbesar dan terlengkap di Indonesia
2. Setelah 5 - 7 tahun, township Pasar Kemis juga tumbuh menjadi kawasan township
elit nan terkemuka di barat Jakarta, yang dikelilingi berbagai akses jalan tol,
termasuk direct access ke bandara
Soekarno-Hatta.
3. Setelah 7 - 10 tahun, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park menjadi kawasan
pariwisata kelas dunia, dengan objek wisata utamanya yaitu patung raksasa Dewa
Wisnu yang sedang mengendarai Burung Garuda, setinggi 145 meter.
4. Sukses dengan proyek-proyeknya diatas, ASRI kemudian mulai melirik kembali
‘tabungan’ landbank mereka di Sanur, Cianjur, Cibitung, dan Tanjung Pinang. Jika
ada peluang, maka mungkin perusahaan akan mulai membangun township ketiganya
(paling dekat mungkin Cibitung).
Sementara skenario terburuknya? Well, penulis tidak mau membicarakannya,
karena kalau perekonomian Indonesia terguncang sedikit saja, maka skenario
diatas akan bubar seluruhnya. Soalnya industri properti adalah industri yang
sangat rentan terhadap perubahan dalam ekonomi makro. Dulu pun ketika terjadi
krisis moneter di tahun 1998, mau tidak mau kegiatan usaha ASRI harus berhenti,
nyaris seluruhnya. Pasca krisis, perusahaan perlu waktu sembilan tahun untuk bisa
bangkit kembali, dimana barulah pada tahun 2007, ASRI mulai membangun sejumlah
perumahan dan ruko, sekaligus listing di BEI.
Tapi itu kalau kita bicara masa depan dalam jangka yang sangat panjang. Yang
jelas untuk saat ini, kinerja terakhir ASRI per kuartal I 2012 masih sangat
oke, dan pasca penurunannya setelah beredar cerita soal GWK kemarin, saat ini saham ASRI boleh dibilang sedang diobral. Lalu, prospeknya? Juga masih cerah, terutama terkait pembangunan sisa lahan di township Alam
Sutera. Saat ini perusahaan tengah menyelesaikan
pembangunan dan memasarkan Mall @ Alam Sutera, pusat makanan dan hiburan
keluarga ‘Flavor Bliss’, Apartemen Silkwood Residences, Gedung Perkantoran 20
lantai, Kompleks Pasar Modern, dan Kawasan Pergudangan. Berbagai properti
tersebut akan melengkapi fasilitas yang sudah ada di Township Alam Sutera, seperti
sport center, club house, Rumah Sakit
Omni, Masjid Nur Asmaa Husna, Gereja St. Laurensius, Sekolah St. Laurensia, Universitas
Binus, hingga lapangan futsal dan paintball.
What a lovely town!
Sementara untuk kawasan Pasar Kemis, perusahaan sudah mulai membangun dan
memasarkan beberapa cluster
perumahan, diantaranya cluster ‘Sutera Sitara’ dan ‘Suvarna Padi Golf Estate’.
Bagaimana hasilnya? Kita lihat di laporan keuangan kuartal II nanti.
PT Alam Sutera Realty, Tbk.
Rating Kinerja pada 1Q12: AAA
Rating Saham pada 480: AA
PT Alam Sutera Realty, Tbk.
Rating Kinerja pada 1Q12: AAA
Rating Saham pada 480: AA
Komentar
www.suvarnapadi.blogspot.com
Terima kasih :)
Dan sy prediksi ASRI membutuhkan cash banyak dan akan melego bagian demi bagian Pasar Kemis ke pengembang lain. Jadi akan ada pengembang dalam pengembang, dimana ini akan menjadi trend bagi para landbanker kedepannya.
Ya biarin aja, lha wong yang beli bagian landbank tersebut adalah pengembang asing kok, yang gak berani mulai akuisisi lahan dari awal karena semrawutnya pertanahan di Indonesia.