Daftar Sepuluh IPO Terbesar di Indonesia
Pertengahan Mei lalu, Facebook resmi IPO untuk kemudian listing di Nasdaq
dengan kode FB. IPO FB ini disebut-sebut sebagai IPO terbesar dalam sejarah,
mengingat nilai IPO-nya sangat besar, yaitu US$ 16 milyar atau sekitar Rp150
trilyun. Pernyataan ‘IPO terbesar dalam sejarah’ ini mungkin membuat anda
penasaran, benarkah demikian? Bahwa IPO FB adalah IPO terbesar sepanjang masa?
Karena itulah penulis kemudian mencoba search tentang IPO-IPO terbesar yang
pernah dilakukan, dan berikut adalah hasilnya.
Berdasarkan data dari Renaissance Capital, IPO FB bukanlah IPO terbesar. Terdapat setidaknya enam IPO dengan nilai yang lebih besar dari IPO FB. Yang mengejutkan, tidak semua IPO terbesar tersebut berasal dari Amerika, melainkan kebanyakan justru dari Tiongkok dan Jepang. Berikut adalah daftar lima belas IPO terbesar dalam sejarah, dengan nilai saham yang dilepas lebih dari US$ 10 milyar. Value adalah dalam jutaan US$.
No.
|
Company
|
Company (full name)
|
Exchange
|
IPO Year
|
Value
|
1
|
ABC
|
Agricultural Bank of
|
Hong Kong and
|
2010
|
19,228
|
2
|
ICBC
|
Industrial and Commercial Bank of
|
Hong Kong and
|
2006
|
19,092
|
3
|
NTT
|
Nippon Telegraph and Telephone
|
1998
|
18,099
|
|
4
|
Visa
|
Visa Credit Card Company
|
2008
|
17,864
|
|
5
|
AIA
|
AIA Life Insurance
|
Hong Kong and
|
2010
|
17,816
|
6
|
ENEL
|
Ente Nazionale per l'energia
Elettrica
|
1999
|
16,452
|
|
7
|
FB
|
Facebook
|
NASDAQ
|
2011
|
16,007
|
8
|
GM
|
General Motors
|
2010
|
15,774
|
|
9
|
1987
|
15,301
|
|||
10
|
Deutsche Tel
|
Deutsche Telekom
|
1996
|
13,034
|
|
11
|
BofC
|
Bank of
|
Hong Kong and
|
2006
|
11,186
|
12
|
Dai-ichi
|
Dai-ichi Mutual Life Insurance
|
2010
|
10,986
|
|
13
|
AT&T
|
American Telephone and Telegraph
|
2000
|
10,620
|
|
14
|
Rosneft
|
Rosneft Oil Company
|
Russian Trading System
|
2006
|
10,421
|
15
|
Glencore
|
Glencore International Plc
|
Hong Kong and
|
2011
|
10,316
|
(data selengkapnya bisa dilihat di www.renaissancecapital.com. IPO Year
adalah ketika saham yang bersangkutan secara resmi mulai ditawarkan ke publik,
bukan ketika listing perdana)
Dari data diatas, tampak bahwa IPO terbesar dalam sejarah dunia adalah IPO
Agriculture Bank of China (ABC). ABC melepas 25.4 milyar lembar saham ketika
IPO, untuk kemudian listing untuk pertama kalinya di Bursa Hongkong pada
tanggal 16 Juli 2010. Dengan harga IPO HK$ 3.48 per saham, perusahaan kemudian
meraup HK$ 88.4 milyar, atau setara US$ 19.2 milyar, atau setara Rp182 trilyun.
ABC sendiri merupakan bank terbesar keempat di Tiongkok, setelah Bank of China,
China Construction Bank, dan Industrial and Commercial Bank of China. Berbeda
dengan Indonesia dan juga negara-negara lainnya, bank-bank di Tiongkok memang
‘diklasifikasikan’ berdasarkan spesialisasi sektornya, dan nggak campur aduk
(mungkin itu juga yang bikin mereka cepat maju).
Menariknya seperti hal-nya IPO FB, IPO ABC juga terbilang gagal. Ketika
artikel ini ditulis, ABC berada di posisi 3.11, atau lebih rendah 10.6%
dibanding harga IPO-nya, padahal sudah lewat hampir dua tahun. Saham ABC
bukannya tidak pernah naik, namun posisi tertingginya semenjak listing hanya
4.38, atau hanya lebih tinggi 25.9% dibanding harga IPO-nya, sebelum kemudian
dia turun lagi.
Dan kalau kita perhatikan lagi, IPO terbesar biasanya memang tidak selalu
merupakan yang tersukses (dari kacamata investor yang ikut IPO-nya), malah
kebanyakan justru cenderung gagal. Berikut adalah daftar harga saham ketika IPO
dibandingkan dengan harga terakhirnya (per 5 Juni 2012), dari tujuh perusahaan
diatas yang IPO di rentang tahun 2008 – 2011 (kalau lebih lama dari tahun 2008
gak ada datanya).
No.
|
Company
|
IPO Year
|
IPO Price
|
Current Price
|
Change (%)
|
1
|
FB
|
2011
|
38.00
|
26.90
|
(29.2)
|
2
|
Glencore
|
2011
|
530.00
|
334.35
|
(36.9)
|
3
|
ABC
|
2010
|
3.48
|
3.11
|
(10.6)
|
4
|
AIA
|
2010
|
19.68
|
25.20
|
28.0
|
5
|
GM
|
2010
|
33.00
|
21.11
|
(36.0)
|
6
|
Dai-ichi
|
2010
|
140,000
|
79,900
|
(42.9)
|
7
|
Visa
|
2008
|
44.00
|
114.16
|
159.5
|
Seperti yang anda lihat diatas, IPO yang terbilang sukses hanya AIA dan
Visa. Meski demikian perlu anda catat bahwa current
price diatas tentunya dipengaruhi juga oleh kondisi market yang sedang kurang
kondusif belakangan ini.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Nah, berikut ini adalah sepuluh IPO
terbesar di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2007 – 2011). Anda
bisa cek sendiri berapa harga terbaru dari saham-saham berikut ini, kemudian
bandingkan dengan harga perdananya, apakah lebih tinggi atau lebih rendah. Value adalah dalam milyar Rupiah.
No.
|
Ticker
|
Company
|
Listing Month
|
Value
|
IPO Price
|
1
|
ADRO
|
Adaro Energy
|
Jul-08
|
12,253
|
1,100
|
2
|
ICBP
|
Indofood CBP
|
Oct-10
|
6,292
|
5,395
|
3
|
BYAN
|
Bayan Resources
|
Aug-08
|
5,558
|
5,800
|
4
|
BORN
|
Nov-10
|
5,175
|
1,170
|
|
5
|
GIAA
|
Garuda
|
Feb-11
|
4,752
|
750
|
6
|
SIMP
|
Salim Ivomas Pratama
|
Jun-11
|
3,480
|
1,100
|
7
|
JSMR
|
Jasa Marga
|
Nov-07
|
3,468
|
1,700
|
8
|
ITMG
|
Indo Tambangraya Megah
|
Dec-07
|
3,164
|
14,000
|
9
|
INDY
|
Indika Energy
|
Jun-08
|
2,765
|
2,950
|
10
|
KRAS
|
Nov-10
|
2,682
|
850
|
Berdasarkan data diatas, maka cerita 'IPO Besar' di Indonesia juga ternyata sama: Hanya ITMG dan JSMR yang mencetak gain substansial. Sementara sebagian lainnya hanya mencetak gain minim, dan sebagian lainnya lagi malah turun.
Mungkin anda akan bertanya: Bagaimana caranya para perusahaan-perusahaan diatas menyelenggarakan IPO dengan nilai yang sangat besar? Kok bisa-bisanya mereka meyakinkan banyak orang sekaligus (investor retail) untuk membeli saham mereka dalam jumlah besar, padahal bisa jadi saham tersebut dijual dengan harga yang sangat mahal, atau saham tersebut mewakili perusahaan yang sama sekali jelek, terbukti kemudian harganya malah turun?
Logo PT Indo Tambangraya Megah, Tbk |
Mungkin anda akan bertanya: Bagaimana caranya para perusahaan-perusahaan diatas menyelenggarakan IPO dengan nilai yang sangat besar? Kok bisa-bisanya mereka meyakinkan banyak orang sekaligus (investor retail) untuk membeli saham mereka dalam jumlah besar, padahal bisa jadi saham tersebut dijual dengan harga yang sangat mahal, atau saham tersebut mewakili perusahaan yang sama sekali jelek, terbukti kemudian harganya malah turun?
Jadi begini. Yang bertanggung jawab atas pelaksanaan IPO bukanlah si
perusahaan itu sendiri, melainkan perusahaan sekuritas atau bank investasi yang
ditunjuk sebagai underwriter alias
penjamin emisi. Besar atau kecilnya nilai IPO, dan sukses atau tidaknya
pelaksanaan IPO tersebut, sepenuhnya bergantung pada kepiawaian para
underwriter tadi. Underwriter ini ibarat salesman sebuah barang, dan perusahaan
adalah pemilik barang tersebut. Sebagai pemilik barang, maka tentunya si
perusahaan menginginkan hasil penjualan yang sebanyak-banyaknya, tak peduli
meski mungkin ‘barang’ tersebut gak ada bagus-bagusnya. Dan itu adalah tugas
dari underwriter. Jadi jika si underwriter-nya jago, maka tong kosong pun bisa
dijual dengan harga selangit untuk kemudian meraup dana segunung. Tapi jika si
underwriter ini biasa-biasa saja, maka sebagus apapun barangnya
(perusahaannya), biasanya nilai IPO-nya kecil saja.
Contoh ‘tong kosong dengan harga selangit’ yang penulis ingat adalah ketika
dulu Benakat Petroleum (BIPI) menyelenggarakan IPO pada Februari 2010, dan sukses
meraup dana segar hingga Rp1.6 trilyun. Itu adalah jumlah perolehan dana yang
sangat besar untuk sebuah perusahaan yang nggak pernah untung, alias rugi terus
dari tahun ke tahun (bahkan hingga 1Q12, BIPI masih mengalami rugi komprehensif
Rp59 milyar). Sementara ‘barang bagus yang dijual dengan harga murah’,
contohnya Surya Esa Perkasa (ESSA). ESSA hanya meraup Rp153 milyar dari IPO-nya
pada Januari 2012 kemarin, padahal kinerja perusahaannya sangat bagus dengan ROE
yang bahkan lebih dari 100% pada Juli 2011 (periode laporan keuangan
terakhirnya sebelum perusahaan listing).
Tapi itu belum menjawab pertanyaannya, bagaimana cara salesman
(underwriter) tadi bisa menjual saham dan meraup dana yang sangat besar?
Jawabannya ya sama saja seperti salesman pada umumnya: Mereka harus
pintar-pintar berpromosi. Poinnya disini adalah sama seperti iklan-iklan yang
biasa ditampilkan di televisi: Yang penting bukanlah sebaik apa kualitas dari barang
yang dijual, melainkan sebaik apa ‘tampilan’ barang tersebut dimata pembeli.
Sebenarnya, ‘kualitas barang’ dari saham yang dijual melalui IPO bisa dilihat
dari prospektusnya, dimana disitu ditampilkan informasi komprehensif dari saham
dan perusahaan yang bersangkutan. Namun tidak semua investor bisa membaca
prospektus tersebut, karena tebalnya saja bisa ratusan halaman, sehingga
kemudian jalan yang lebih praktis adalah dengan membaca pemberitaan di media atau
analisis dari pihak ketiga terkait IPO yang bersangkutan. Terkadang, atau bahkan
biasanya, penyebaran informasi melalui pihak ketiga inilah yang lebih
menentukan apakah sebuah IPO akan sukses atau tidak (sementara prospektusnya
gak ada yang baca).
Masalahnya, sulit untuk menemukan pihak ketiga yang netral dalam hal ini,
karena bisa jadi mereka cuma membantu si underwriter dalam berpromosi. Beberapa
waktu lalu sebelum Facebook (FB) menggelar IPO, salah satu media global
terkemuka, Reuters, mengangkat berita bahwa IPO FB kelebihan peminat
(oversubscribe). Sementara diwaktu yang hampir sama, media global lainnya,
Bloomberg, mengangkat berita yang persis sebaliknya, yaitu bahwa IPO FB
kekurangan peminat. Mana yang benar? Nobody knows.
Anyway kalau berdasarkan pengalaman penulis sendiri, sangat sulit untuk menemukan
IPO yang ideal jika tujuannya adalah untuk investasi, dimana kalau masalahnya
bukan terletak di kinerja perusahaannya yang jelek, maka harga IPO-nya yang
kelewat tinggi. Warren Buffett juga menyarankan semua investor untuk menjauhi
IPO. Tapi kalau anda tetap tertarik untuk hunting IPO, maka paling tidak
sekarang anda sudah tahu salah satu tips-nya, termasuk jika anda mengincar
keuntungan jangka pendek: IPO dengan nilai yang besar tidak selalu merupakan
IPO yang menjanjikan keuntungan, malah cenderung sebaliknya. Pemberitaan
tentang oversubscribe dan lain-lain yang ramai dibicarakan orang, juga bukan
jaminan sama sekali bahwa IPO yang bersangkutan akan sukses (kita pernah
membahas ini). Seringkali, IPO yang bagus adalah yang nilainya kecil dan proses
IPO-nya tidak terlalu diperhatikan publik.
Btw, anda tahu kenapa Buffett menghindari IPO? Pertama, karena dia tidak
pernah mengincar keuntungan jangka pendek. Dan kedua, karena dalam IPO,
penjualnya hanyalah satu pihak (si perusahaan, melalui para sekuritas agen
penjualan), dimana si perusahaan ini tentu saja lebih banyak mengetahui tentang
diri mereka sendiri, ketimbang para investor yang membeli sahamnya. Jadi dalam
hal ini posisi investor sebagai pembeli mau tidak mau menjadi kurang
menguntungkan. Berbeda halnya ketika investor beli saham sebuah perusahaan di
market (bukan dalam IPO), penjualnya adalah investor juga, sehingga posisi si pembeli
dan si penjual adalah sederajat. Dan yap, anda benar, hal yang sama juga berlaku
ketika sebuah emiten menggelar right issue.
Next article if the market is still reeling: Berkshire Hathaway vs Bakrie &
Brothers.
Komentar
Tak sabar nunggu tentang BNBR minggu depan.
Kalau bisa ASII juga dibahas mas...
prospek setelah Stock Split.
tq u