Patrick Sugito Walujo
Patrick S. Walujo, 35 tahun,
adalah pendiri dan direktur di Northstar
Equity Partners (Northstar), sebuah
fund yang menjadi mitra bagi para
investor asing yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia . Salah satu investasinya
yang paling sukses mungkin Bank BTPN (BTPN). Pada Maret 2008, Northstar menjadi
partner bagi Texas Pacific Group (TPG),
sebuah fund asal Amerika Serikat (AS), untuk membeli 71.6% saham BTPN senilai
US$ 195 juta. Sekarang setelah lewat empat tahun, nilai book value kepemilikan TPG atas saham BTPN telah meningkat menjadi
Rp3.6 trilyun, atau sekitar US$ 391 juta. Itu berarti gain lebih dari 100
persen! Jika dihitung dari sisi market
value, maka nilai saham TPG di BTPN adalah US$ 1.4 milyar pada harga saham
3,575, atau telah mencetak gain 600%.
Mr. Patrick adalah lulusan
Foto Pak Patrick dari laporan tahunan DOID |
Diawal-awal perintisan usahanya,
Northstar lebih banyak menjadi penasihat investasi daripada mengelola dana.
Barulah pada tahun 2006, Northstar memperoleh kepercayaan dari fund besar asal
AS, TPG, untuk mengelola sejumlah dana untuk diinvestasikan. Dan perusahaan
yang kemudian menjadi target untuk diakuisisi adalah Sumber Alfaria Trijaya
(AMRT), pemilik jaringan minimarket Alfamart. Mr. Patrick memilih Alfamart
karena melihat bahwa jaringan minimarket ini berpotensi untuk terus tumbuh
seiring dengan meningkatnya konsumsi di Indonesia . Pilihannya tidak keliru.
AMRT kemudian sukses berkembang sebagai salah satu jaringan minimarket terbesar
di Indonesia .
Pada tahun 2008, atau dua tahun
setelah investasi pertamanya di AMRT, Northstar mengakuisisi BTPN untuk masuk
ke industri finansial. Mr. Patrick memilih BTPN ini karena dia melihat bahwa
melalui BTPN ini, dia bisa mengerjakan empat bisnis keuangan sekaligus:
1. Bisnis perbankan umum.
Industri perbankan di Indonesia
dikenal sebagai salah satu yang paling menguntungkan di dunia, dengan bunga
kredit yang bisa mencapai 20% per tahun, sehingga bisnis ini selalu menarik
untuk dimasuki.
2. Bisnis pembiyaan pensiunan.
Setiap tahun, akan selalu ada pegawai perusahaan, baik swasta maupun BUMN, yang
harus pensiun. Ini adalah prospek pasar yang tidak akan pernah ada habisnya.
Sementara BTPN sendiri sejak awal memang merupakan bank untuk pensiunan.
3. Bisnis pembiayaan segmen usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sejak awal tahun 2000-an, UMKM di Indonesia
mulai booming dengan semakin meningkatnya kesadaran akan ke-wirausaha-an.
Kedepannya akan ada banyak calon pengusaha yang hendak mengembangkan usaha
kecilnya, dan ini bisa menjadi peluang pembiayaan bagi BTPN.
4. Bisnis syariah. Indonesia
sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia adalah pasar yang
menjanjikan untuk layanan keuangan syariah.
Hingga Kuartal I 2012, Northstar
sukses membawa BTPN mencetak NIM 12.5% dan ROE 31.3%, yang praktis membuat BTPN
bisa dikatakan sebagai salah satu emiten perbankan terbaik di bursa.
Pertumbuhan BTPN juga masih terjaga, dengan mencatat kenaikan laba bersih
komprehensif 62.6% menjadi Rp440 milyar pada 1Q12.
Selain BTPN, Northstar juga
menempatkan investasi pada beberapa perusahaan lainnya, baik secara langsung
maupun melalui anak usahanya, baik dalam bentuk penyertaan ataupun menjadi
pemegang saham pengendali. Berikut sebagian diantaranya:
1. Blitz Megaplex, jaringan
bioskop yang sukses menyaingi monopoli bioskop XXI.
2. Bukit Makmur Mandiri Utama, perusahaan kontraktor tambang batubara yang kemudian di-backdoor listing-kan ke bursa melalui Delta Dunia Makmur (DOID).
2. Bukit Makmur Mandiri Utama, perusahaan kontraktor tambang batubara yang kemudian di-backdoor listing-kan ke bursa melalui Delta Dunia Makmur (DOID).
3. Samudra Energy, perusahaan
kontraktor tambang migas.
4. Equator Securities, perusahaan
sekuritas.
5. Persib Bandung, klub sepakbola
terbesar di Jawa Barat.
6. Multistrada Arah Sarana
(MASA), perusahaan ban.
7. Surya Esa Perkasa (ESSA),
perusahaan gas elpiji.
8. Trikomsel Oke (TRIO),
perusahaan ritel telepon selular.
Diluar perusahaan-perusahaan
diatas, Northstar juga memiliki atau pernah memiliki saham di Bumi Resources
(BUMI), Adaro Energy (ADRO), dan BFI Finance (BFIN). Sementara untuk AMRT,
Northstar sudah menjualnya pada tahun 2010 lalu untuk meraup capital gain sekitar
200%. Hingga pertengahan tahun 2010, Northstar bertanggung jawab atas dana
kelolaan tidak kurang dari US$ 1.3 milyar, dan bukan tidak mungkin meningkat
menjadi US$ 2 milyar pada saat ini, sehingga menjadikannya sebagai salah satu
private fund terbesar di Indonesia .
Lalu apa yang menyebabkan Mr.
Patrick begitu sukses dengan Northstar-nya? Tentunya ada banyak hal, tapi mari coba
kita telaah satu per satu.
Pertama, menurut Mr. Patrick,
terdapat tiga hal yang menjadi kunci kesuksesannya di Northstar, yaitu
kepercayaan, kepercayaan, dan sekali lagi, kepercayaan! Jika anda ingin sukses,
maka tidak bisa tidak, anda harus menjaga kepercayaan para klien dan mitra
bisnis anda. Tidak mudah bagi Northstar dalam meyakinkan TPG untuk
mempercayakan pengelolaan investasinya di Indonesia , meski itu hanya satu
Dollar. Alhasil begitu TPG mempercayakan dananya untuk dikelola Northstar, maka
Mr. Patrick tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dan segera bekerja keras
untuk memberikan gain maksimal bagi kliennya tersebut. Menurut David Bonderman,
founding partner TPG, Mr. Patrick berhasil meyakinkannya bahwa Indonesia adalah
emerging market yang sangat menarik untuk investasi, dan bahwa dia dan
rekan-rekannya di Northstar adalah yang terbaik di bidang tersebut.
Kedua, Mr. Patrick berinvestasi
dengan cara konservatif, termasuk dengan menghindari pengambilan utang dengan
struktur yang rumit, dan ini disukai investor. Mr. Patrick juga selalu
mengincar keuntungan dalam jangka panjang, sama seperti yang dilakukan investor
kawakan Warren Buffett. Namun jika ada peluang investasi yang tampak lebih menjanjikan,
maka Mr. Patrick tidak segan-segan melepas sebagian asetnya untuk kemudian
masuk ke peluang tersebut.
Ketiga, Mr. Patrick fokus pada
pekerjaannya dan satu-satunya perusahaannya, dan itu menghasilkan kinerja yang
mumpuni. Sama seperti Buffett yang hanya memiliki satu perusahaan, yaitu
Berkshire Hathaway, maka perusahaan yang dia miliki juga hanya satu: Northstar.
Lalu tidak seperti banyak pesaingnya sesama fund manager yang ikut berpolitik
dan menjadi pejabat Pemerintah, Mr. Patrick memilih tetap fokus sebagai investor
dan pengusaha. Hasilnya? Well, Northstar kini sukses sebagai salah satu fund
terbesar di tanah air. Padahal Mr. Patrick baru berusia 35 tahun, masih sangat
muda dibandingkan sesama fund manager besar lainnya.
Keempat, Mr. Patrick memiliki
role model yang memotivasinya untuk sukses. Suatu waktu, beliau pernah ngomong,
‘Dua puluh tahun lagi, saya akan jadi the next Sukanto Tanoto!’. Sekedar info,
Sukanto Tanoto adalah pengusaha Indonesia
yang, oleh sebagian orang, dipercaya sebagai orang terkaya di Indonesia ,
dengan kepemilikan aset mencapai US$ 10 milyar. Namun Sukanto jarang masuk lima besar Forbes, karena
dari sekian banyak perusahaannya, hanya sebagian kecil diantaranya yang listing
di bursa saham. Mr. Patrick juga merupakan peng-idola mantan Presiden Gus Dur,
yang disebutnya sebagai pembela kaum minoritas.
Kelima, Mr. Patrick menjadi yang
terbaik di bidangnya sebagai fund manager, karena dia bekerja dengan
mitra-mitra kerja terbaik. Di Northstar, dia memilih manajer investasi yang
sudah berpengalaman, dan memperlakukan mereka sebagai mitra yang sama-sama
memiliki Northstar, bukan bawahan. Sehebat apapun dirinya, Mr. Patrick tetap
tidak bisa bekerja sendirian. Dan salah satu kunci suksesnya adalah
kemampuannya dalam memotivasi dan menjalin hubungan akrab dengan para rekan
kerjanya, sehingga mereka mampu bekerja dengan baik dan saling mendukung.
Dan terakhir keenam, Mr. Patrick
tidak pernah melihat adanya rintangan atau hambatan dalam bisnisnya. Yang ada
hanyalah tantangan untuk diatasi.
Pernah seseorang bertanya kepadanya, ‘Bagaimana cara menarik minat investor
asing untuk berinvestasi di Indonesia ,
mengingat biaya birokrasi disini sangat tinggi?’ Dan Mr. Mr. Patrick
menjawabnya dengan santai, ‘Masalah seperti itu tidak hanya terjadi disini,
tapi juga di negara-negara lainnya di Asia Pasifik, kecuali mungkin Singapura dan
Hong Kong . Bagi saya, itulah tantangannya.
Saya tidak akan bisa sukses jika tidak mampu mengatasi tantangan tersebut. Let
just say, Indonesia
is a journey.’ Wow!
Anyway, satu hal yang penulis
tertarik untuk cermati dari kata-kata Mr. Patrick adalah, Indonesia
memiliki dan masih memiliki peluang investasi. Indonesia adalah negara terbesar
ketiga di Asia, setelah Tiongkok dan India, dan juga berstatus sebagai emerging
market, sehingga memiliki potensi yang besar untuk menjadi sama majunya seperti
dua negara tersebut. Sekarang tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya dan
ikut serta didalamnya. Yang namanya hambatan, atau sebut saja tantangan, itu akan
selalu ada dalam berbagai macam bentuknya, namun itu adalah tugas kita sendiri
untuk mengatasinya.
Well Mr. Patrick, you’re not
alone. We are also ready to implement your philosophy of investing, to then
join you as a part of Indonesia ’s
Great Economy in the future, hopefully!
NB: Penulis membuka preorder untuk pemesanan Ebook 40 edisi 1Q12, keterangan selengkapnya bisa dilihat disini.
NB: Penulis membuka preorder untuk pemesanan Ebook 40 edisi 1Q12, keterangan selengkapnya bisa dilihat disini.
Komentar
Northstar kan Mitra TPG untuk Investasi Di Indonesia, dan Dananya kan tetap Punya TPG
kira2 Northstar ini dapat income / revenue dari mana yah ? apa kayak Fund Manager gitu management fee 1-2 % per annum ?