Patrick Sugito Walujo

Patrick S. Walujo, 35 tahun, adalah pendiri dan direktur di Northstar Equity Partners (Northstar), sebuah fund yang menjadi mitra bagi para investor asing yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu investasinya yang paling sukses mungkin Bank BTPN (BTPN). Pada Maret 2008, Northstar menjadi partner bagi Texas Pacific Group (TPG), sebuah fund asal Amerika Serikat (AS), untuk membeli 71.6% saham BTPN senilai US$ 195 juta. Sekarang setelah lewat empat tahun, nilai book value kepemilikan TPG atas saham BTPN telah meningkat menjadi Rp3.6 trilyun, atau sekitar US$ 391 juta. Itu berarti gain lebih dari 100 persen! Jika dihitung dari sisi market value, maka nilai saham TPG di BTPN adalah US$ 1.4 milyar pada harga saham 3,575, atau telah mencetak gain 600%.

Mr. Patrick adalah lulusan Cornell University, New York, jurusan teknik industri. Kariernya di bidang investasi dimulainya dengan bekerja sebagai investment banker associate di Goldman Sachs, salah satu bank investasi terbesar di AS, sebelum kemudian pindah ke Pacific Century Group (PCG) di Tokyo, Jepang, sebagai manajer M&A (merger and acquisition). Disela-sela pekerjaannya, Mr. Patrick mendirikan fund dengan nama Northstar di tahun 2003, dengan fokus investasi pada perusahaan-perusahaan di kampung halamannya: Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi dalam jangka panjang mengingat Indonesia adalah negara besar dengan sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar, sehingga terdapat peluang investasi yang menjanjikan keuntungan besar disana.

Foto Pak Patrick dari laporan tahunan DOID

Diawal-awal perintisan usahanya, Northstar lebih banyak menjadi penasihat investasi daripada mengelola dana. Barulah pada tahun 2006, Northstar memperoleh kepercayaan dari fund besar asal AS, TPG, untuk mengelola sejumlah dana untuk diinvestasikan. Dan perusahaan yang kemudian menjadi target untuk diakuisisi adalah Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), pemilik jaringan minimarket Alfamart. Mr. Patrick memilih Alfamart karena melihat bahwa jaringan minimarket ini berpotensi untuk terus tumbuh seiring dengan meningkatnya konsumsi di Indonesia. Pilihannya tidak keliru. AMRT kemudian sukses berkembang sebagai salah satu jaringan minimarket terbesar di Indonesia.

Pada tahun 2008, atau dua tahun setelah investasi pertamanya di AMRT, Northstar mengakuisisi BTPN untuk masuk ke industri finansial. Mr. Patrick memilih BTPN ini karena dia melihat bahwa melalui BTPN ini, dia bisa mengerjakan empat bisnis keuangan sekaligus:

1. Bisnis perbankan umum. Industri perbankan di Indonesia dikenal sebagai salah satu yang paling menguntungkan di dunia, dengan bunga kredit yang bisa mencapai 20% per tahun, sehingga bisnis ini selalu menarik untuk dimasuki.

2. Bisnis pembiyaan pensiunan. Setiap tahun, akan selalu ada pegawai perusahaan, baik swasta maupun BUMN, yang harus pensiun. Ini adalah prospek pasar yang tidak akan pernah ada habisnya. Sementara BTPN sendiri sejak awal memang merupakan bank untuk pensiunan.

3. Bisnis pembiayaan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sejak awal tahun 2000-an, UMKM di Indonesia mulai booming dengan semakin meningkatnya kesadaran akan ke-wirausaha-an. Kedepannya akan ada banyak calon pengusaha yang hendak mengembangkan usaha kecilnya, dan ini bisa menjadi peluang pembiayaan bagi BTPN.

4. Bisnis syariah. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia adalah pasar yang menjanjikan untuk layanan keuangan syariah.

Hingga Kuartal I 2012, Northstar sukses membawa BTPN mencetak NIM 12.5% dan ROE 31.3%, yang praktis membuat BTPN bisa dikatakan sebagai salah satu emiten perbankan terbaik di bursa. Pertumbuhan BTPN juga masih terjaga, dengan mencatat kenaikan laba bersih komprehensif 62.6% menjadi Rp440 milyar pada 1Q12.

Selain BTPN, Northstar juga menempatkan investasi pada beberapa perusahaan lainnya, baik secara langsung maupun melalui anak usahanya, baik dalam bentuk penyertaan ataupun menjadi pemegang saham pengendali. Berikut sebagian diantaranya:

1. Blitz Megaplex, jaringan bioskop yang sukses menyaingi monopoli bioskop XXI.
2. Bukit Makmur Mandiri Utama, perusahaan kontraktor tambang batubara yang kemudian di-backdoor listing-kan ke bursa melalui Delta Dunia Makmur (DOID).
3. Samudra Energy, perusahaan kontraktor tambang migas.
4. Equator Securities, perusahaan sekuritas.
5. Persib Bandung, klub sepakbola terbesar di Jawa Barat.
6. Multistrada Arah Sarana (MASA), perusahaan ban.
7. Surya Esa Perkasa (ESSA), perusahaan gas elpiji.
8. Trikomsel Oke (TRIO), perusahaan ritel telepon selular.

Diluar perusahaan-perusahaan diatas, Northstar juga memiliki atau pernah memiliki saham di Bumi Resources (BUMI), Adaro Energy (ADRO), dan BFI Finance (BFIN). Sementara untuk AMRT, Northstar sudah menjualnya pada tahun 2010 lalu untuk meraup capital gain sekitar 200%. Hingga pertengahan tahun 2010, Northstar bertanggung jawab atas dana kelolaan tidak kurang dari US$ 1.3 milyar, dan bukan tidak mungkin meningkat menjadi US$ 2 milyar pada saat ini, sehingga menjadikannya sebagai salah satu private fund terbesar di Indonesia.

Lalu apa yang menyebabkan Mr. Patrick begitu sukses dengan Northstar-nya? Tentunya ada banyak hal, tapi mari coba kita telaah satu per satu.

Pertama, menurut Mr. Patrick, terdapat tiga hal yang menjadi kunci kesuksesannya di Northstar, yaitu kepercayaan, kepercayaan, dan sekali lagi, kepercayaan! Jika anda ingin sukses, maka tidak bisa tidak, anda harus menjaga kepercayaan para klien dan mitra bisnis anda. Tidak mudah bagi Northstar dalam meyakinkan TPG untuk mempercayakan pengelolaan investasinya di Indonesia, meski itu hanya satu Dollar. Alhasil begitu TPG mempercayakan dananya untuk dikelola Northstar, maka Mr. Patrick tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dan segera bekerja keras untuk memberikan gain maksimal bagi kliennya tersebut. Menurut David Bonderman, founding partner TPG, Mr. Patrick berhasil meyakinkannya bahwa Indonesia adalah emerging market yang sangat menarik untuk investasi, dan bahwa dia dan rekan-rekannya di Northstar adalah yang terbaik di bidang tersebut.

Kedua, Mr. Patrick berinvestasi dengan cara konservatif, termasuk dengan menghindari pengambilan utang dengan struktur yang rumit, dan ini disukai investor. Mr. Patrick juga selalu mengincar keuntungan dalam jangka panjang, sama seperti yang dilakukan investor kawakan Warren Buffett. Namun jika ada peluang investasi yang tampak lebih menjanjikan, maka Mr. Patrick tidak segan-segan melepas sebagian asetnya untuk kemudian masuk ke peluang tersebut.

Ketiga, Mr. Patrick fokus pada pekerjaannya dan satu-satunya perusahaannya, dan itu menghasilkan kinerja yang mumpuni. Sama seperti Buffett yang hanya memiliki satu perusahaan, yaitu Berkshire Hathaway, maka perusahaan yang dia miliki juga hanya satu: Northstar. Lalu tidak seperti banyak pesaingnya sesama fund manager yang ikut berpolitik dan menjadi pejabat Pemerintah, Mr. Patrick memilih tetap fokus sebagai investor dan pengusaha. Hasilnya? Well, Northstar kini sukses sebagai salah satu fund terbesar di tanah air. Padahal Mr. Patrick baru berusia 35 tahun, masih sangat muda dibandingkan sesama fund manager besar lainnya.

Keempat, Mr. Patrick memiliki role model yang memotivasinya untuk sukses. Suatu waktu, beliau pernah ngomong, ‘Dua puluh tahun lagi, saya akan jadi the next Sukanto Tanoto!’. Sekedar info, Sukanto Tanoto adalah pengusaha Indonesia yang, oleh sebagian orang, dipercaya sebagai orang terkaya di Indonesia, dengan kepemilikan aset mencapai US$ 10 milyar. Namun Sukanto jarang masuk lima besar Forbes, karena dari sekian banyak perusahaannya, hanya sebagian kecil diantaranya yang listing di bursa saham. Mr. Patrick juga merupakan peng-idola mantan Presiden Gus Dur, yang disebutnya sebagai pembela kaum minoritas.

Kelima, Mr. Patrick menjadi yang terbaik di bidangnya sebagai fund manager, karena dia bekerja dengan mitra-mitra kerja terbaik. Di Northstar, dia memilih manajer investasi yang sudah berpengalaman, dan memperlakukan mereka sebagai mitra yang sama-sama memiliki Northstar, bukan bawahan. Sehebat apapun dirinya, Mr. Patrick tetap tidak bisa bekerja sendirian. Dan salah satu kunci suksesnya adalah kemampuannya dalam memotivasi dan menjalin hubungan akrab dengan para rekan kerjanya, sehingga mereka mampu bekerja dengan baik dan saling mendukung.

Dan terakhir keenam, Mr. Patrick tidak pernah melihat adanya rintangan atau hambatan dalam bisnisnya. Yang ada hanyalah tantangan untuk diatasi. Pernah seseorang bertanya kepadanya, ‘Bagaimana cara menarik minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, mengingat biaya birokrasi disini sangat tinggi?’ Dan Mr. Mr. Patrick menjawabnya dengan santai, ‘Masalah seperti itu tidak hanya terjadi disini, tapi juga di negara-negara lainnya di Asia Pasifik, kecuali mungkin Singapura dan Hong Kong. Bagi saya, itulah tantangannya. Saya tidak akan bisa sukses jika tidak mampu mengatasi tantangan tersebut. Let just say, Indonesia is a journey.’ Wow!

Anyway, satu hal yang penulis tertarik untuk cermati dari kata-kata Mr. Patrick adalah, Indonesia memiliki dan masih memiliki peluang investasi. Indonesia adalah negara terbesar ketiga di Asia, setelah Tiongkok dan India, dan juga berstatus sebagai emerging market, sehingga memiliki potensi yang besar untuk menjadi sama majunya seperti dua negara tersebut. Sekarang tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya dan ikut serta didalamnya. Yang namanya hambatan, atau sebut saja tantangan, itu akan selalu ada dalam berbagai macam bentuknya, namun itu adalah tugas kita sendiri untuk mengatasinya.

Well Mr. Patrick, you’re not alone. We are also ready to implement your philosophy of investing, to then join you as a part of Indonesia’s Great Economy in the future, hopefully!

NB: Penulis membuka preorder untuk pemesanan Ebook 40 edisi 1Q12, keterangan selengkapnya bisa dilihat disini.

Komentar

Anonim mengatakan…
ketujuh pak, Mr. Patrick itu menantu dari Pak Theodore Rahmat, pemilik Adaro Energy, mantan CEO Astra, dan konglomerat 20 besar Indonesia.
Teguh Hidayat mengatakan…
Hehehe, iya saya tau. Gak semua orang Indonesia berkesempatan untuk kuliah di New York, pernah kerja untuk perusahaan segede Goldman, dan menjadi menantunya Pak Teddy. Tapi saya kira itu hanya nilai plus-nya saja, modal utamanya tetap ada dalam diri Pak Patrick sendiri.
Anonim mengatakan…
Bisa gak saya yg punya modal kecil menyertakannya ke Northstar ? Atau Northstar hanya terima modal dari investor besar ?
Anonim mengatakan…
mas Teguh, untuk case DOID apakah Patrick dengan Northstarnya dapat dikatakan berhasil?, padahal sampai saat ini kinerja DOID terus tergerus..mohon pencerahannya :)
Amijaya mengatakan…
Wah bagus Pak Teguh ulasannya, minta diperbanyak dong ulasan tentang Pemodal / Broker Asing yang seakan-akan jadi Bandar di Pasar Saham Indonesia. Mereka seakan-akan hantu yang bisa meraup duit banyak dari Negara kita tetapi kita sulit sekali mengenal siapa saja dan bagaimana perilaku mereka itu.
Anonim mengatakan…
Mas Teguh,

Northstar kan Mitra TPG untuk Investasi Di Indonesia, dan Dananya kan tetap Punya TPG

kira2 Northstar ini dapat income / revenue dari mana yah ? apa kayak Fund Manager gitu management fee 1-2 % per annum ?
Rahmat Romansah mengatakan…
Artikel yang bagus Pa Teguh, sangat menginspirasi...
sotoy mengatakan…
inilah contoh orang yang tidak mengetahui percis adegan dan hanya main tulis asbun dan sok tau, arsitek dibelakang akuisisi BTPN oleh TPG adalah Jerry NG (Dirut BTPN), yang juga merupakan country head dan advisor TPG group di SEA asia. Vehicle TPG Nusantara di set up makai northstar itu hanya gara2 untuk strategic partnership untuk mengfasilitasi tax evasion dari cayman island. Patrick waktu itu dan sekarang masih tetap sama hanya anak ingusan, buktinya investasinya di DOID sungguh sangat "berhasil". dan investasi2 di MASA, TRIM, TRIO juga masih tidak begitu menghasilkan.
wawan mengatakan…
Motivasi utk kita semua!
Unknown mengatakan…
Coba pak patrick beli freeport supaya buma bisa menambang di situ
Harri Pranata mengatakan…
Mantap...Patrick Waluyo menjadi sangat berpengaruh sekarang.
Anonim mengatakan…
Patrick Walujo adalah anak muda yang memiliki kemampuan luar biasa dalam berbisnis, dan merupakan salah satu orang terkaya termuda di Indonesia. Saya yakin beliau adalah salah satu dari sedikit "self-made millionaire" di Indonesia. Untuk komentar-komentar negatif terhadap Patrick Walujo, sebaiknya introspeksi diri, apa yang sudah Anda capai dalam hidup Anda.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?