Blue Chips on Sale!
Jika anda adalah investor konservatif, maka masa-masa terkoreksinya IHSG
adalah seperti pesta diskon di pusat perbelanjaan, yang hanya terjadi 2 – 3 kali
dalam satu tahun. Pada saat-saat seperti inilah anda bisa berbelanja saham
lebih banyak dari biasanya, mumpung harga-harga lagi pada murah. Berikut adalah
sebagian daftar belanjaan yang mungkin bisa anda pertimbangkan, kita ambil yang
kategori bluchip karena beberapa hari terakhir ini penulis cukup menerima
banyak masukan untuk menyajikan rekomendasi saham dari kategori bluchip.
1. Bank BRI (BBRI)
Bagi banyak trader dan investor di BEI, BBRI nyaris selalu menjadi pilihan
utama ketika IHSG lagi merah, dimana kalau berdasarkan pengalaman, saham ini
adalah salah satu yang paling cepat pulihnya. Setelah terus turun dari posisi 7,000
pada 23 April lalu, BBRI akhirnya mentok di 5,700 – 5,800, dan sekarang sudah
mantul kembali ke posisi 5,950 (BBRI mampu bertahan di posisi tersebut meski
hari ini IHSG turun lagi). Praktis, jika IHSG tidak sampai terjerembab ke
posisi katakanlah 3,800-an dan berhasil naik ke posisi setidaknya 4,000-an
kembali, maka BBRI juga akan kembali ke posisi wajarnya, yaitu 6,600. Posisi
6,600 tersebut mencerminkan PBV 3.0 kali, yang merupakan valuasi wajar untuk
bank dengan kualitas sebaik BBRI.
Oke, lalu memangnya sebaik apa sih kinerja terakhir dari BBRI ini? Pada
1Q12, BBRI hanya mencatat kenaikan pendapatan 4.7%, yang disebabkan oleh
pengetatan nilai aset (aset BBRI turun 6.5% dalam tiga bulan terakhir). Namun berkat
berbagai strategi, salah satunya dengan pengetatan jumlah dana pihak ketiga
(DPK) yang mengurangi beban bunga tabungan dan deposito, maka kenaikan laba bersih
BBRI masih terjaga di level 29.9%, dan laba bersih komprehensif-nya juga naik 51.4%.
Angka tersebut mutlak lebih baik dibanding saudara sekaligus seteru abadinya,
Bank Mandiri (BMRI), yang malah mencatat penurunan laba bersih dan laba bersih
komprehensif masing-masing 8.6 dan 10.6%. Strategi pengetatan DPK tadi juga
membantu BBRI memperbaiki posisi CAR-nya, dimana CAR BBRI naik lagi menjadi 17.4%.
Untuk rasio ROE dan NIM, BBRI mencatat sedikit penurunan, namun hal itu
tertutupi oleh perbaikan pada rasio BOPO, yang sekarang hanya tinggal 61.3%,
dimana dengan demikian BBRI bisa disebut sebagai bank besar paling efisien di
Indonesia.
Kesimpulannya, kinerja BBRI masih sangat oke, dan dia masih boleh didaulat
sebagai bank terbaik untuk kategori bank besar dengan aset diatas Rp200
trilyun. Penulis pribadi cenderung mengabaikan riset dari beberapa institusi
keuangan yang entah mengapa men-downgrade
BBRI, karena penulis punya riset sendiri, dan penulis percaya pada riset
tersebut. Satu-satunya risiko yang dihadapi BBRI adalah jika IHSG diluar dugaan
ternyata turun lebih dalam lagi, dimana BBRI juga akan turun, juga lebih dalam
lagi. Namun sekali lagi bahkan jika itu benar-benar terjadi, maka cuma soal
waktu bagi saham ‘rakyat’ ini untuk balik lagi ke posisi wajarnya.
2. Harum Energy (HRUM)
Diluar Garda Tujuh Buana (GTBO) yang kinerjanya melesat pada 1Q12, HRUM
adalah saham batubara terbaik di bursa pada saat ini. Biasanya kinerja
perusahaan batubara di kuartal pertama tiap tahunnya selalu tertekan, karena musim
hujan yang menghambat proses pengeringan batubara. Namun HRUM berbeda, dimana
perusahaan masih mampu mencatat kenaikan laba 35.6%, dan kenaikan book value 15.1% hanya dalam tiga bulan.
Dan yang paling penting, kalau dulu HRUM ini muahalnya selangit, maka pada
saat ini HRUM sudah cukup atau bahkan sangat murah, dengan PER tepat 10 kali
pada harga saham 6,300. Dan penyesuaian harga dari mahal ke affordable tersebut bukan karena
penurunan harganya, karena posisi HRUM pada saat ini masih diatas harga IPO-nya
pada 6 Oktober 2010 (hampir satu setengah tahun yang lalu), yaitu 5,200. Penyesuaian
tersebut adalah karena kinerja HRUM memang meningkat pesat dalam kurun waktu
kurang dari satu setengah tahun tersebut. Secara historis, HRUM juga memiliki
catatan peningkatan kinerja yang konsisten dalam lima tahun terakhir, sehingga
praktis saham ini sudah boleh dipertimbangkan sebagai koleksi long term.
Hanya saja, penurunan saham-saham tambang terutama batubara dalam beberapa
waktu terakhir ini bukan tanpa alasan, dimana ada banyak sekali sentimen
negatif di sektor ini yang mau tidak mau harus anda perhatikan. Tapi kita akan
membahasnya kapan-kapan. Untuk saat ini, target bagi HRUM ini adalah 7,000,
atau 7,500 jika IHSG berhasil kembali ke 4,150-an.
3. Alam Sutera Realty (ASRI)
ASRI adalah salah satu koleksi long term bagi para investor konservatif,
yang sejak empat bulan lalu mulai bergerak sideways kembali karena valuasinya
yang memang sudah mahal, meski outlook-nya masih bagus (ASRI masih sibuk
mengembangkan township-nya di
Serpong, Tangerang, yang pada saat ini baru selesai 40%). Namun dengan kinerja
terbarunya di 1Q12 ini, dimana laba bersih perusahaan melejit 116.8%, dan
ROE-nya juga masih sangat terjaga di level 35.4%, maka saham ASRI menjadi murah
kembali. Pada harga saham 570, PER ASRI adalah 8.1 kali. Meski valuasi tersebut
cenderung setara dengan rata-rata PER di sektor properti pada saat ini, namun
kinerjanya yang oke membuat ASRI ini layak dihargai valuasi yang lebih tinggi. Untuk
jangka pendek, target bagi ASRI ini adalah 700.
Sedikit tips, kalau berdasarkan pengalaman penulis baru-baru ini di saham
Cowell Development (COWL), dan Greenwood Sejahtera (GWSA), yang entah kenapa turun
cukup dalam setelah target harganya tercapai, maka di ASRI ini juga sebaiknya
anda segera keluar ketika TP-nya tercapai. Rendahnya valuasi saham-saham di
sektor properti belakangan ini mungkin disebabkan oleh silang pendapat antara
pihak yang menganggap bahwa sektor properti sudah bubble, dengan pihak lainnya yang menganggap bahwa the party is just about
to begin. Sekali lagi, kita akan membahasnya kapan-kapan.
Lainnya
Saham-saham diatas diurutkan berdasarkan tingkat rekomendasinya, dimana
BBRI lebih direkomendasikan ketimbang ASRI. Pilihan alternatif lainnya yang
juga bisa anda pertimbangkan adalah Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan Surya
Semesta Internusa (SSIA). Selengkapnya terkait saham-saham yang dianggap bagus versi
Analisis Saham Independen di kategori bluchip, bisa dilihat disini.
Oke, lalu bagaimana dengan IHSG? Apakah posisi saat ini sudah cukup rendah,
ataukah akan ada koreksi lanjutan? Kalau kita memperhatikan berbagai sentimen
yang beredar, maka itu adalah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab,
mengingat jumlah good news yang
beredar sama banyaknya dengan bad news, dan
kita tahu bahwa tidak semua news tersebut disampaikan
seperti apa adanya, melainkan mungkin diiringi dengan maksud tertentu untuk
menggiring opini publik, yang pada akhirnya menggiring arah market. Intinya
market masih bisa bergerak kemana saja, terutama mengingat sekarang masih bulan
Mei. Pada Juni nanti mungkin baru IHSG akan setidaknya bergerak sideways.
Tapi sekali lagi kalau kita bicara fundamental, maka terdapat dua poin yang
bisa anda perhatikan disini. Pertama, kinerja para emiten di kuartal pertama
tahun 2012 ini tidak secemerlang tahun 2011 atau 2010 lalu, terutama dari sisi
pertumbuhan. Di artikel terdahulu kita mengetahui bahwa sepuluh emiten terbesar
di bursa (dari sisi market cap) mencatat kenaikan laba bersih rata-rata 14.3%. Kenaikan
tersebut memang masih cukup baik, namun bisa dikatakan telah melambat dibanding
tahun-tahun sebelumnya, sehingga akan cukup sulit bagi IHSG untuk mencapai
posisi katakanlah 4,500, kemudian stabil di posisi tersebut, di tahun 2012 ini.
Kedua, kabar baiknya meski kinerja para emiten terbilang melambat, namun secara
keseluruhan valuasi saham-saham di BEI sudah jauh lebih murah ketimbang setahun
lalu (karena kinerja para emiten, meski melambat, namun tetap meningkat dalam
setahun terakhir, sementara IHSG masih berada diposisi yang nyaris sama
dibanding posisinya setahun lalu). Dan meski secara umum kinerja para emiten
telah melambat, namun beberapa saham masih mencatat growth yang signifikan sehingga masih bisa anda ambil. Beberapa
diantaranya sudah kita bahas diatas.
Lalu bagaimana dengan outlook secara makro? Well, pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang dikhawatirkan akan melambat pada tahun 2012 ini, telah
dikonfirmasi dengan pertumbuhan ekonomi yang tercatat hanya 6.3% sepanjang
kuartal I 2012 lalu, turun dibanding 6.5% pada akhir tahun 2011. Ini sekali
lagi menjadi faktor penghambat bagi IHSG untuk kembali mencetak new high. Tapi itu nggak jadi masalah
toh? Seperti yang sudah disebut diatas, di BEI masih terdapat banyak saham bagus
yang bisa anda ambil. Tinggal dipilih dan dipilah, kemudian tentukan masuknya
di harga berapa.
NB: Ebook 40 rekomendasi saham
edisi 1Q12 sudah terbit, anda bisa membelinya disini.
Komentar
smart money dah kabur duluan...
institusi asing maupun lokal juga mulai mengurangi portonya bahkan bukan lagi profit taking tapi juga rugi...
sinyal buruk yang mestinya diwaspadai...