Rukun Raharja, A Giant in the Making

Rukun Raharja (RAJA) adalah sebuah perusahaan yang sekilas tampak biasa-biasa saja, namun pernah tenar di masa lalu. Dua tahun lalu, tepatnya ada bulan Februari 2010, beredar kabar bahwa perusahaan akan mengakuisisi dua perusahaan yang berukuran jauh lebih besar dari ukurannya sendiri, sekaligus terjun ke bisnis gas alam dan gas elpiji yang terintegrasi, setelah sebelumnya hanya bermain di industri logistik pelabuhan. Berkat pemberitaan tersebut, RAJA langsung diborong oleh para investor, dan terbang dari posisi 200 hingga sempat menyundul 1,400-an pada bulan Juni 2010, atau telah naik 600% hanya dalam tempo 4 bulan.

Ketika kabar soal akuisisi tersebut beredar, kabar tersebut bukan sekedar rumor, melainkan memang fakta. Namun kenaikan hingga 600% tersebut biar gimanapun tetep aja nggak wajar, sehingga sejak mencapai puncak kenaikannya pada Juni 2010, saham RAJA terus saja turun. Nah, saat ini saham RAJA kembali menarik perhatian investor setelah penurunannya berhenti di level 360, sebelum kemudian trend-nya berbalik arah keatas. Saat ini RAJA sudah berada di level 660, dan secara teknikal sepertinya masih bisa naik lebih tinggi lagi. Apalagi RAJA baru saja menggelar aksi korporasi baru, yaitu right issue kedua dengan rasio 2 : 1, dan harga penawaran Rp677 per saham. Saham baru hasil right issue-nya akan mulai diperdagangkan di market pada tanggal 5 April mendatang. Apakah ini berarti sahamnya masih bisa dikoleksi? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita telisik RAJA ini secara detail.


Awalnya ketika RAJA berdiri pada tahun 1993, perusahaan bergerak di bidang properti dan real estate. RAJA banting setir menjadi perusahaan logistik pelabuhan pada tahun 2004, dengan mengakuisisi PT Cahaya Saguna Niketana (CSN), dan menggelar right issue pertama setahun berikutnya. Pada tahun 2010, RAJA kembali mengubah arah usaha perusahaan menjadi perusahaan energi, dengan mengakuisisi dua perusahaan distribusi gas yaitu PT Panji Raya Alamindo (PRA), dan PT Triguna Internusa Pratama (TIP), dan tetap memegang CSN. Sebelum akuisisi tersebut, RAJA hanyalah perusahaan kecil dengan total aset Rp70 milyar pada tahun 2009. Setelah akuisisi, aset RAJA secara konsolidasi melejit menjadi Rp902 milyar pada 31 Oktober 2012. Saat ini RAJA merupakan salah satu dari tiga perusahaan distributor gas swasta terbesar di Indonesia (Perusahaan Gas Negara alias PGAS jangan dihitung karena dia bukan perusahaan swasta, melainkan BUMN).

Diluar itu, RAJA masih punya rencana untuk mengakuisisi lagi, sesuai dengan visi perusahaan untuk menjadi perusahaan energi yang terintegrasi. Artinya? RAJA masih bisa menjadi lebih besar lagi. Saat ini perusahaan sudah memiliki anak usaha yang bergerak di bidang distribusi gas ke end-user, yaitu PRA, dan anak usaha yang bergerak di bidang transmisi gas ke industrial-user, yaitu TIP. Sebelumnya, RAJA juga sudah memiliki perusahaan logistik pelabuhan (bongkar muat kontainer, dll), yaitu CSN. Jadi kalau dilihat dari sisi hilir industri gas, posisi RAJA sudah cukup kuat. Lalu bagaimana dengan hulu? Nah, pada akhir Januari lalu RAJA mengkonfirmasi bahwa perusahaan sedang mencari perusahaan produsen gas untuk diakuisisi. RAJA sudah menyiapkan dana US$ 8 juta untuk akuisisi tersebut.

Lalu dari mana RAJA dapet duit US$ 8 juta tersebut? Apakah dari right issue yang barusan digelar? Ternyata bukan. Right issue kemarin bertujuan untuk memperoleh dana sebesar Rp230 milyar, yang akan digunakan untuk membayar utang promissory notes. Sebelumnya pada tahun 2010 lalu, RAJA mengakuisisi PRA dan TIP menggunakan utang, yaitu promissory notes senilai Rp209 milyar, dan utang jangka panjang dari bank senilai Rp404 milyar. Kemungkinan RAJA akan memperoleh dana US$ 8 juta tadi dari utang lagi.

Meski langkah yang dilakukan RAJA tergolong berani, mengingat selama ini pasar distribusi gas di Indonesia nyaris dimonopoli oleh PGAS, namun sejauh ini hasilnya cukup baik, atau mungkin sangat baik. Laba bersih RAJA secara konsolidasi pada 31 Oktober 2011 tercatat Rp33 milyar, tumbuh pesat dari hanya Rp2 milyar pada tahun 2010. Jika nanti RAJA berhasil mengakuisisi perusahaan produsen gas, maka hampir bisa dipastikan bahwa laba bersih tersebut akan naik lebih pesat lagi, karena perusahaan tidak lagi harus membeli gas dari perusahaan lain melainkan bisa memproduksi sendiri (atau paling tidak sebagian diantaranya). Mengingat bahwa perusahaan sekelas PGAS pun nggak punya unit usaha di bidang produksi gas, melainkan hanya murni bergerak di bidang distribusi, maka kepemilikan atas perusahaan produsen gas tersebut akan menjadi nilai tambah yang sangat substansial bagi portofolio usaha RAJA.

Namun proses akuisisi perusahaan produsen gas tersebut tentunya gak akan gampang, dan pihak manajemen juga mengatakan bahwa hingga saat ini rencana akuisisi tersebut masih sebatas rencana yang belum terjadi (diperkirakan prosesnya akan kelar pada Kuartal IV 2012, namun itupun baru sebatas perkiraan). Tapi kalau kita bicara soal visi, maka RAJA ini memiliki mimpi yang luar biasa. Perusahaan benar-benar berniat untuk menjadi perusahaan energi yang besar dan terintegrasi, sehingga jika nanti mereka berhasil mengakuisisi satu atau dua perusahaan produsen gas, maka target selanjutnya adalah bisnis minyak. Saat ini RAJA juga sedang mencari peluang untuk memperoleh ladang minyak untuk dieksplorasi dan dieksploitasi. Diluar itu, bisnis distribusi gas tetap dikembangkan seperti biasa, termasuk memperluas pemasaran hingga ke wilayah Sumatra Selatan dan Jawa Timur (sekarang ini RAJA lebih banyak jualan gas di wilayah Banten, tepatnya di Cilegon, karena pelanggan terbesar perusahaan beroperasi disitu), dan seterusnya. Itu sebabnya penulis menyebut RAJA ini sebagai a giant in the making. The question is, would the making go smoothly? Or it was just a giant wannabe? Time will tell.

So, kalau bagi penulis, yang menarik dari RAJA ini bukanlah soal right issue-nya, melainkan apa kira-kira aksi korporasi selanjutnya yang akan dilakukan oleh perusahaan. Prospek usahanya pun cukup cerah, mengingat permintaan akan gas, terutama untuk keperluan pembangkit listrik, tidak akan pernah berkurang sampai kapanpun, kecuali kalau pelanggan utama RAJA yaitu PT PLN (Persero), mengubah namanya menjadi Perusahaan Lilin Negara.

Tapi kalau kita bicara soal sahamnya, maka right issue ini tentu penting untuk diperhatikan. Pasca right issue, saham RAJA akan terdilusi 33.3%, sehingga kalau kita pakai laba bersih RAJA pada 31 Oktober 2011 sebesar Rp33 milyar sebagai perhitungan, maka PER RAJA pada harga 660 adalah 17.0 kali. Lumayan mahal, tentu saja. Valuasi yang cukup tinggi itu bisa dipahami karena RAJA sendiri sudah naik lebih dari 50% dalam tiga bulan terakhir. Beda ceritanya ketika kemarin RAJA masih berada di level 400-an, sahamnya masih murah. Tapi kini, peluangnya untuk menguat lebih lanjut, secara fundamental relatif terbatas. Lain ceritanya kalau anda udah megang sejak awal, maka tentu boleh hold. Hingga proses right issue perusahaan selesai dilakukan pada awal April mendatang, RAJA masih berpeluang untuk setidaknya menembus 700, meski patut dicatat bahwa peluang tersebut sedikit berbau spekulasi karena setelah proses right issue-nya selesai dilakukan, maka normalnya saham RAJA akan turun kembali.

Sementara jika anda berminat untuk investasi jangka panjang, maka RAJA ini patut dicermati mengingat perusahaannya sendiri sudah memiliki blue print rencana pengembangan usaha hingga tahun 2015. Tinggal tunggu posisi masuknya di harga yang ideal, sembari menunggu laporan keuangan terbarunya, termasuk mencermati aksi korporasi atau akuisisi selanjutnya yang akan dilakukan perusahaan. Sebab kalau kita berpatokan pada peningkatan kinerja RAJA yang terbilang sangat baik dalam setahun terakhir pasca akuisisi, then yes, maybe a giant is really in the making. Kita tahu bahwa PGAS sudah sangat mature, sehingga mungkin sekarang sudah saatnya bagi investor untuk melirik 'anak kecil dengan masa depan yang cukup menjanjikan'. Diatas, penulis mengatakan bahwa RAJA pernah tenar di masa lalu. Dan penulis kira, RAJA juga berpeluang untuk kembali tenar di masa mendatang.

Komentar

Anonim mengatakan…
DER nya menurut versi FT.com sangat tinggi, di kisaran 5x.
Teguh Hidayat mengatakan…
DER RAJA memang tinggi, tapi nggak sampai 5x. Kalo di catatan saya 3.4x, masih wajar kalo mempertimbangkan outlook-nya
Anonim mengatakan…
alo pak teguh, bisa tolong dibahas mengenai saham sugi


tq u

tgoretha@yahoo.com
M. mengatakan…
Setuju sama yang di atas, saya jg tertarik dengan aksi korporasi SUGI. Tolong bisa dibahas. Makasih
Anonim mengatakan…
DER RAJA kalau menurut IPOT hanya 1.55
Anonim mengatakan…
Bagaimana prospek ABMM??
masnop mengatakan…
Mas Teguh apa bs membahas KKGI (RAIN) yang barusaja melakukan private placement? Termasuk prospek perusahaan serta industrinya? Tks masnop.
Anonim mengatakan…
sayang saham WINS tak dibahas :)
Anonim mengatakan…
RAJA memang menarik Pak, tapi right issue RAJA yg akan digunakan untuk menyelesaikan Promisory Notes bagaimana? Ini kurang menarik karena hasilnya dipakai bayar hutang.
Lalu hutang lancar RAJA juga lebih besar dari aset lancar?
Maaf saya kurang paham dg right issue kalo salah mengartikan. Salam.
Anonim mengatakan…
Thanks ulasannya pak

Pak bisa bahas ITTG, pasca Right Issue apakah bisa menyelamatkan perusahaan dr gurita kerugiannya.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?