Daftar Saham Bluechip Pilihan
Secara definisi, saham blue chip (penulis lebih suka menyebutnya bluchip), adalah saham yang mewakili perusahaan dengan ciri-ciri sebagai berikut, 1. Perusahaannya besar, 2. Memiliki reputasi dan dikenal baik oleh masyarakat minimal di tingkat nasional, 3. Memiliki kinerja/fundamental yang bagus, 4. Biasanya merupakan pemimpin di industri/sektornya masing-masing, serta 5. Sahamnya likuid. Disebut ‘blue’ atau ‘berwarna biru’, karena saham bluchip secara umum dianggap lebih valuable dibanding saham biasa, dimana warna biru menunjukkan kelas aristokrat atau bangsawan (darah biru).
Di BEI, beberapa investor terkadang mendeskripsikan saham-saham bluchip ini sebagai saham yang terdaftar di Indeks LQ45. Anggapan ini tidak keliru, karena sebagian besar saham LQ45 memang merupakan bluchip, namun tidak semua saham LQ45 adalah bluchip. Sebab kriteria pemilihan saham LQ45 bukanlah berdasarkan kriteria saham bluchip diatas, melainkan lebih hanya berdasarkan likuiditas sahamnya di market. Yup, bisa dikatakan bahwa ke-45 saham yang masuk daftar LQ45 adalah saham-saham yang paling likuid di market, dan paling memberikan pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Jadi jika sebuah saham tidak memenuhi kelima kriteria saham bluchip diatas, namun saham tersebut termasuk sangat likuid, maka dia bisa saja masuk ke dalam daftar LQ45.
Di Amerika sana, saham-saham bluchip yang memang memenuhi kriteria untuk bisa disebut sebagai ‘blue chip’, diseleksi dengan ketat dan dimasukkan ke dalam satu indeks khusus, yang kita kenal dengan nama Dow Jones Industrial Average (DJIA). Sejak DJIA pertama kali diperkenalkan kepada dunia pada tahun 1896 (sudah lama sekali), Dow Jones kemudian berkembang hingga akhirnya menjadi patokan bagi seluruh investor saham di seluruh dunia. Pergerakan indeks DJIA merupakan cerminan dari pergerakan ke-30 saham-saham top di Amerika, dimana ketiga puluh saham tersebut juga merupakan saham-saham top di dunia, sehingga akhirnya pergerakan DJIA, meski tidak secara keseluruhan, dianggap sebagai representatif dari pergerakan bursa-bursa saham secara global.
Di Indonesia sendiri, hingga kini belum ada satu indeks ataupun alat lainnya yang secara tegas membedakan saham mana yang merupakan bluchip, dan mana yang bukan. Alhasil sebuah saham bisa saja dianggap sebagai bluchip oleh seorang investor, tapi dianggap bukan bluchip oleh investor lainnya. Beberapa perusahaan (terutama perusahan media) memang memiliki indeks mereka sendiri, yang kemudian dijadikan patokan oleh investor untuk menentukan saham-saham mana yang tergolong bluchip. Sebut saja Bisnis27, atau Kompas100. Tapi para perusahaan media inipun tidak pernah secara tegas mengatakan bahwa saham-saham yang masuk ke dalam indeks saham mereka, adalah bluchip.
Mungkin, tidak adanya ‘kotak’ yang secara tegas memisahkan saham bluchip dan bukan, adalah karena memang tidak ada kriteria yang tegas dari saham bluchip itu sendiri. Karena itulah, disini penulis akan mencoba mempertegas kelima kriteria saham bluchip diatas. Namun sebelumnya perlu dicatat bahwa kriteria ini adalah berdasarkan perspektif penulis sendiri sebagai seorang praktisi, sehingga anda pun tentunya boleh saja memiliki kriteria yang berbeda. Okay, berikut kriterianya:
1. Perusahaannya berukuran besar. ‘Besar’ disini bisa dilihat dari tiga ukuran, yaitu market cap, aset, dan equity/modal. Mengingat bahwa market cap hanyalah cerminan dari harga saham perusahaan secara retail di market, dan aset yang besar belum tentu berisikan modal bersih (bisa jadi isinya utang melulu), maka ukuran yang paling bisa dijadikan patokan adalah modal alias equity, alias net asset, kemudian baru aset, dan terakhir market cap.
2. Memiliki reputasi dan dikenal baik oleh masyarakat. Sebuah perusahaan tentunya akan memiliki reputasi yang baik jika perusahaan tersebut memberikan manfaat yang real bagi kehidupan masyarakat banyak. Contohnya Indofood (INDF), saham yang satu ini bisa dipertimbangkan sebagai bluchip karena produk andalannya yaitu Indomie, telah memberikan banyak manfaat bagi banyak orang, mulai dari pengusaha supermarket, pemilik toko kelontong, pemilik warung indomi rebus, dan anak kost yang terpaksa makan indomi karena kehabisan uang bulanan sebelum waktunya (ini dulu penulis banget nih, hehe). Sementara soal dikenal oleh masyarakat, maka tentunya semua orang sudah cukup hafal dengan nama Indofood.
3. Memiliki kinerja fundamental yang bagus dalam jangka panjang, katakanlah lima tahun kebelakang. Nah bisa jadi kriteria yang satu ini yang kemudian menjadi sulit untuk diperhatikan, sebab ada banyak faktor yang harus diperhatikan dan dinilai untuk kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa sebuah saham memiliki fundamental yang bagus. Tapi untuk lebih simpelnya, terdapat dua ukuran penting dalam analisis fundamental yang mutlak harus diperhatikan, yaitu A. ROE-nya besar, dan B. Laba bersih dan modalnya tumbuh.
4. Biasanya merupakan pemimpin di sektornya masing-masing. Penulis katakan ‘biasanya’ karena memang tidak selalu demikian. Sementara definisi ‘pemimpin’ disini bisa bermacam-macam, tapi untuk lebih mudahnya bisa kita persempit menjadi market leader di sektornya. Misalnya Unilever Indonesia (UNVR) bisa kita pertimbangkan sebagai bluchip, karena produk-produknya seperti sabun, shampoo, dll, rata-rata merupakan pemimpin (barangnya paling laris dibeli konsumen) di kelompok pasarnya masing-masing.
5. Sahamnya likuid. Penjelasan soal likuiditas saham bisa dilihat disini.
Nah, dari kriteria-kriteria diatas, maka berikut adalah beberapa saham yang bisa dikategorikan sebagai bluchip, dalam hal ini bluchip berfundamental bagus, berdasarkan kinerja terakhir mereka di Kuartal III 2011 lalu. Agar fokus, penulis hanya memasukkan beberapa saham saja disini.
1. Astra International (ASII)
2. Indo Tambangraya Megah (ITMG)
3. Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)
4. Kalbe Farma (KLBF)
5. Bank BRI (BBRI)
6. Bank Mandiri (BMRI)
7. Astra Agro Lestari (AALI)
8. Unilever Indonesia (UNVR)
Dari sekian banyak saham-saham bluchip di market, boleh dikatakan bahwa ke-delapan saham diatas-lah yang bisa disebut sebagai the real blue chips. They’re good stocks which represents good companies. Pertanyaannya kemudian, jika saham-saham diatas bisa kita anggap sebagai saham bluchip karena kinerja mereka di Kuartal III lalu memang bagus, lalu bagaimana dengan kinerja mereka di Kuartal IV 2011 nanti? Maka jawabannya, belum tentu kinerja mereka akan sama baiknya dibanding periode sebelumnya.
Karena itulah, penulis kemudian memiliki ide untuk membuat semacam ‘kotak’, dimana kotak ini akan berisi saham-saham real blue chips tadi. Kotak ini memiliki kapasitas 20 saham, yang itu berarti dari sekitar 400-an saham di BEI, hanya dua puluh saham saja yang boleh kita sebut sebagai bluchip ori. Isi kotak ini akan diperbaharui setiap kuartalnya, yaitu setiap kali para emiten merilis LK terbaru, dimana saham yang ternyata tidak bisa mempertahankan kinerja bagusnya (dan juga kriteria-kriteria lainnya sebagai saham bluchip), akan didepak dan digantikan oleh saham lain.
‘Kotak’ ini kita sebut saja BC20, yang berarti Bluchip Twenty. Saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam BC20 ini akan diseleksi berdasarkan kelima kriteria diatas, dan diharapkan nantinya bisa membantu anda untuk memilih saham-saham terutama untuk tujuan trading (karena kalau untuk tujuan invest jangka panjang, saham yang bagus untuk invest jangka panjang adalah yang prospek pertumbuhannya masih terbuka lebar, dan itu tidak termasuk dalam kriteria saham bluchip). Penulis berencana merilis daftar BC20 untuk pertama kalinya pada April 2012 mendatang, berdasarkan kinerja emiten pada periode Kuartal IV 2011 yang akan terbit nanti. Selanjutnya, daftar ini akan di-update setiap tiga bulan sekali. Daftar ini akan dipublikasikan secara terbuka di blog ini, sehingga bisa anda melihatnya secara gratis. Daftar ini akan dirilis setelah Ebook 40 edisi terbaru terbit.
Terus pertanyaannya, kalau memang kedelapan saham yang disebutkan diatas itu bagus, apakah sekarang saya boleh membelinya? Ohohoho, bukan begitu. Sebab sebuah saham baru bisa dibeli kalau harganya memang ideal untuk dibeli (harganya wajar atau murah). Sementara namanya saham bagus, maka biasanya harganya pun selangit, apalagi kalau IHSG sedang tinggi-tingginya. Dan kalau sebuah saham harganya sudah kemahalan, maka tentu saja peluangnya untuk menguat lebih lanjut menjadi sangat terbatas, tak peduli meski fundamentalya bagus. Alhasil kalau anda hendak memilih saham bluchip yang bagus untuk dibeli, maka selain kelima kriteria diatas, anda harus memasukkan satu kriteria lagi, yaitu: Sahamnya masih atau sedang murah.
Seperti yang sudah disebut diatas, saham bagus apalagi termasuk kategori bluchip, biasanya harganya selangit. Tapi untungnya, setiap beberapa waktu tertentu aadaaa aja saham-saham bluchip yang harganya turun, bisa karena adanya sentimen negatif tertentu, atau memang karena entah kenapa merosot dengan sendirinya. Nah, pada saat itulah baru anda bisa masuk. Sebab asalkan fundamentalnya bagus, maka penurunan sebuah saham akan berhenti jika harganya sudah cukup murah, sehingga selanjutnya dia akan rebound kembali. Disinilah terdapat peluang bagi anda untuk memperoleh gain, plus bonus risikonya yang rendah, karena kita tahu bahwa barangnya memang bagus.
Kalau dari kedelapan saham diatas, terdapat dua diantaranya yang kemarin sempat turun, sehingga ketika itu sahamnya layak direkomendasikan. Dua saham itu adalah CPIN (kemarin turun ke 2,100, sekarang 2,800), dan ITMG (kemarin turun ke 36,700, sekarang 40,800). Sementara kalau buat sekarang ini, anda mungkin bisa mencermati saham dengan ciri-ciri berikut.. 1. Saham tersebut adalah saham perbankan, dan 2. Kemarin dia baru berdamai dengan BCA soal kebijakan transfer ATM Bersama.
Disclaimer is ON ya gan!
Di BEI, beberapa investor terkadang mendeskripsikan saham-saham bluchip ini sebagai saham yang terdaftar di Indeks LQ45. Anggapan ini tidak keliru, karena sebagian besar saham LQ45 memang merupakan bluchip, namun tidak semua saham LQ45 adalah bluchip. Sebab kriteria pemilihan saham LQ45 bukanlah berdasarkan kriteria saham bluchip diatas, melainkan lebih hanya berdasarkan likuiditas sahamnya di market. Yup, bisa dikatakan bahwa ke-45 saham yang masuk daftar LQ45 adalah saham-saham yang paling likuid di market, dan paling memberikan pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Jadi jika sebuah saham tidak memenuhi kelima kriteria saham bluchip diatas, namun saham tersebut termasuk sangat likuid, maka dia bisa saja masuk ke dalam daftar LQ45.
Di Amerika sana, saham-saham bluchip yang memang memenuhi kriteria untuk bisa disebut sebagai ‘blue chip’, diseleksi dengan ketat dan dimasukkan ke dalam satu indeks khusus, yang kita kenal dengan nama Dow Jones Industrial Average (DJIA). Sejak DJIA pertama kali diperkenalkan kepada dunia pada tahun 1896 (sudah lama sekali), Dow Jones kemudian berkembang hingga akhirnya menjadi patokan bagi seluruh investor saham di seluruh dunia. Pergerakan indeks DJIA merupakan cerminan dari pergerakan ke-30 saham-saham top di Amerika, dimana ketiga puluh saham tersebut juga merupakan saham-saham top di dunia, sehingga akhirnya pergerakan DJIA, meski tidak secara keseluruhan, dianggap sebagai representatif dari pergerakan bursa-bursa saham secara global.
Di Indonesia sendiri, hingga kini belum ada satu indeks ataupun alat lainnya yang secara tegas membedakan saham mana yang merupakan bluchip, dan mana yang bukan. Alhasil sebuah saham bisa saja dianggap sebagai bluchip oleh seorang investor, tapi dianggap bukan bluchip oleh investor lainnya. Beberapa perusahaan (terutama perusahan media) memang memiliki indeks mereka sendiri, yang kemudian dijadikan patokan oleh investor untuk menentukan saham-saham mana yang tergolong bluchip. Sebut saja Bisnis27, atau Kompas100. Tapi para perusahaan media inipun tidak pernah secara tegas mengatakan bahwa saham-saham yang masuk ke dalam indeks saham mereka, adalah bluchip.
Mungkin, tidak adanya ‘kotak’ yang secara tegas memisahkan saham bluchip dan bukan, adalah karena memang tidak ada kriteria yang tegas dari saham bluchip itu sendiri. Karena itulah, disini penulis akan mencoba mempertegas kelima kriteria saham bluchip diatas. Namun sebelumnya perlu dicatat bahwa kriteria ini adalah berdasarkan perspektif penulis sendiri sebagai seorang praktisi, sehingga anda pun tentunya boleh saja memiliki kriteria yang berbeda. Okay, berikut kriterianya:
1. Perusahaannya berukuran besar. ‘Besar’ disini bisa dilihat dari tiga ukuran, yaitu market cap, aset, dan equity/modal. Mengingat bahwa market cap hanyalah cerminan dari harga saham perusahaan secara retail di market, dan aset yang besar belum tentu berisikan modal bersih (bisa jadi isinya utang melulu), maka ukuran yang paling bisa dijadikan patokan adalah modal alias equity, alias net asset, kemudian baru aset, dan terakhir market cap.
2. Memiliki reputasi dan dikenal baik oleh masyarakat. Sebuah perusahaan tentunya akan memiliki reputasi yang baik jika perusahaan tersebut memberikan manfaat yang real bagi kehidupan masyarakat banyak. Contohnya Indofood (INDF), saham yang satu ini bisa dipertimbangkan sebagai bluchip karena produk andalannya yaitu Indomie, telah memberikan banyak manfaat bagi banyak orang, mulai dari pengusaha supermarket, pemilik toko kelontong, pemilik warung indomi rebus, dan anak kost yang terpaksa makan indomi karena kehabisan uang bulanan sebelum waktunya (ini dulu penulis banget nih, hehe). Sementara soal dikenal oleh masyarakat, maka tentunya semua orang sudah cukup hafal dengan nama Indofood.
3. Memiliki kinerja fundamental yang bagus dalam jangka panjang, katakanlah lima tahun kebelakang. Nah bisa jadi kriteria yang satu ini yang kemudian menjadi sulit untuk diperhatikan, sebab ada banyak faktor yang harus diperhatikan dan dinilai untuk kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa sebuah saham memiliki fundamental yang bagus. Tapi untuk lebih simpelnya, terdapat dua ukuran penting dalam analisis fundamental yang mutlak harus diperhatikan, yaitu A. ROE-nya besar, dan B. Laba bersih dan modalnya tumbuh.
4. Biasanya merupakan pemimpin di sektornya masing-masing. Penulis katakan ‘biasanya’ karena memang tidak selalu demikian. Sementara definisi ‘pemimpin’ disini bisa bermacam-macam, tapi untuk lebih mudahnya bisa kita persempit menjadi market leader di sektornya. Misalnya Unilever Indonesia (UNVR) bisa kita pertimbangkan sebagai bluchip, karena produk-produknya seperti sabun, shampoo, dll, rata-rata merupakan pemimpin (barangnya paling laris dibeli konsumen) di kelompok pasarnya masing-masing.
5. Sahamnya likuid. Penjelasan soal likuiditas saham bisa dilihat disini.
Nah, dari kriteria-kriteria diatas, maka berikut adalah beberapa saham yang bisa dikategorikan sebagai bluchip, dalam hal ini bluchip berfundamental bagus, berdasarkan kinerja terakhir mereka di Kuartal III 2011 lalu. Agar fokus, penulis hanya memasukkan beberapa saham saja disini.
1. Astra International (ASII)
2. Indo Tambangraya Megah (ITMG)
3. Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)
4. Kalbe Farma (KLBF)
5. Bank BRI (BBRI)
6. Bank Mandiri (BMRI)
7. Astra Agro Lestari (AALI)
8. Unilever Indonesia (UNVR)
Dari sekian banyak saham-saham bluchip di market, boleh dikatakan bahwa ke-delapan saham diatas-lah yang bisa disebut sebagai the real blue chips. They’re good stocks which represents good companies. Pertanyaannya kemudian, jika saham-saham diatas bisa kita anggap sebagai saham bluchip karena kinerja mereka di Kuartal III lalu memang bagus, lalu bagaimana dengan kinerja mereka di Kuartal IV 2011 nanti? Maka jawabannya, belum tentu kinerja mereka akan sama baiknya dibanding periode sebelumnya.
Karena itulah, penulis kemudian memiliki ide untuk membuat semacam ‘kotak’, dimana kotak ini akan berisi saham-saham real blue chips tadi. Kotak ini memiliki kapasitas 20 saham, yang itu berarti dari sekitar 400-an saham di BEI, hanya dua puluh saham saja yang boleh kita sebut sebagai bluchip ori. Isi kotak ini akan diperbaharui setiap kuartalnya, yaitu setiap kali para emiten merilis LK terbaru, dimana saham yang ternyata tidak bisa mempertahankan kinerja bagusnya (dan juga kriteria-kriteria lainnya sebagai saham bluchip), akan didepak dan digantikan oleh saham lain.
‘Kotak’ ini kita sebut saja BC20, yang berarti Bluchip Twenty. Saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam BC20 ini akan diseleksi berdasarkan kelima kriteria diatas, dan diharapkan nantinya bisa membantu anda untuk memilih saham-saham terutama untuk tujuan trading (karena kalau untuk tujuan invest jangka panjang, saham yang bagus untuk invest jangka panjang adalah yang prospek pertumbuhannya masih terbuka lebar, dan itu tidak termasuk dalam kriteria saham bluchip). Penulis berencana merilis daftar BC20 untuk pertama kalinya pada April 2012 mendatang, berdasarkan kinerja emiten pada periode Kuartal IV 2011 yang akan terbit nanti. Selanjutnya, daftar ini akan di-update setiap tiga bulan sekali. Daftar ini akan dipublikasikan secara terbuka di blog ini, sehingga bisa anda melihatnya secara gratis. Daftar ini akan dirilis setelah Ebook 40 edisi terbaru terbit.
Terus pertanyaannya, kalau memang kedelapan saham yang disebutkan diatas itu bagus, apakah sekarang saya boleh membelinya? Ohohoho, bukan begitu. Sebab sebuah saham baru bisa dibeli kalau harganya memang ideal untuk dibeli (harganya wajar atau murah). Sementara namanya saham bagus, maka biasanya harganya pun selangit, apalagi kalau IHSG sedang tinggi-tingginya. Dan kalau sebuah saham harganya sudah kemahalan, maka tentu saja peluangnya untuk menguat lebih lanjut menjadi sangat terbatas, tak peduli meski fundamentalya bagus. Alhasil kalau anda hendak memilih saham bluchip yang bagus untuk dibeli, maka selain kelima kriteria diatas, anda harus memasukkan satu kriteria lagi, yaitu: Sahamnya masih atau sedang murah.
Seperti yang sudah disebut diatas, saham bagus apalagi termasuk kategori bluchip, biasanya harganya selangit. Tapi untungnya, setiap beberapa waktu tertentu aadaaa aja saham-saham bluchip yang harganya turun, bisa karena adanya sentimen negatif tertentu, atau memang karena entah kenapa merosot dengan sendirinya. Nah, pada saat itulah baru anda bisa masuk. Sebab asalkan fundamentalnya bagus, maka penurunan sebuah saham akan berhenti jika harganya sudah cukup murah, sehingga selanjutnya dia akan rebound kembali. Disinilah terdapat peluang bagi anda untuk memperoleh gain, plus bonus risikonya yang rendah, karena kita tahu bahwa barangnya memang bagus.
Kalau dari kedelapan saham diatas, terdapat dua diantaranya yang kemarin sempat turun, sehingga ketika itu sahamnya layak direkomendasikan. Dua saham itu adalah CPIN (kemarin turun ke 2,100, sekarang 2,800), dan ITMG (kemarin turun ke 36,700, sekarang 40,800). Sementara kalau buat sekarang ini, anda mungkin bisa mencermati saham dengan ciri-ciri berikut.. 1. Saham tersebut adalah saham perbankan, dan 2. Kemarin dia baru berdamai dengan BCA soal kebijakan transfer ATM Bersama.
Disclaimer is ON ya gan!
Komentar
BMRI Target price brp pakTeguh?
Terima kasih
- BUMI
- DEWA
- BRMS
- NUSA
- MYRX
- TCPI
- BNBR
- ENRG
selamat ber inpestasi...