Tips Trading di Tahun 2012
Gak kerasa sekarang kita sudah memasuki bulan Desember, yang itu berarti tahun 2011 sebentar lagi akan berlalu. Sepanjang 2011 ini, pertumbuhan IHSG sama sekali tidak menggembirakan, dimana ketika artikel ini ditulis, IHSG berada di posisi 3,742, atau hanya naik 1.43% secara Year to Date atau YTD (dibanding posisi 30 Desember 2010). Posisi ini jauh lebih rendah dibanding ekspektasi beberapa analis dan para pengamat, termasuk juga penulis, yang setahun lalu memprediksi bahwa IHSG mungkin akan mencapai 4,500 pada akhir tahun 2011. Kalau ada yang bisa 'disalahkan' atas kegagalan target 4,500 tersebut, maka jari kita mungkin akan menunjuk kepada krisis utang di Eropa sana, yang hingga kini belum mencapai penyelesaian yang pasti.
Kalau anda adalah investor long term, maka dengan asumsi saham-saham yang anda pegang pergerakannya selaras dengan pergerakan IHSG, anda bisa dikatakan tidak memperoleh apapun pada tahun 2011 ini (gain 1.43% tentu saja kelewat kecil untuk investasi jangka panjang). Memang, ada juga saham-saham yang dalam setahun terakhir ini masih mampu mencatat gain siginifikan, meskipun IHSG cenderung tidak begitu bersahabat. Contohnya Astra International (ASII), yang naik 30.51%, atau Charoen Pokphand (CPIN), yang naik 36.87%. Namun beberapa saham lainnya cenderung tidak naik-naik dalam setahun terakhir, sebut saja Bank Mandiri (BMRI), atau Indofood (INDF). Yang lainnya lagi malah lebih buruk. Indo Tambangraya (ITMG) dan Timah (TINS), masing-masing telah turun 26.51% dan 38.25% dalam setahun terakhir.
Lalu apa yang menyebabkan perbedaan ‘nasib’ dari saham-saham diatas? Apakah karena fundamental CPIN sangat baik, sementara TINS sangat jelek, misalnya? Mungkin, nggak juga. Saham-saham yang penulis sebutkan diatas, merupakan saham-saham bluchip dengan fundamental bagus dan juga masih mencatat pertumbuhan kinerja, setidaknya hingga kuartal III 2011 kemarin. Jadi sulit untuk mengatakan bahwa perbedaan pertumbuhan saham-saham diatas disebabkan oleh perbedaan kualitas fundamental. Yang lebih mungkin menjadi penyebab perbedaan kenaikan harga saham tersebut adalah, ditengah-tengah kondisi ekonomi global yang sedang tidak menentu seperti sekarang ini, investor cenderung memilih saham-saham yang diprediksi akan lebih tahan terhadap goncangan, seandainya market benar-benar dilanda crash, seperti tahun 2008 lalu. ASII dan CPIN kemudian menjadi salah satu dari saham-saham ‘tangguh’ tersebut, karena secara historis, kedua perusahaan tetap mampu mencatat kinerja yang positif bahkan ketika kondisi ekonomi sedang terpuruk sekalipun.
Sementara ITMG dan TINS, sebagian besar dari produk mereka diekspor ke pasar luar negeri, termasuk Eropa. Jadi kalau Eropa beneran kenapa-napa, maka dua perusahaan tersebut kemungkinan besar akan langsung terkena dampak negatifnya. Dan mungkin itulah yang kemudian menyebabkan sahamnya turun, meskipun kinerja kedua perusahaan masih bagus. Kalau kebetulan anda sedang memegang saham yang setelah anda cek fundamentalnya cukup bagus, namun harga sahamnya malah turun terus, maka cobalah untuk mengecek hal-hal ‘non teknis’ seperti ini, siapa tahu saham yang anda pegang tersebut memiliki masalah yang serupa.
Melihat contoh kasus diatas, maka dalam kondisi market yang tidak cukup kondusif seperti sekarang ini, strategi investasi dengan membeli saham untuk jangka panjang sepertinya bukan lagi menjadi strategi yang bagus. Katakanlah kalau anda beruntung telah memegang ASII atau CPIN dalam setahun terakhir, maka anda memperoleh keuntungan yang lumayan sepanjang tahun 2011 ini. Tapi bagaimana kalau anda ngambilnya ITMG atau TINS, atau mungkin beberapa saham lainnya yang juga terus turun dalam setahun terakhir, padahal fundamental mereka baik-baik saja? Sementara kalau anda mengambil banyak saham, dimana saham-saham tersebut ada yang naik dan ada yang turun, maka keuntungan yang anda peroleh dalam setahun terakhir kurang lebih akan sama dengan pertumbuhan IHSG, alias hampir tidak ada gain sama sekali.
Kalau begitu bagaimana solusinya? Well, seorang teman pernah bilang begini kepada penulis, ‘Ketika IHSG bergerak flat, maka salah satu cara untuk tetap memperoleh keuntungan adalah dengan meng-kapitalisasi fluktuasi pasar’. Artinya? Yup, anda masih bisa memperoleh keuntungan dengan cara berinvestasi dalam jangka yang lebih pendek, atau trading. Tapi ini tentunya gak jadi masalah, karena penulis yakin anda sudah terbiasa melakukan invest jangka pendek alias semi-trading, atau bahkan trading itu sendiri. Berikut adalah beberapa masukan yang mungkin bisa anda terapkan dalam trading anda, dan mudah-mudahan bisa membantu anda dalam meningkatkan keuntungan.
Pertama, fundamental tetaplah penting. Lakukan trading anda hanya pada saham-saham yang memiliki fundamental bagus berdasarkan laporan keuangan terakhirnya, dan valuasi sahamnya belum terlalu mahal (paling simpel bisa dilihat dari PER-nya, usahakan ambil saham-saham yang PER-nya dikisaran 7 – 10 kali). Kalau anda memaksakan diri untuk mengambil saham-saham yang jelek, misalnya yang labanya jelas-jelas turun, maka anda baru saja mengambil risiko terjadinya kerugian yang besar. Kita lihat, sepanjang tahun 2011 ini saham yang fundamentalnya bagus saja masih bisa turun, apalagi yang jelek?
Kedua, kalau ada saham yang setelah anda cek kinerjanya cukup bagus, namun sahamnya terus saja turun, maka coba cek lagi, adakah faktor-faktor lain diluar faktor kinerja yang menyebabkannya turun? Kalau penulis perhatikan belakangan ini, terdapat dua poin utama yang menyebabkan penurunan harga saham, meskipun kinerja mereka relatif masih bagus. Pertama karena valuasi mereka sebelumnya cukup mahal, dan kedua karena prospek mereka kedepannya dihantui oleh kekhawatiran akan terjadinya krisis (seperti contoh TINS diatas).
Ketiga, peluang memperoleh gain justru berada pada saat market dilanda koreksi. Jadi ketika IHSG jatuh hingga mendekati atau menembus support-nya (ngeliatnya paling gampang pakai bollinger band aja), dan ketika itu nggak ada sentimen negatif apapun, maka itulah saatnya untuk belanja besar-besaran. Namun kalau ketika itu terdapat sentimen negatif yang penting, misalnya ada lembaga dunia tertentu mengeluarkan laporan bernada pesimis, maka belanjanya menggunakan sebagian dana saja, katakanlah 50%. Sisanya dipakai buat jaga-jaga kalau harus average down.
Sementara ketika IHSG mulai menanjak tinggi, maka itulah saatnya untuk keluar. Jika anda merasa bahwa IHSG masih bisa menanjak lagi, maka keluarnya sedikit-sedikit saja. Yang penting disini adalah, jika IHSG ternyata benar-benar masih terus bergerak naik seperti yang diharapkan, maka dana yang sudah terlanjur dikeluarkan jangan langsung dimasukkan lagi. Anda bisa mulai belanja saham lagi ketika IHSG dilanda koreksi kembali. Yup, kuncinya disini adalah, jangan terburu-buru.
Keempat, follow the market. Kalau anda aktif di market dan bisa mengamati pergerakan harga saham setiap hari, maka anda mungkin bisa trading harian. Sementara kalau waktu anda lebih terbatas, trading bulanan adalah pilihan yang bijak. Namun untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, lebih baik anda mengikuti pergerakan market saja, dan tidak perlu terpaku kepada apakah anda akan trading harian, mingguan, atau bulanan. Misalnya kalau anda beli saham ketika IHSG sedang dibawah, katakanlah 3,500, dan setelah ditunggu selama dua minggu kemudian ternyata IHSG dan juga saham anda masih belum bergerak, maka gak usah buru-buru menjualnya, kecuali kalau anda melihat saham lain yang berpotensi menguat dalam waktu dekat (anda jual saham anda terus beli saham tersebut). Tapi kalau hanya dalam tiga hari IHSG langsung melejit ke 3,700, misalnya, dan saham yang anda pegang juga melejit, maka anda bisa menjualnya untuk kemudian membelinya lagi nanti ketika IHSG turun.
Intinya seperti yang pernah dikatakan oleh seorang teman yang seorang trader tulen, kepada penulis, ‘Kalau dalam satu hari saya nggak melihat ada satu saham-pun yang bisa dibeli, maka pada hari itu saya nggak akan membeli saham apapun. Saya akan menunggu sampai besok.’
Dan terakhir kelima, ingat bahwa pergerakan IHSG pada saat ini sangat rentan terhadap sentimen, baik itu positif ataupun negatif. Jadi kalau anda memutuskan untuk aktif bertrading ria, maka anda harus aktif membaca setiap berita terbaru, baik nasional maupun internasional, terkait ekonomi dan pasar modal itu sendiri. Jika anda terlambat merespon sebuah sentimen positif, maka anda akan ketinggalan kereta. Sebaliknya, jika anda terlambat dalam merespon sebuah sentimen negatif, maka anda akan terjebak dalam kereta yang menuju ke jurang. Yup, dalam trading, timing sangatlah penting dalam membeli ataupun menjual, karena itu bisa membuat portofolio anda menjadi menghijau, atau memerah dalam sekejap. So be careful.
Okay, mungkin itu saja yang bisa penulis sampaikan di artikel ini. Diluar kelima tips yang dibahas diatas, tentunya masih banyak tips-tips lainnya yang juga bisa membantu menaikkan profit anda. Anda juga mungkin bisa menambahkan tips trading versi anda sendiri.
Lantas sampai kapan IHSG akan terus bergerak seperti ini? Beberapa waktu lalu, penulis ditanya oleh seorang wartawan, ‘Kira-kira kapan krisis Eropa dan Yunani akan berakhir?’, dan penulis jawab, ‘Mungkin tahun 2013.’ Yup, seperti yang sudah-sudah, pemulihan krisis membutuhkan waktu. Tentang bagaimana kira-kira pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti, itu membutuhkan analisis yang lebih lanjut. Tetapi kemungkinan pada tahun 2012 IHSG masih belum akan tumbuh signifikan, sehingga sekali lagi, strategi trading kemungkinan akan lebih efektif untuk memperoleh gain, dibanding investasi jangka panjang.
Kalau anda tidak terbiasa trading, maka jangan khawatir karena ada juga kok saham-saham yang tetap mampu menguat banyak secara konstan dalam setahun terakhir ini, terutama saham-saham second dan third liner (kalau saham-saham bluchip cenderung bergerak mengikuti IHSG). Dan di tahun 2012 nanti, akan selalu ada saja saham-saham yang bagus buat koleksi long term. Kapan-kapan kita akan membahasnya.
NB: Penulis bikin buku tentang cara berinvestasi dan trading di pasar modal. Anda bisa membacanya disini.
Kalau anda adalah investor long term, maka dengan asumsi saham-saham yang anda pegang pergerakannya selaras dengan pergerakan IHSG, anda bisa dikatakan tidak memperoleh apapun pada tahun 2011 ini (gain 1.43% tentu saja kelewat kecil untuk investasi jangka panjang). Memang, ada juga saham-saham yang dalam setahun terakhir ini masih mampu mencatat gain siginifikan, meskipun IHSG cenderung tidak begitu bersahabat. Contohnya Astra International (ASII), yang naik 30.51%, atau Charoen Pokphand (CPIN), yang naik 36.87%. Namun beberapa saham lainnya cenderung tidak naik-naik dalam setahun terakhir, sebut saja Bank Mandiri (BMRI), atau Indofood (INDF). Yang lainnya lagi malah lebih buruk. Indo Tambangraya (ITMG) dan Timah (TINS), masing-masing telah turun 26.51% dan 38.25% dalam setahun terakhir.
Logo PT Timah, Tbk |
Lalu apa yang menyebabkan perbedaan ‘nasib’ dari saham-saham diatas? Apakah karena fundamental CPIN sangat baik, sementara TINS sangat jelek, misalnya? Mungkin, nggak juga. Saham-saham yang penulis sebutkan diatas, merupakan saham-saham bluchip dengan fundamental bagus dan juga masih mencatat pertumbuhan kinerja, setidaknya hingga kuartal III 2011 kemarin. Jadi sulit untuk mengatakan bahwa perbedaan pertumbuhan saham-saham diatas disebabkan oleh perbedaan kualitas fundamental. Yang lebih mungkin menjadi penyebab perbedaan kenaikan harga saham tersebut adalah, ditengah-tengah kondisi ekonomi global yang sedang tidak menentu seperti sekarang ini, investor cenderung memilih saham-saham yang diprediksi akan lebih tahan terhadap goncangan, seandainya market benar-benar dilanda crash, seperti tahun 2008 lalu. ASII dan CPIN kemudian menjadi salah satu dari saham-saham ‘tangguh’ tersebut, karena secara historis, kedua perusahaan tetap mampu mencatat kinerja yang positif bahkan ketika kondisi ekonomi sedang terpuruk sekalipun.
Sementara ITMG dan TINS, sebagian besar dari produk mereka diekspor ke pasar luar negeri, termasuk Eropa. Jadi kalau Eropa beneran kenapa-napa, maka dua perusahaan tersebut kemungkinan besar akan langsung terkena dampak negatifnya. Dan mungkin itulah yang kemudian menyebabkan sahamnya turun, meskipun kinerja kedua perusahaan masih bagus. Kalau kebetulan anda sedang memegang saham yang setelah anda cek fundamentalnya cukup bagus, namun harga sahamnya malah turun terus, maka cobalah untuk mengecek hal-hal ‘non teknis’ seperti ini, siapa tahu saham yang anda pegang tersebut memiliki masalah yang serupa.
Melihat contoh kasus diatas, maka dalam kondisi market yang tidak cukup kondusif seperti sekarang ini, strategi investasi dengan membeli saham untuk jangka panjang sepertinya bukan lagi menjadi strategi yang bagus. Katakanlah kalau anda beruntung telah memegang ASII atau CPIN dalam setahun terakhir, maka anda memperoleh keuntungan yang lumayan sepanjang tahun 2011 ini. Tapi bagaimana kalau anda ngambilnya ITMG atau TINS, atau mungkin beberapa saham lainnya yang juga terus turun dalam setahun terakhir, padahal fundamental mereka baik-baik saja? Sementara kalau anda mengambil banyak saham, dimana saham-saham tersebut ada yang naik dan ada yang turun, maka keuntungan yang anda peroleh dalam setahun terakhir kurang lebih akan sama dengan pertumbuhan IHSG, alias hampir tidak ada gain sama sekali.
Kalau begitu bagaimana solusinya? Well, seorang teman pernah bilang begini kepada penulis, ‘Ketika IHSG bergerak flat, maka salah satu cara untuk tetap memperoleh keuntungan adalah dengan meng-kapitalisasi fluktuasi pasar’. Artinya? Yup, anda masih bisa memperoleh keuntungan dengan cara berinvestasi dalam jangka yang lebih pendek, atau trading. Tapi ini tentunya gak jadi masalah, karena penulis yakin anda sudah terbiasa melakukan invest jangka pendek alias semi-trading, atau bahkan trading itu sendiri. Berikut adalah beberapa masukan yang mungkin bisa anda terapkan dalam trading anda, dan mudah-mudahan bisa membantu anda dalam meningkatkan keuntungan.
Pertama, fundamental tetaplah penting. Lakukan trading anda hanya pada saham-saham yang memiliki fundamental bagus berdasarkan laporan keuangan terakhirnya, dan valuasi sahamnya belum terlalu mahal (paling simpel bisa dilihat dari PER-nya, usahakan ambil saham-saham yang PER-nya dikisaran 7 – 10 kali). Kalau anda memaksakan diri untuk mengambil saham-saham yang jelek, misalnya yang labanya jelas-jelas turun, maka anda baru saja mengambil risiko terjadinya kerugian yang besar. Kita lihat, sepanjang tahun 2011 ini saham yang fundamentalnya bagus saja masih bisa turun, apalagi yang jelek?
Kedua, kalau ada saham yang setelah anda cek kinerjanya cukup bagus, namun sahamnya terus saja turun, maka coba cek lagi, adakah faktor-faktor lain diluar faktor kinerja yang menyebabkannya turun? Kalau penulis perhatikan belakangan ini, terdapat dua poin utama yang menyebabkan penurunan harga saham, meskipun kinerja mereka relatif masih bagus. Pertama karena valuasi mereka sebelumnya cukup mahal, dan kedua karena prospek mereka kedepannya dihantui oleh kekhawatiran akan terjadinya krisis (seperti contoh TINS diatas).
Ketiga, peluang memperoleh gain justru berada pada saat market dilanda koreksi. Jadi ketika IHSG jatuh hingga mendekati atau menembus support-nya (ngeliatnya paling gampang pakai bollinger band aja), dan ketika itu nggak ada sentimen negatif apapun, maka itulah saatnya untuk belanja besar-besaran. Namun kalau ketika itu terdapat sentimen negatif yang penting, misalnya ada lembaga dunia tertentu mengeluarkan laporan bernada pesimis, maka belanjanya menggunakan sebagian dana saja, katakanlah 50%. Sisanya dipakai buat jaga-jaga kalau harus average down.
Sementara ketika IHSG mulai menanjak tinggi, maka itulah saatnya untuk keluar. Jika anda merasa bahwa IHSG masih bisa menanjak lagi, maka keluarnya sedikit-sedikit saja. Yang penting disini adalah, jika IHSG ternyata benar-benar masih terus bergerak naik seperti yang diharapkan, maka dana yang sudah terlanjur dikeluarkan jangan langsung dimasukkan lagi. Anda bisa mulai belanja saham lagi ketika IHSG dilanda koreksi kembali. Yup, kuncinya disini adalah, jangan terburu-buru.
Keempat, follow the market. Kalau anda aktif di market dan bisa mengamati pergerakan harga saham setiap hari, maka anda mungkin bisa trading harian. Sementara kalau waktu anda lebih terbatas, trading bulanan adalah pilihan yang bijak. Namun untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, lebih baik anda mengikuti pergerakan market saja, dan tidak perlu terpaku kepada apakah anda akan trading harian, mingguan, atau bulanan. Misalnya kalau anda beli saham ketika IHSG sedang dibawah, katakanlah 3,500, dan setelah ditunggu selama dua minggu kemudian ternyata IHSG dan juga saham anda masih belum bergerak, maka gak usah buru-buru menjualnya, kecuali kalau anda melihat saham lain yang berpotensi menguat dalam waktu dekat (anda jual saham anda terus beli saham tersebut). Tapi kalau hanya dalam tiga hari IHSG langsung melejit ke 3,700, misalnya, dan saham yang anda pegang juga melejit, maka anda bisa menjualnya untuk kemudian membelinya lagi nanti ketika IHSG turun.
Intinya seperti yang pernah dikatakan oleh seorang teman yang seorang trader tulen, kepada penulis, ‘Kalau dalam satu hari saya nggak melihat ada satu saham-pun yang bisa dibeli, maka pada hari itu saya nggak akan membeli saham apapun. Saya akan menunggu sampai besok.’
Dan terakhir kelima, ingat bahwa pergerakan IHSG pada saat ini sangat rentan terhadap sentimen, baik itu positif ataupun negatif. Jadi kalau anda memutuskan untuk aktif bertrading ria, maka anda harus aktif membaca setiap berita terbaru, baik nasional maupun internasional, terkait ekonomi dan pasar modal itu sendiri. Jika anda terlambat merespon sebuah sentimen positif, maka anda akan ketinggalan kereta. Sebaliknya, jika anda terlambat dalam merespon sebuah sentimen negatif, maka anda akan terjebak dalam kereta yang menuju ke jurang. Yup, dalam trading, timing sangatlah penting dalam membeli ataupun menjual, karena itu bisa membuat portofolio anda menjadi menghijau, atau memerah dalam sekejap. So be careful.
Okay, mungkin itu saja yang bisa penulis sampaikan di artikel ini. Diluar kelima tips yang dibahas diatas, tentunya masih banyak tips-tips lainnya yang juga bisa membantu menaikkan profit anda. Anda juga mungkin bisa menambahkan tips trading versi anda sendiri.
Lantas sampai kapan IHSG akan terus bergerak seperti ini? Beberapa waktu lalu, penulis ditanya oleh seorang wartawan, ‘Kira-kira kapan krisis Eropa dan Yunani akan berakhir?’, dan penulis jawab, ‘Mungkin tahun 2013.’ Yup, seperti yang sudah-sudah, pemulihan krisis membutuhkan waktu. Tentang bagaimana kira-kira pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti, itu membutuhkan analisis yang lebih lanjut. Tetapi kemungkinan pada tahun 2012 IHSG masih belum akan tumbuh signifikan, sehingga sekali lagi, strategi trading kemungkinan akan lebih efektif untuk memperoleh gain, dibanding investasi jangka panjang.
Kalau anda tidak terbiasa trading, maka jangan khawatir karena ada juga kok saham-saham yang tetap mampu menguat banyak secara konstan dalam setahun terakhir ini, terutama saham-saham second dan third liner (kalau saham-saham bluchip cenderung bergerak mengikuti IHSG). Dan di tahun 2012 nanti, akan selalu ada saja saham-saham yang bagus buat koleksi long term. Kapan-kapan kita akan membahasnya.
NB: Penulis bikin buku tentang cara berinvestasi dan trading di pasar modal. Anda bisa membacanya disini.
Komentar
"Mau tanya-tanya dan konsultasi seputar portofolio saham anda? Langsung aja add YM penulis, teguhidx@yahoo.com. It's free!"
itu serius ga sih? atau cuma advertisement belaka?
kok saya nanya via YM Anda malah logout gt aja?! Ada yg salah??
Begini aja deh, mulai sekarang penulis online setiap hari kerja, dari pukul 9 - 11 pagi. Jadi anda bisa ngobrol dengan penulis pada waktu-waktu tersebut. Kalau anda mengirim pesan diluar waktu tersebut, maka penulis akan membalasnya pada pada jam-jam tersebut. Mudah2an ini bisa menjadi solusi.