Sekilas Saham-Saham Berfundamental Bagus
Seperti dibahas di artikel sebelumnya, perekonomian makro di Indonesia masih berjalan dengan baik, dengan pertumbuhan ekonomi hingga 6.5% pada kuartal II lalu. Di BEI sendiri, kinerja para emiten di kuartal II kemarin terbilang cukup bagus, dimana beberapa perusahaan masih mencatat pertumbuhan yang signifikan seperti biasanya.
Pertumbuhan kinerja para emiten di bursa mungkin bisa kita pakai sebagai justifikasi bahwa perekonomian Indonesia memang masih berjalan dengan baik, seperti yang tercermin pada data-data BPS. Penurunan bursa saham karena pengaruh Eropa biar bagaimanapun memang merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Namun kalau kita melihatnya dari sisi lain, terkoreksinya IHSG pada saat ini justru merupakan kesempatan yang bagus untuk hunting saham-saham berfundamental baik pada harga murah. Karena sekali lagi, perekonomian Indonesia masih baik-baik saja, setidaknya hingga saat ini. Pengaruh krisis Eropa masih terbatas pada sektor non riil seperti saham, sementara sektor riil masih berjalan lancar seperti biasanya.
Masalahnya, tentunya gak semua emiten mencatat kinerja cukup baik pada kuartal II kemarin. Jadi kira-kira saham-saham apa saja yang memiliki fundamental bagus dan layak dicermati? Berikut adalah sedikit hasil screening penulis terhadap saham-saham berdasarkan kinerjanya di kuartal II kemarin.
Di Indonesia, sektor bisnis yang paling besar di BEI ada tiga, yaitu sektor perbankan, sektor natural resources terutama batubara, dan sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit. Di sektor perbankan, posisi sebagai emiten dengan kinerja terbaik masih dipegang oleh Bank BRI (BBRI), disusul oleh Bank Mandiri (BMRI). Sementara di kelas second liner, terdapat Bank Bukopin (BBKP), dan Bank BTPN (BTPN). Beberapa investor juga tertarik dengan Bank BJB (BJBR), namun penulis agak kurang sependapat. Secara valuasi BJBR pada saat ini memang murah, namun kinerja terakhirnya pada first half kemarin kurang meyakinkan.
Di sektor batubara, saham-saham yang bisa dicermati adalah Indo Tambangraya Megah (ITMG), Resource Alam Indonesia (KKGI), Borneo Lumbung Energi & Metal (BORN), dan Adaro Energy (ADRO). Khusus untuk dua saham yang disebut terakhir, saham mereka sebelumnya tidak bisa direkomendasikan karena valuasinya yang sangat-sangat mahal, meskipun fundamentalnya lumayan. Namun saat ini kedua saham tersebut terbilang sudah cukup murah.
Sementara di sektor perkebunan, terdapat Jaya Agra Wattie (JAWA), Salim Ivomas Pratama (SIMP), Sampoerna Agro (SGRO), dan Tunas Baru Lampung (TBLA). Saat ini saham-saham perkebunan sedang tertekan oleh penurunan harga CPO, sehingga penurunannya dalam beberapa waktu terakhir gak kalah dalam dibanding penurunan saham-saham batubara. Namun secara fundamental, tidak ada yang ragu bahwa saham-saham kelapa sawit, termasuk keempat saham diatas, memiliki kualitas kinerja dan juga prospek pertumbuhan yang masih sangat menarik. Ketika IHSG dan harga CPO mulai pulih nanti, maka itulah saatnya investor akan panen gain dari saham-saham perkebunan ini.
Diluar ketiga sektor diatas, beberapa saham tradisional seperti Astra International (ASII), dan Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), juga masih layak dicermati. Di kalangan penny stock, saham-saham yang cukup bagus adalah Wintermar Offshore Marine (WINS), Surya Semesta Internusa (SSIA), dan Alam Sutera Realty (ASRI). Dan masih banyak lagi lainnya.
Saham-saham diatas memiliki fundamental yang bagus berdasarkan kinerjanya di kuartal II kemarin. Lantas bagaimana kira-kira kinerja mereka di kuartal III nanti? Dengan mempertimbangkan posisi inflasi kita yang semakin membaik, dan pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga di level 6.5%, maka terdapat peluang bahwa emiten-emiten diatas akan mempertahankan kinerja mereka yang bagus tersebut, atau mungkin justru meningkat. Tapi memang untuk lebih pastinya, kita harus baca-baca lagi laporan keuangan mereka di Q3 nanti.
Mengingat valuasi saham-saham diatas pada saat ini sudah cukup murah, lalu apakah sekarang sudah saatnya bagi kita untuk memasuki pasar? Kalau anda terbiasa main jangka pendek, maka anda bisa masuk setelah IHSG terkoreksi cukup dalam minimal dua hari berturut-turut, dan keluar setelah IHSG rebound. Namun kalau tujuan anda adalah untuk long term, maka mungkin anda masih harus menunggu, karena biasanya setiap krisis akan mengalami puncaknya, dan hingga saat ini krisis utang Eropa sepertinya masih belum menemui puncaknya tersebut. Atau, anda bisa juga mengambil beberapa saham untuk anda jual kembali tak lama kemudian, tapi gunakan dana sedikit saja, sekedar untuk menekan resiko loss. Kalau kita asumsikan bahwa krisis Eropa ini bisa saja sama parahnya seperti krisis 2008 lalu, maka tentu IHSG masih beresiko untuk melanjutkan penurunannya, meski mungkin ekonomi makro kita akan tetap baik-baik saja.
Pada akhirnya, penulis yakin bahwa segera setelah krisis Eropa ini melewati puncaknya nanti, maka harga saham-saham di BEI akan segera pulih kembali, terutama tentu saja yang memiliki fundamental bagus. Saat itulah, anda bisa kembali belanja saham secara besar-besaran. Memang dalam situasi seperti sekarang ini, patience alias kesabaran adalah aset yang bahkan lebih berharga dibanding dana cash sekalipun. The question is, do you have it?
Pertumbuhan kinerja para emiten di bursa mungkin bisa kita pakai sebagai justifikasi bahwa perekonomian Indonesia memang masih berjalan dengan baik, seperti yang tercermin pada data-data BPS. Penurunan bursa saham karena pengaruh Eropa biar bagaimanapun memang merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Namun kalau kita melihatnya dari sisi lain, terkoreksinya IHSG pada saat ini justru merupakan kesempatan yang bagus untuk hunting saham-saham berfundamental baik pada harga murah. Karena sekali lagi, perekonomian Indonesia masih baik-baik saja, setidaknya hingga saat ini. Pengaruh krisis Eropa masih terbatas pada sektor non riil seperti saham, sementara sektor riil masih berjalan lancar seperti biasanya.
Masalahnya, tentunya gak semua emiten mencatat kinerja cukup baik pada kuartal II kemarin. Jadi kira-kira saham-saham apa saja yang memiliki fundamental bagus dan layak dicermati? Berikut adalah sedikit hasil screening penulis terhadap saham-saham berdasarkan kinerjanya di kuartal II kemarin.
Di Indonesia, sektor bisnis yang paling besar di BEI ada tiga, yaitu sektor perbankan, sektor natural resources terutama batubara, dan sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit. Di sektor perbankan, posisi sebagai emiten dengan kinerja terbaik masih dipegang oleh Bank BRI (BBRI), disusul oleh Bank Mandiri (BMRI). Sementara di kelas second liner, terdapat Bank Bukopin (BBKP), dan Bank BTPN (BTPN). Beberapa investor juga tertarik dengan Bank BJB (BJBR), namun penulis agak kurang sependapat. Secara valuasi BJBR pada saat ini memang murah, namun kinerja terakhirnya pada first half kemarin kurang meyakinkan.
Di sektor batubara, saham-saham yang bisa dicermati adalah Indo Tambangraya Megah (ITMG), Resource Alam Indonesia (KKGI), Borneo Lumbung Energi & Metal (BORN), dan Adaro Energy (ADRO). Khusus untuk dua saham yang disebut terakhir, saham mereka sebelumnya tidak bisa direkomendasikan karena valuasinya yang sangat-sangat mahal, meskipun fundamentalnya lumayan. Namun saat ini kedua saham tersebut terbilang sudah cukup murah.
Sementara di sektor perkebunan, terdapat Jaya Agra Wattie (JAWA), Salim Ivomas Pratama (SIMP), Sampoerna Agro (SGRO), dan Tunas Baru Lampung (TBLA). Saat ini saham-saham perkebunan sedang tertekan oleh penurunan harga CPO, sehingga penurunannya dalam beberapa waktu terakhir gak kalah dalam dibanding penurunan saham-saham batubara. Namun secara fundamental, tidak ada yang ragu bahwa saham-saham kelapa sawit, termasuk keempat saham diatas, memiliki kualitas kinerja dan juga prospek pertumbuhan yang masih sangat menarik. Ketika IHSG dan harga CPO mulai pulih nanti, maka itulah saatnya investor akan panen gain dari saham-saham perkebunan ini.
Diluar ketiga sektor diatas, beberapa saham tradisional seperti Astra International (ASII), dan Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), juga masih layak dicermati. Di kalangan penny stock, saham-saham yang cukup bagus adalah Wintermar Offshore Marine (WINS), Surya Semesta Internusa (SSIA), dan Alam Sutera Realty (ASRI). Dan masih banyak lagi lainnya.
Logo PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk |
Saham-saham diatas memiliki fundamental yang bagus berdasarkan kinerjanya di kuartal II kemarin. Lantas bagaimana kira-kira kinerja mereka di kuartal III nanti? Dengan mempertimbangkan posisi inflasi kita yang semakin membaik, dan pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga di level 6.5%, maka terdapat peluang bahwa emiten-emiten diatas akan mempertahankan kinerja mereka yang bagus tersebut, atau mungkin justru meningkat. Tapi memang untuk lebih pastinya, kita harus baca-baca lagi laporan keuangan mereka di Q3 nanti.
Mengingat valuasi saham-saham diatas pada saat ini sudah cukup murah, lalu apakah sekarang sudah saatnya bagi kita untuk memasuki pasar? Kalau anda terbiasa main jangka pendek, maka anda bisa masuk setelah IHSG terkoreksi cukup dalam minimal dua hari berturut-turut, dan keluar setelah IHSG rebound. Namun kalau tujuan anda adalah untuk long term, maka mungkin anda masih harus menunggu, karena biasanya setiap krisis akan mengalami puncaknya, dan hingga saat ini krisis utang Eropa sepertinya masih belum menemui puncaknya tersebut. Atau, anda bisa juga mengambil beberapa saham untuk anda jual kembali tak lama kemudian, tapi gunakan dana sedikit saja, sekedar untuk menekan resiko loss. Kalau kita asumsikan bahwa krisis Eropa ini bisa saja sama parahnya seperti krisis 2008 lalu, maka tentu IHSG masih beresiko untuk melanjutkan penurunannya, meski mungkin ekonomi makro kita akan tetap baik-baik saja.
Pada akhirnya, penulis yakin bahwa segera setelah krisis Eropa ini melewati puncaknya nanti, maka harga saham-saham di BEI akan segera pulih kembali, terutama tentu saja yang memiliki fundamental bagus. Saat itulah, anda bisa kembali belanja saham secara besar-besaran. Memang dalam situasi seperti sekarang ini, patience alias kesabaran adalah aset yang bahkan lebih berharga dibanding dana cash sekalipun. The question is, do you have it?
Komentar
beli ebooknya, baca! praktekkan!!
investor apaan malas analisa
kalau belanja setiap index turun 2-3 kali sedikit2 ya, dan setiap rebound jualan, rasanya kurang edukatif ya pendekatan seperti ini, karena istilahnya sama juga dengan "no conviction investing style" alias tebak2 iseng berhadiah saja - kalau turun banyak baru beli dikit, dikit.. tanpa belajar menjadi investor sejati yg bukan sekedar menganalisa saja tapi tidak ada nyali. the question is, do you have the guts if you believe in your conviction?
Bukannya minimal ada data 5thn baru bisa dihitung?
soal style investasi n pilihan saham, masing2 aj deh bung, duit sndiri2 juga.untung ya untung elo, rugi juga duit elo...
maksudnya "dana cash sekalipun" <== no I dont have it..!
:D