Atlas Resources
Pertumbuhan IHSG pada tahun 2011 ini mungkin memang tidak setinggi tahun lalu. Namun itu tidak mencegah beberapa perusahaan untuk mencari dana di pasar modal melalui IPO. Salah satu yang cukup menarik untuk dicermati adalah PT Atlas Resources, Tbk. Kenapa menarik? Karena nilai IPO-nya cukup besar, yaitu mencapai Rp1.5 trilyun, jika harga sahamnya ditetapkan pada batas tertinggi, yaitu Rp1,900 per saham. Menariknya lagi, nilai IPO tersebut bahkan lebih besar dari total aset perusahaan, yang cuma Rp1.2 trilyun.
Atlas Resources (kodenya belum ditentukan, tapi kita sebut aja ATLS), adalah perusahaan tambang batubara jenis thermal dan coking coal. ATLS sebenarnya merupakan kumpulan dari 18 perusahaan batubara yang tersebar di Kalimantan Timur, Sumatra Selatan, dan Papua. Perusahaan memproduksi total 1.3 juta ton batubara di tahun 2010, dan sudah memproduksi 428 ribu ton batubara hingga April 2011. Posisi terakhir cadangan batubara terbukti milik perusahaan tercatat 76.3 juta ton. Angkanya memang agak kecil, namun itu belum termasuk sumber daya batubara terukur sebesar 330.7 juta ton.
Yang dimaksud dengan sumber daya batubara (SDB) adalah batubara yang masih bercampur tanah dan batu-batuan. SDB yang sudah berstatus terukur sewaktu-waktu dapat ‘naik kelas’ menjadi cadangan batubara terduga, dan cadangan batubara terduga ini bisa naik kelas lagi menjadi cadangan batubara terbukti. SDB sendiri ada tingkatan-tingkatannya. Berikut urutannya: SDB hipotetik (hypothetical), SDB terkira (inferred), SDB tertunjuk (indicated), dan SDB terukur (measured). Yang disebut terakhir adalah yang ‘kelasnya’ paling tinggi.
Kalau menurut penulis, manajemen sepertinya sengaja mencantumkan data SDB di prospektusnya, agar perusahaannya tampak besar. Sebab cadangan batubara yang cuma 76.3 juta ton diatas mungkin kelihatan agak terlalu kecil untuk perusahaan yang berani ngambil dana sampai lebih dari Rp1 trilyun dari pasar modal, apalagi dalam kondisi market yang tidak terlalu bergairah seperti sekarang ini. Disisi lain, kinerja terakhir ATLS tidak begitu menarik. Pada semester pertama 2011, ATLS mencatat laba bersih 39 milyar, sehingga ROA-nya hanya 6.4%, belum cukup baik untuk ukuran perusahaan batubara.
Meski ATLS merupakan perusahaan batubara kecil, dan kinerjanya juga sama sekali belum sebagus Resource Alam Indonesia (KKGI) misalnya, namun ATLS cukup berpotensi untuk menjadi perusahaan batubara besar di masa depan, seperti Bukit Asam atau mungkin Adaro, dengan mempertimbangkan dua hal: Pertama, kinerjanya senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Tambang-tambang batubara ATLS mulai beroperasi sejak tahun 2008. Pada tahun tersebut, perusahaan memperoleh pendapatan 141 milyar, dan laba bersih minus 4 milyar alias rugi. Tahun berikutnya yaitu tahun 2009, pendapatannya naik dua setengah kali lipat menjadi 387 milyar, dan laba bersihnya tercatat 10 milyar. Hingga semester pertama 2011, perusahaan mencatat pendapatan 402 milyar, atau 804 milyar kalau disetahunkan, yang itu berarti pendapatan ATLS tumbuh lebih dari lima kali lipat hanya dalam waktu tiga tahun.
Kedua, peningkatan kinerja yang cukup signifikan tersebut berpeluang cukup besar untuk terus berlanjut di masa mendatang, karena ATLS masih memiliki beberapa tambang batubara yang belum berproduksi. Perusahaan sendiri memperkirakan bahwa produksi batubara sepanjang tahun 2011 ini akan mencapai 2.4 juta ton, atau tumbuh hampir dua kali lipat dibanding 2010. Selain itu seperti yang sudah disebutkan diatas, ATLS adalah kumpulan dari beberapa perusahaan batubara. Jadi kerjaannya ATLS ini adalah mengambil perusahaan-perusahaan batubara kecil, untuk kemudian dikonsolidasikan. Dan kedepannya ATLS masih akan terus mengakuisisi perusahaan-perusahaan batubara, termasuk membuka tambang batubara baru. Dari dana hasil IPO, sekitar 27.5% diantaranya akan digunakan untuk akuisisi atau untuk meningkatkan kepemilikan di anak-anak perusahaan atau usaha milik perusahaan, kalau terdapat peluang yang cocok. Bagi penulis, kalimat yang ditulis terakhir terdengar sangat menarik, karena itu menunjukkan bahwa manajemen ATLS masih sangat bersemangat untuk terus menambah portofolio usaha dibawah naungan perusahaan.
Terkait rencana penggunaan dana hasil IPO, datanya juga menarik. Sekitar 40% akan digunakan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan pertambangan. Sementara sebesar 214 milyar akan digunakan untuk membayar kompensasi atas perubahan kontrak penjualan batubara kepada Noble Group, sebuah perusahaan perdagangan komoditas asal Singapura. Dalam kontrak tersebut, perusahaan mengubah kontrak dari sebelumnya perusahaan harus menjual seluruh alias 100% produksi batubara dari lima anak usahanya kepada Noble, menjadi hanya 75% saja. Atas pengurangan tersebut, perusahaan sepakat membayar Noble US$ 25 juta atau Rp214 milyar.
Selain untuk membangun infrastruktur tambang dan membayar Noble, dana hasil IPO akan digunakan untuk akusisi, seperti yang sudah dibahas diatas, dan modal kerja. Kalau kita cek lagi beberapa IPO sebelum ATLS ini, rata-rata sebagian dana hasil IPO akan dipakai buat bayar utang. Namun ATLS ini berbeda. Kecuali untuk membayar Noble tadi, hampir semua dana hasil IPO akan dipakai untuk membiayai ekspansi dan akuisisi, dan itu tentu bagus. Mengingat target dana IPO-nya sangat besar (terutama kalau dibandingkan dengan aset ATLS sendiri), maka sepertinya manajemen sendiri memang cukup percaya diri dengan prospek dari perusahaan.
Kesimpulannya, kita bisa mengatakan bahwa ATLS ini kurang lebih sama seperti biji tunas yang berada di lahan yang subur: Perusahaannya untuk saat ini memang belum begitu menghasilkan, namun prospek pertumbuhannya dimasa depan cukup atau bahkan sangat bagus. Sekarang, gimana dengan sahamnya?
ATLS berencana melepas sahamnya pada harga Rp1,500 – 1,900. Katakanlah harga IPO-nya di-settle pada 1,500, maka PER-nya 20.3 kali (perhitungannya kita pakai laba bersih, bukan laba bersih komprehensif). Mahal? Tentu saja. Apalagi setelah IHSG berada di posisi 3,500-an seperti sekarang ini, harga saham-saham batubara di BEI mulai cukup murah dengan PER sekitar 10 – 12 kali saja. Dengan harganya tersebut, maka terdapat kemungkinan kalau ATLS ini nantinya bisa saja seperti saham Borneo Lumbung Energi (BORN), yaitu meski sempat naik setelah IPO, namun akhirnya turun juga ke posisinya saat ini. Sekedar membandingkan, ketika dulu BORN menetapkan harga IPO-nya di level 1,170, harga tersebut mencerminkan PER 17.4 kali.
Kalau anda adalah investor long term, maka ATLS ini memang sangat layak untuk masuk daftar saham batubara yang harus dicermati karena prospeknya. Namun mungkin anda perlu menunggu sampai harga sahamnya turun, atau sampai kinerjanya nanti meningkat pesat seperti yang diharapkan, hingga mengimbangi harga sahamnya tersebut. Saat itulah baru anda bisa masuk. Tapi memang kalau berkaca pada dua IPO sebelum ATLS ini yaitu Solusi Tunas Pratama (SUPR), dan SMR Utama (SUMR), yang cukup sukses dengan menguat signifikan di hari perdagangan perdananya, maka ATLS juga berpeluang untuk mengalami hal yang sama. Penjamin emisi IPO ATLS juga akan menggunakan bantuan agen stabilisasi untuk menjaga agar harga saham ATLS tidak turun lebih rendah dari harga IPO-nya, setidaknya hingga 30 hari pasca listing. Kalau kita pakai contoh BORN tadi, sahamnya sempat melaju hingga ke posisi 1,860, sebelum kemudian baru turun ke posisi sekarang. Jadi ATLS ini bisa juga diambil untuk kemudian disimpan sejenak, lalu dilepas.
Jika anda memutuskan untuk ikut IPO ATLS ini, dan sahamnya ternyata cukup sukses untuk menguat pada hari-hari perdagangan perdananya, maka mungkin anda bisa langsung realisasikan keuntungan jika sudah memperoleh gain 10 - 20%. Disisi lain kalau kita mempertimbangkan kondisi market dan valuasi sahamnya, maka anda tetap harus berhati-hati, karena ada juga kemungkinan ATLS ini anjlok pas dia listing, terutama kalau ketika itu IHSG kebetulan lagi turun. ATLS akan memulai debutnya di pasar modal pada tanggal 31 Oktober 2011.
PT Atlas Resources, Tbk.
Rating kinerja pada 1H11: A
Rating saham pada 1,500: BBB
Atlas Resources (kodenya belum ditentukan, tapi kita sebut aja ATLS), adalah perusahaan tambang batubara jenis thermal dan coking coal. ATLS sebenarnya merupakan kumpulan dari 18 perusahaan batubara yang tersebar di Kalimantan Timur, Sumatra Selatan, dan Papua. Perusahaan memproduksi total 1.3 juta ton batubara di tahun 2010, dan sudah memproduksi 428 ribu ton batubara hingga April 2011. Posisi terakhir cadangan batubara terbukti milik perusahaan tercatat 76.3 juta ton. Angkanya memang agak kecil, namun itu belum termasuk sumber daya batubara terukur sebesar 330.7 juta ton.
Yang dimaksud dengan sumber daya batubara (SDB) adalah batubara yang masih bercampur tanah dan batu-batuan. SDB yang sudah berstatus terukur sewaktu-waktu dapat ‘naik kelas’ menjadi cadangan batubara terduga, dan cadangan batubara terduga ini bisa naik kelas lagi menjadi cadangan batubara terbukti. SDB sendiri ada tingkatan-tingkatannya. Berikut urutannya: SDB hipotetik (hypothetical), SDB terkira (inferred), SDB tertunjuk (indicated), dan SDB terukur (measured). Yang disebut terakhir adalah yang ‘kelasnya’ paling tinggi.
Kalau menurut penulis, manajemen sepertinya sengaja mencantumkan data SDB di prospektusnya, agar perusahaannya tampak besar. Sebab cadangan batubara yang cuma 76.3 juta ton diatas mungkin kelihatan agak terlalu kecil untuk perusahaan yang berani ngambil dana sampai lebih dari Rp1 trilyun dari pasar modal, apalagi dalam kondisi market yang tidak terlalu bergairah seperti sekarang ini. Disisi lain, kinerja terakhir ATLS tidak begitu menarik. Pada semester pertama 2011, ATLS mencatat laba bersih 39 milyar, sehingga ROA-nya hanya 6.4%, belum cukup baik untuk ukuran perusahaan batubara.
Meski ATLS merupakan perusahaan batubara kecil, dan kinerjanya juga sama sekali belum sebagus Resource Alam Indonesia (KKGI) misalnya, namun ATLS cukup berpotensi untuk menjadi perusahaan batubara besar di masa depan, seperti Bukit Asam atau mungkin Adaro, dengan mempertimbangkan dua hal: Pertama, kinerjanya senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Tambang-tambang batubara ATLS mulai beroperasi sejak tahun 2008. Pada tahun tersebut, perusahaan memperoleh pendapatan 141 milyar, dan laba bersih minus 4 milyar alias rugi. Tahun berikutnya yaitu tahun 2009, pendapatannya naik dua setengah kali lipat menjadi 387 milyar, dan laba bersihnya tercatat 10 milyar. Hingga semester pertama 2011, perusahaan mencatat pendapatan 402 milyar, atau 804 milyar kalau disetahunkan, yang itu berarti pendapatan ATLS tumbuh lebih dari lima kali lipat hanya dalam waktu tiga tahun.
Kedua, peningkatan kinerja yang cukup signifikan tersebut berpeluang cukup besar untuk terus berlanjut di masa mendatang, karena ATLS masih memiliki beberapa tambang batubara yang belum berproduksi. Perusahaan sendiri memperkirakan bahwa produksi batubara sepanjang tahun 2011 ini akan mencapai 2.4 juta ton, atau tumbuh hampir dua kali lipat dibanding 2010. Selain itu seperti yang sudah disebutkan diatas, ATLS adalah kumpulan dari beberapa perusahaan batubara. Jadi kerjaannya ATLS ini adalah mengambil perusahaan-perusahaan batubara kecil, untuk kemudian dikonsolidasikan. Dan kedepannya ATLS masih akan terus mengakuisisi perusahaan-perusahaan batubara, termasuk membuka tambang batubara baru. Dari dana hasil IPO, sekitar 27.5% diantaranya akan digunakan untuk akuisisi atau untuk meningkatkan kepemilikan di anak-anak perusahaan atau usaha milik perusahaan, kalau terdapat peluang yang cocok. Bagi penulis, kalimat yang ditulis terakhir terdengar sangat menarik, karena itu menunjukkan bahwa manajemen ATLS masih sangat bersemangat untuk terus menambah portofolio usaha dibawah naungan perusahaan.
Terkait rencana penggunaan dana hasil IPO, datanya juga menarik. Sekitar 40% akan digunakan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan pertambangan. Sementara sebesar 214 milyar akan digunakan untuk membayar kompensasi atas perubahan kontrak penjualan batubara kepada Noble Group, sebuah perusahaan perdagangan komoditas asal Singapura. Dalam kontrak tersebut, perusahaan mengubah kontrak dari sebelumnya perusahaan harus menjual seluruh alias 100% produksi batubara dari lima anak usahanya kepada Noble, menjadi hanya 75% saja. Atas pengurangan tersebut, perusahaan sepakat membayar Noble US$ 25 juta atau Rp214 milyar.
Selain untuk membangun infrastruktur tambang dan membayar Noble, dana hasil IPO akan digunakan untuk akusisi, seperti yang sudah dibahas diatas, dan modal kerja. Kalau kita cek lagi beberapa IPO sebelum ATLS ini, rata-rata sebagian dana hasil IPO akan dipakai buat bayar utang. Namun ATLS ini berbeda. Kecuali untuk membayar Noble tadi, hampir semua dana hasil IPO akan dipakai untuk membiayai ekspansi dan akuisisi, dan itu tentu bagus. Mengingat target dana IPO-nya sangat besar (terutama kalau dibandingkan dengan aset ATLS sendiri), maka sepertinya manajemen sendiri memang cukup percaya diri dengan prospek dari perusahaan.
Kesimpulannya, kita bisa mengatakan bahwa ATLS ini kurang lebih sama seperti biji tunas yang berada di lahan yang subur: Perusahaannya untuk saat ini memang belum begitu menghasilkan, namun prospek pertumbuhannya dimasa depan cukup atau bahkan sangat bagus. Sekarang, gimana dengan sahamnya?
ATLS berencana melepas sahamnya pada harga Rp1,500 – 1,900. Katakanlah harga IPO-nya di-settle pada 1,500, maka PER-nya 20.3 kali (perhitungannya kita pakai laba bersih, bukan laba bersih komprehensif). Mahal? Tentu saja. Apalagi setelah IHSG berada di posisi 3,500-an seperti sekarang ini, harga saham-saham batubara di BEI mulai cukup murah dengan PER sekitar 10 – 12 kali saja. Dengan harganya tersebut, maka terdapat kemungkinan kalau ATLS ini nantinya bisa saja seperti saham Borneo Lumbung Energi (BORN), yaitu meski sempat naik setelah IPO, namun akhirnya turun juga ke posisinya saat ini. Sekedar membandingkan, ketika dulu BORN menetapkan harga IPO-nya di level 1,170, harga tersebut mencerminkan PER 17.4 kali.
Kalau anda adalah investor long term, maka ATLS ini memang sangat layak untuk masuk daftar saham batubara yang harus dicermati karena prospeknya. Namun mungkin anda perlu menunggu sampai harga sahamnya turun, atau sampai kinerjanya nanti meningkat pesat seperti yang diharapkan, hingga mengimbangi harga sahamnya tersebut. Saat itulah baru anda bisa masuk. Tapi memang kalau berkaca pada dua IPO sebelum ATLS ini yaitu Solusi Tunas Pratama (SUPR), dan SMR Utama (SUMR), yang cukup sukses dengan menguat signifikan di hari perdagangan perdananya, maka ATLS juga berpeluang untuk mengalami hal yang sama. Penjamin emisi IPO ATLS juga akan menggunakan bantuan agen stabilisasi untuk menjaga agar harga saham ATLS tidak turun lebih rendah dari harga IPO-nya, setidaknya hingga 30 hari pasca listing. Kalau kita pakai contoh BORN tadi, sahamnya sempat melaju hingga ke posisi 1,860, sebelum kemudian baru turun ke posisi sekarang. Jadi ATLS ini bisa juga diambil untuk kemudian disimpan sejenak, lalu dilepas.
Jika anda memutuskan untuk ikut IPO ATLS ini, dan sahamnya ternyata cukup sukses untuk menguat pada hari-hari perdagangan perdananya, maka mungkin anda bisa langsung realisasikan keuntungan jika sudah memperoleh gain 10 - 20%. Disisi lain kalau kita mempertimbangkan kondisi market dan valuasi sahamnya, maka anda tetap harus berhati-hati, karena ada juga kemungkinan ATLS ini anjlok pas dia listing, terutama kalau ketika itu IHSG kebetulan lagi turun. ATLS akan memulai debutnya di pasar modal pada tanggal 31 Oktober 2011.
PT Atlas Resources, Tbk.
Rating kinerja pada 1H11: A
Rating saham pada 1,500: BBB
Komentar
Kesimpulannya Anda akan beli sedikit / beli banyak / tidak beli sama sekali ?
Thanks
Chandra
Kesimpulannya ya tergantung masing - masing toh... Langkah yang diambil tergantung style dan nyali masing - masing investor.
@Teguh: analisa VIVA dong, denger - denger mau IPO @ 280. Saham Bakrie kan 'hot'. Thx.
Regards,
Alexander