Kuncinya, Main Aman!
Finally, setelah terus menerus terkoreksi sejak awal September lalu, IHSG akhirnya rebound cukup signifikan. Hari ini IHSG ditutup menguat 4.76% ke posisi 3,474. Beberapa saham unggulan pun mulai pulih dengan menguat hingga 10% atau lebih. Penguatan tersebut salah satunya didorong oleh penguatan Dow Jones selama dua hari berturut-turut sebelumnya, yang disebabkan oleh beredarnya sentimen bahwa Pemerintah di negara-negara Eropa akan menggunakan ‘kekuatan penuh’ untuk mencegah krisis.
Sentimen itu sendiri beredar setelah para fund manager global, pejabat keuangan dari negara-negara G20, serta pihak-pihak terkait lainnya, melakukan meeting di Washington, Amerika Serikat (AS), akhir pekan lalu. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa krisis utang Eropa harus segera diatasi, sebelum keadaan menjadi semakin buruk. Menteri Keuangan AS, Timothy Geithner, memprediksi bahwa dua negara Eropa yang belum terkena krisis, yaitu Italia dan Spanyol, akan melelang utang-utangnya, setelah Bank Sentral Uni Eropa mulai mempertimbangkan untuk menurunkan tingkat suku bunga. Italia dan Spanyol memang termasuk negara yang juga memiliki utang cukup besar, selain Yunani, Irlandia, dan Portugal, yang sudah terlebih dahulu terkena krisis dan terpaksa menerima bantuan dari IMF.
Presiden AS, Barack Obama, juga angkat bicara. Menurutnya, para pemimpin negara di Eropa harus segera ‘do something’ untuk mengatasi kemungkinan terjadinya krisis. Dan pernyataan tersebut ditanggapi oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang segera menjadwalkan pertemuan dengan pemimpin Yunani. Merkel berniat ‘mendisiplinkan’ kebijakan fiskal Pemerintah Yunani. Kabar lainnya, Pemerintah Jepang menyatakan bahwa mereka akan ikut membantu Yunani untuk menghindari default, agar Eropa terhindar dari krisis. Pemerintah Jepang merasa perlu untuk membantu Yunani, karena Eropa adalah pasar utama dari produk-produk ekspor Jepang. Jadi jika Eropa kenapa-napa, maka Jepang pasti akan terkena imbasnya.
So, apakah ini pertanda bahwa bursa-bursa saham di seluruh dunia, termasuk IHSG, akan segera pulih kembali? Mungkin, terlalu dini kalau kita langsung mengambil kesimpulan tersebut.
Kalau kita perhatikan sentimen-sentimen yang beredar, sebenarnya belum ada solusi apapun untuk menghindari kemungkinan terjadinya krisis Eropa. Para pemimpin Eropa masih belum mengeluarkan kebijakan apapun, kecuali akan mengerahkan kekuatan penuh untuk mencegah krisis (Baru akan saja, alias masih belum. Dan apa yang dimaksud dengan ‘kekuatan penuh’ itu juga masih belum jelas). Ketika Jepang menyatakan akan membantu Yunani, nggak jelas juga akan seperti apa bentuk bantuan tersebut. Masalahnya, Jepang sendiri sebenarnya utangnya juga banyak. Dan yang lebih membingungkan, kenapa AS kok malah menimpakan seluruh tanggung jawab pencegahan krisis kepada Eropa? Bukannya kemarin dia sendiri hampir saja gagal membayar utang senilai trilyunan Dollar?
Kalau menurut penulis, dan mungkin juga menurut banyak pengamat lainnya, pulihnya indeks-indeks saham global dalam dua tiga hari terakhir ini lebih disebabkan oleh kondisi market yang memang sudah oversold, bukan karena sentimen apapun. Saham-saham di BEI mulai cenderung murah secara valuasi, sehingga menggoda investor dan trader untuk segera masuk. Alhasil, indeks menguat. Besok rabu pun, secara teknikal IHSG masih berpeluang untuk menguat, meski peluangnya tidak sebesar hari ini.
Namun secara keseluruhan, kondisi market global pada saat ini masih jauh dari kata normal. Dan suka atau tidak, itu akan berpengaruh negatif terhadap IHSG. Okay, fundamental ekonomi Indonesia mungkin masih sangat baik, seperti yang ditunjukkan oleh data dari BPS. Beberapa pengamat juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih ditopang oleh konsumsi domestik daripada ekspor, sehingga krisis Eropa tidak akan terlalu berpengaruh. Tapi bahkan kalaupun ekonomi Indonesia benar-benar tidak terpengaruh oleh krisis Eropa, Bursa Efek Indonesia bukanlah bursa saham tertutup yang bisa terus asyik dengan pergerakannya sendiri. Faktanya di BEI ada banyak sekali modal asing yang bisa keluar masuk market setiap saat. Adalah nyaris mustahil jika IHSG mampu untuk tetap naik, padahal diluar sana hampir seluruh bursa saham terus saja berjatuhan. Kalau kita lihat lagi kebelakang, pada tahun 2008 pun ekonomi Indonesia secara umum masih baik-baik saja. Tidak sampai terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok seperti yang pernah terjadi di tahun 1998. Tapi bagaimana dengan nasib IHSG ketika itu? Anda tahu sendiri.
Berbeda dengan para pemimpin Eropa yang mulai kasak kusuk, Pemerintah Indonesia sepertinya masih adem ayem saja. Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Radjasa, mengatakan bahwa ancaman krisis Eropa masih dalam skala waspada, belum sampai membahayakan. Perekonomian Indonesia masih akan aman asalkan mampu menjaga ekspornya. Beruntung, dua komoditas utama Indonesia yaitu CPO dan batubara, kebanyakan diekspor ke China dan India, bukan Eropa. So, why so serious? (Joker mode: On)
Tapi mungkin gak adil juga kalau kita bersikap seperti Pemerintah AS: Melemparkan tanggung jawab atas kemungkinan terjadinya krisis kepada pihak lain, dalam hal ini Pemerintah. Pada akhirnya, kita-lah yang bertanggung jawab atas portofolio kita sendiri. Dan dalam situasi seperti sekarang ini, seperti yang sudah penulis sampaikan di artikel sebelumnya, metode investasi yang terbaik adalah dengan tetap memegang cash sebanyak mungkin. Untuk saat ini anda bisa mengambil saham-saham berfundamental baik, yang mungkin bisa anda lepas setelah memperoleh gain 5 atau 10%, karena kemungkinan IHSG akan bergerak sideways di kisaran 3,400 – 3,600 dalam beberapa waktu kedepan, sembari menunggu perkembangan dari Eropa. Tapi untuk meminimalisir resiko terjadinya kerugian, maka gunakan dana sedikit saja, jangan terlalu besar.
Meski kondisi market sedang tidak kondusif, namun para investor di pasar modal sebenarnya gak perlu mengkhawatirkan apapun, karena bahkan kalaupun IHSG jatuh hingga ke posisi dibawah 3,000 sekalipun, portofolio saham anda akan baik-baik saja selama posisi anda adalah diluar market, atau dengan kata lain anda dalam posisi memegang cash. Yup, yang lebih penting disini adalah posisi anda, bukan soal apakah anda optimis atau pesimis terhadap pergerakan IHSG. Ceritanya mungkin akan berbeda kalau kejadiannya seperti tahun 1998, dimana memegang uang cash pun tetap saja tidak aman, karena adanya hantu bernama inflasi. Tapi kalau kita cek data inflasi di BPS, sepertinya semuanya aman terkendali (mudah-mudahan memang benar begitu).
Kembali ke soal krisis Eropa. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya di Eropa sana. Kalau perkembangannya bagus, maka IHSG akan segera pulih. Tapi kalau perkembangannya jelek, maka IHSG bisa kembali tersungkur. Untuk saat ini mungkin kita harus melupakan target IHSG 4,300, apalagi 4,500, setidaknya untuk sementara ini. Yang penting global market kembali normal aja dulu.
Satu hal yang perlu diingat disini adalah, biasanya krisis belum akan benar-benar berakhir sebelum memakan korban. Dan saat ini ‘sang krisis’ sepertinya sedang menyeleksi korbannya. Salah satu bank investasi terbesar di AS, Goldman Sachs, dikabarkan akan mem-PHK sejumlah karyawannya dalam rangka penghematan anggaran. The show is probably just about to begin.
Sentimen itu sendiri beredar setelah para fund manager global, pejabat keuangan dari negara-negara G20, serta pihak-pihak terkait lainnya, melakukan meeting di Washington, Amerika Serikat (AS), akhir pekan lalu. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa krisis utang Eropa harus segera diatasi, sebelum keadaan menjadi semakin buruk. Menteri Keuangan AS, Timothy Geithner, memprediksi bahwa dua negara Eropa yang belum terkena krisis, yaitu Italia dan Spanyol, akan melelang utang-utangnya, setelah Bank Sentral Uni Eropa mulai mempertimbangkan untuk menurunkan tingkat suku bunga. Italia dan Spanyol memang termasuk negara yang juga memiliki utang cukup besar, selain Yunani, Irlandia, dan Portugal, yang sudah terlebih dahulu terkena krisis dan terpaksa menerima bantuan dari IMF.
Presiden AS, Barack Obama, juga angkat bicara. Menurutnya, para pemimpin negara di Eropa harus segera ‘do something’ untuk mengatasi kemungkinan terjadinya krisis. Dan pernyataan tersebut ditanggapi oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang segera menjadwalkan pertemuan dengan pemimpin Yunani. Merkel berniat ‘mendisiplinkan’ kebijakan fiskal Pemerintah Yunani. Kabar lainnya, Pemerintah Jepang menyatakan bahwa mereka akan ikut membantu Yunani untuk menghindari default, agar Eropa terhindar dari krisis. Pemerintah Jepang merasa perlu untuk membantu Yunani, karena Eropa adalah pasar utama dari produk-produk ekspor Jepang. Jadi jika Eropa kenapa-napa, maka Jepang pasti akan terkena imbasnya.
So, apakah ini pertanda bahwa bursa-bursa saham di seluruh dunia, termasuk IHSG, akan segera pulih kembali? Mungkin, terlalu dini kalau kita langsung mengambil kesimpulan tersebut.
Kalau kita perhatikan sentimen-sentimen yang beredar, sebenarnya belum ada solusi apapun untuk menghindari kemungkinan terjadinya krisis Eropa. Para pemimpin Eropa masih belum mengeluarkan kebijakan apapun, kecuali akan mengerahkan kekuatan penuh untuk mencegah krisis (Baru akan saja, alias masih belum. Dan apa yang dimaksud dengan ‘kekuatan penuh’ itu juga masih belum jelas). Ketika Jepang menyatakan akan membantu Yunani, nggak jelas juga akan seperti apa bentuk bantuan tersebut. Masalahnya, Jepang sendiri sebenarnya utangnya juga banyak. Dan yang lebih membingungkan, kenapa AS kok malah menimpakan seluruh tanggung jawab pencegahan krisis kepada Eropa? Bukannya kemarin dia sendiri hampir saja gagal membayar utang senilai trilyunan Dollar?
Kalau menurut penulis, dan mungkin juga menurut banyak pengamat lainnya, pulihnya indeks-indeks saham global dalam dua tiga hari terakhir ini lebih disebabkan oleh kondisi market yang memang sudah oversold, bukan karena sentimen apapun. Saham-saham di BEI mulai cenderung murah secara valuasi, sehingga menggoda investor dan trader untuk segera masuk. Alhasil, indeks menguat. Besok rabu pun, secara teknikal IHSG masih berpeluang untuk menguat, meski peluangnya tidak sebesar hari ini.
Namun secara keseluruhan, kondisi market global pada saat ini masih jauh dari kata normal. Dan suka atau tidak, itu akan berpengaruh negatif terhadap IHSG. Okay, fundamental ekonomi Indonesia mungkin masih sangat baik, seperti yang ditunjukkan oleh data dari BPS. Beberapa pengamat juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih ditopang oleh konsumsi domestik daripada ekspor, sehingga krisis Eropa tidak akan terlalu berpengaruh. Tapi bahkan kalaupun ekonomi Indonesia benar-benar tidak terpengaruh oleh krisis Eropa, Bursa Efek Indonesia bukanlah bursa saham tertutup yang bisa terus asyik dengan pergerakannya sendiri. Faktanya di BEI ada banyak sekali modal asing yang bisa keluar masuk market setiap saat. Adalah nyaris mustahil jika IHSG mampu untuk tetap naik, padahal diluar sana hampir seluruh bursa saham terus saja berjatuhan. Kalau kita lihat lagi kebelakang, pada tahun 2008 pun ekonomi Indonesia secara umum masih baik-baik saja. Tidak sampai terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok seperti yang pernah terjadi di tahun 1998. Tapi bagaimana dengan nasib IHSG ketika itu? Anda tahu sendiri.
Berbeda dengan para pemimpin Eropa yang mulai kasak kusuk, Pemerintah Indonesia sepertinya masih adem ayem saja. Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Radjasa, mengatakan bahwa ancaman krisis Eropa masih dalam skala waspada, belum sampai membahayakan. Perekonomian Indonesia masih akan aman asalkan mampu menjaga ekspornya. Beruntung, dua komoditas utama Indonesia yaitu CPO dan batubara, kebanyakan diekspor ke China dan India, bukan Eropa. So, why so serious? (Joker mode: On)
Tapi mungkin gak adil juga kalau kita bersikap seperti Pemerintah AS: Melemparkan tanggung jawab atas kemungkinan terjadinya krisis kepada pihak lain, dalam hal ini Pemerintah. Pada akhirnya, kita-lah yang bertanggung jawab atas portofolio kita sendiri. Dan dalam situasi seperti sekarang ini, seperti yang sudah penulis sampaikan di artikel sebelumnya, metode investasi yang terbaik adalah dengan tetap memegang cash sebanyak mungkin. Untuk saat ini anda bisa mengambil saham-saham berfundamental baik, yang mungkin bisa anda lepas setelah memperoleh gain 5 atau 10%, karena kemungkinan IHSG akan bergerak sideways di kisaran 3,400 – 3,600 dalam beberapa waktu kedepan, sembari menunggu perkembangan dari Eropa. Tapi untuk meminimalisir resiko terjadinya kerugian, maka gunakan dana sedikit saja, jangan terlalu besar.
Meski kondisi market sedang tidak kondusif, namun para investor di pasar modal sebenarnya gak perlu mengkhawatirkan apapun, karena bahkan kalaupun IHSG jatuh hingga ke posisi dibawah 3,000 sekalipun, portofolio saham anda akan baik-baik saja selama posisi anda adalah diluar market, atau dengan kata lain anda dalam posisi memegang cash. Yup, yang lebih penting disini adalah posisi anda, bukan soal apakah anda optimis atau pesimis terhadap pergerakan IHSG. Ceritanya mungkin akan berbeda kalau kejadiannya seperti tahun 1998, dimana memegang uang cash pun tetap saja tidak aman, karena adanya hantu bernama inflasi. Tapi kalau kita cek data inflasi di BPS, sepertinya semuanya aman terkendali (mudah-mudahan memang benar begitu).
Kembali ke soal krisis Eropa. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya di Eropa sana. Kalau perkembangannya bagus, maka IHSG akan segera pulih. Tapi kalau perkembangannya jelek, maka IHSG bisa kembali tersungkur. Untuk saat ini mungkin kita harus melupakan target IHSG 4,300, apalagi 4,500, setidaknya untuk sementara ini. Yang penting global market kembali normal aja dulu.
Satu hal yang perlu diingat disini adalah, biasanya krisis belum akan benar-benar berakhir sebelum memakan korban. Dan saat ini ‘sang krisis’ sepertinya sedang menyeleksi korbannya. Salah satu bank investasi terbesar di AS, Goldman Sachs, dikabarkan akan mem-PHK sejumlah karyawannya dalam rangka penghematan anggaran. The show is probably just about to begin.
Komentar