Revisi Target IHSG
Minggu lalu, Pemerintah Amerika Serikat (AS) berhasil meredam ketakutan dunia terhadap kemungkinan terjadinya resesi global, dengan memperpanjang masa jatuh tempo utangnya yang senilai US$ 14.3 trilyun hingga 10 tahun kedepan. Sayang, ceritanya ternyata tidak selesai sampai disitu. Lembaga pemeringkat terkemuka di dunia, Standard & Poor’s (S&P), menurunkan rating utang AS, dari AAA menjadi AA+. Intinya, S&P menganggap bahwa Pemerintah AS pada saat ini, tidak lagi cukup mampu untuk membayar hutang-hutangnya.
S&P merilis laporannya pada tanggal 5 Agustus 2011 waktu AS (ketika itu di Indonesia masih tanggal 4 Agustus). Tanpa perlu menebak, pasar modal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, langsung berjatuhan. Pada tanggal 4 Agustus, IHSG anjlok dari 4,122 ke 3,921, dan terus terperosok hingga posisi saat ini, yaitu 3,735. Dihitung dari posisi puncaknya, IHSG telah melemah 10.5%. Meski kelihatannya buruk, namun dalam enam bulan terakhir IHSG terhitung masih menguat 12.7%. Bandingkan dengan KLCI Malaysia (turun 2.5%), Nikkei Jepang (turun 14.3%), atau Hangseng Hongkong (turun 11.5%). Dow Jones sendiri kalau dihitung sejak enam bulan terakhir sudah turun 11.7%. Jadi kondisi pasar modal kita, percaya atau tidak, masih jauh lebih baik dibanding yang lain.
Pada artikel berjudul Prediksi IHSG 2011 yang ditulis pada penghujung tahun 2010 lalu, penulis mengatakan bahwa IHSG mungkin akan mencapai posisi 4,500 di akhir tahun 2011, dengan catatan market dan perekonomian berjalan dengan normal, dan tidak terjadi peristiwa penting yang memiliki pengaruh global. Namun sepertinya terlalu naif kalau kita mengharapkan bahwa kondisi ekonomi, baik ekonomi dunia maupun Indonesia, akan berjalan dengan mulus-mulus saja. Setiap tahunnya, hampir pasti akan terjadi minimal satu peristiwa besar yang bisa menghambat kenaikan harga saham ataupun perekonomian, dan itu bisa terjadi kapan saja. Faktanya, sepanjang tahun 2011 hingga ketika artikel ini ditulis, dunia memang sudah dilanda oleh ‘peristiwa penting’ seperti itu hingga beberapa kali.
Peristiwa pertama adalah tsunami Jepang, yang terjadi tanggal 11 Maret 2011, yang diikuti oleh krisis nuklir. Pasca tsunami, Nikkei sempat anjlok hingga hampir 20% hanya dalam beberapa hari. IHSG mau tidak mau ikut terpengaruh, dan turun dari posisi 3,599 ke 3,484. Padahal ketika itu IHSG baru saja mulai pulih dari koreksi yang terjadi sepanjang Januari – Februari 2011, yang disebabkan oleh keluarnya aliran hot money, yang meracuni bursa sejak September 2010 (mungkin anda tidak setuju dengan kata ‘meracuni’, tapi bagi penulis, kenaikan IHSG yang terlalu cepat adalah sama jeleknya dengan penurunan IHSG secara tiba-tiba, karena dua-duanya sama-sama menguras emosi).
Peristiwa kedua adalah ketakutan pasar global terhadap krisis utang Eropa. Krisis yang terjadi di Yunani sejak tahun 2010 lalu ternyata belum benar-benar selesai, malah mulai menjalar ke Portugal, Spanyol, Italia, Irlandia, Belgia, Inggris, hingga Islandia. Satu-satunya negara di Eropa yang tampak aman dari krisis tersebut hanyalah Jerman. Ribut-ribut soal krisis utang Eropa ini memenuhi media sejak awal Mei hingga minggu ketiga Juni, dan ketika itulah IHSG tertahan di posisi 3,700 – 3,800, dimana IHSG tidak turun, tapi juga tidak naik.
Awal Juli, cerita soal krisis Eropa mendadak menghilang. Diiringi dengan optimisme tinggi terhadap kinerja para emiten pada kuartal II 2011, IHSG meresponnya dengan terus saja naik dari 3,700-an, hingga hampir saja menembus level psikologis baru yaitu 4,200. Namun dunia mendadak dikagetkan peristiwa penting berikutnya yaitu kabar dari AS, yang menyebutkan bahwa utang AS ternyata sama buruknya dengan utang Eropa, atau bahkan lebih buruk, dan berpotensi menghasilkan krisis yang luar biasa besar seandainya mereka benar-benar mengalami default. Setelah S&P mengeluarkan laporan tentang rating downgrade, bursa-bursa saham global pun jatuh, diikuti oleh IHSG. Namun mengingat IHSG sudah naik banyak sebelumnya, maka kurang tepat jika IHSG dikatakan telah jatuh, melainkan hanya kembali ke posisinya semula, yaitu 3,700-an. Hanya memang, penurunnya terlalu cepat dan terlalu tiba-tiba.
Kita tidak pernah tahu bagaimana kelanjutan cerita soal utang AS ini. Tapi yang jelas untuk saat ini, target IHSG 4,500 di akhir tahun 2011 sepertinya cukup sulit untuk dicapai. Masalahnya begini: setelah utang Eropa, kemudian utang AS, siapa yang berani menjamin bahwa tidak akan cerita lanjutannya yaitu Utang Asia? Faktanya Indonesia sendiri memiliki utang cukup besar, yaitu Rp1,700 trilyun, atau mungkin lebih (ada yang bilang Rp1,900 trilyun). Penulis belum mengecek bagaimana posisi utang negara-negara lainnya di Asia, tapi sepertinya hampir semua negara memiliki utang yang cukup besar, entah kepada siapa.
Sebetulnya ketika IHSG terus saja naik hingga menembus 4,100, sebagian investor mulai khawatir kalau-kalau kenaikan IHSG sudah mulai overheated (anda mungkin termasuk salah satu dari investor tersebut). Salah seorang pembaca blog ini bahkan sudah berkali-kali mengingatkan akan resiko overheated tersebut, melalui komentar-komentarnya. Alasannya sederhana: Meskipun kondisi ekonomi dalam negeri masih baik-baik saja, dan rata-rata PER ketika IHSG diatas 4,100 masih cukup wajar yaitu 12 kali, namun tidak pernah ada kabar bahwa krisis utang di Eropa telah benar-benar berakhir. Dan itu menyebabkan kenaikan IHSG tersebut menjadi tidak rasional, karena berlawanan dengan pergerakan bursa global (dalam sebulan terakhir, di Asia cuma IHSG yang terus menguat naik). Yup, berita-berita soal krisis Utang Eropa memang mereda pada awal Juli, namun tidak pernah ada kabar yang dengan secara tegas mengatakan bahwa krisis utang tersebut telah berakhir. It means, berita soal krisis Eropa tersebut bisa muncul kembali sewaktu-waktu. Eh, belakangan yang muncul bukan Eropa, tapi malah lebih buruk yaitu AS.
Karena itulah pada artikel minggu kemarin penulis mengutip kata-kata dari Warren Buffett, ‘Gunakan saja dana yang ada untuk berinvestasi, itupun jangan digunakan seluruhnya.’ Nasihat tersebut biasanya terdengar tidak penting ketika kondisi market sedang bullish, namun baru akan terasa manfaatnya ketika market sedang dalam kondisi berkabung seperti sekarang ini.
But honestly, penulis sendiri tidak pernah mengira kalau S&P akan menurunkan rating AS, hanya beberapa hari setelah Pemerintah AS menyelesaikan negosiasi utangnya. Sebab sebagai lembaga pemeringkat asal AS, S&P sangat jarang menjelek-jelekkan negaranya sendiri. Kondisi market pada saat ini mungkin akan sangat berbeda seandainya S&P nggak ngomong apa-apa. But anyway, itu sudah terjadi, dan kita tidak bisa mengubahnya. Jadi kira-kira untuk saat ini, berapa target IHSG yang lebih realistis? Well, dengan mempertimbangkan kemungkinan bahwa cerita soal utang, utang, dan utang ini tidak akan selesai dalam waktu dekat, maka jika IHSG bisa menyentuh 4,300 pada akhir tahun 2011, itu sudah cukup bagus.
Kabar baiknya, saham-saham yang bagus secara fundamental tidak terlalu terseret oleh pelemahan IHSG, kecuali hanya sedikit. Tunas Baru Lampung (TBLA) contohnya. Berkat kinerjanya yang melejit pada kuartal I 2011 lalu, sahamnya dalam empat bulan terakhir telah mencetak gain 57.1%, dan itu sudah termasuk memperhitungkan penurunan drastis yang terjadi dalam seminggu terakhir, yaitu dari posisi 780 ke posisi 630. Tanpa penurunan tersebut, TBLA seharusnya mencetak gain sekitar 80%. Itu berarti, jika anda sejak awal telah memilih saham-saham yang bagus dan harganya masih wajar, maka koreksi IHSG tidak akan sampai menyebabkan anda mengalami kerugian, kecuali memang keuntungan yang anda peroleh berkurang signifikan. Hal ini tidak terjadi di Nikkei, Hangseng, Dow, atau bursa-bursa saham lainnya, dimana mayoritas investor disana mengalami kerugian, karena bursa-bursa saham tersebut telah turun tanpa menguat terlebih dahulu.
Jadi pesan yang penulis hendak sampaikan di artikel ini adalah, posisi terbaik pada saat ini tentunya adalah posisi diluar market. Tapi kalaupun anda nggak sempat keluar, maka selama anda masih memegang saham-saham yang benar, anda akan baik-baik saja. Just stick on fundamentals, and you’ll be okay.
Ketika artikel ini ditulis, Dow sedikit pulih dengan menguat 2.0%. Mengingat IHSG sudah turun jauh hingga melewati batas support-nya, maka dengan catatan indeks saham regional mendukung, IHSG mungkin akan rebound alias menguat signifikan pada besok Rabu, 10 Agustus 2011. Take the chance, but not too much, as it is still risky.
S&P merilis laporannya pada tanggal 5 Agustus 2011 waktu AS (ketika itu di Indonesia masih tanggal 4 Agustus). Tanpa perlu menebak, pasar modal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, langsung berjatuhan. Pada tanggal 4 Agustus, IHSG anjlok dari 4,122 ke 3,921, dan terus terperosok hingga posisi saat ini, yaitu 3,735. Dihitung dari posisi puncaknya, IHSG telah melemah 10.5%. Meski kelihatannya buruk, namun dalam enam bulan terakhir IHSG terhitung masih menguat 12.7%. Bandingkan dengan KLCI Malaysia (turun 2.5%), Nikkei Jepang (turun 14.3%), atau Hangseng Hongkong (turun 11.5%). Dow Jones sendiri kalau dihitung sejak enam bulan terakhir sudah turun 11.7%. Jadi kondisi pasar modal kita, percaya atau tidak, masih jauh lebih baik dibanding yang lain.
Pada artikel berjudul Prediksi IHSG 2011 yang ditulis pada penghujung tahun 2010 lalu, penulis mengatakan bahwa IHSG mungkin akan mencapai posisi 4,500 di akhir tahun 2011, dengan catatan market dan perekonomian berjalan dengan normal, dan tidak terjadi peristiwa penting yang memiliki pengaruh global. Namun sepertinya terlalu naif kalau kita mengharapkan bahwa kondisi ekonomi, baik ekonomi dunia maupun Indonesia, akan berjalan dengan mulus-mulus saja. Setiap tahunnya, hampir pasti akan terjadi minimal satu peristiwa besar yang bisa menghambat kenaikan harga saham ataupun perekonomian, dan itu bisa terjadi kapan saja. Faktanya, sepanjang tahun 2011 hingga ketika artikel ini ditulis, dunia memang sudah dilanda oleh ‘peristiwa penting’ seperti itu hingga beberapa kali.
Peristiwa pertama adalah tsunami Jepang, yang terjadi tanggal 11 Maret 2011, yang diikuti oleh krisis nuklir. Pasca tsunami, Nikkei sempat anjlok hingga hampir 20% hanya dalam beberapa hari. IHSG mau tidak mau ikut terpengaruh, dan turun dari posisi 3,599 ke 3,484. Padahal ketika itu IHSG baru saja mulai pulih dari koreksi yang terjadi sepanjang Januari – Februari 2011, yang disebabkan oleh keluarnya aliran hot money, yang meracuni bursa sejak September 2010 (mungkin anda tidak setuju dengan kata ‘meracuni’, tapi bagi penulis, kenaikan IHSG yang terlalu cepat adalah sama jeleknya dengan penurunan IHSG secara tiba-tiba, karena dua-duanya sama-sama menguras emosi).
Peristiwa kedua adalah ketakutan pasar global terhadap krisis utang Eropa. Krisis yang terjadi di Yunani sejak tahun 2010 lalu ternyata belum benar-benar selesai, malah mulai menjalar ke Portugal, Spanyol, Italia, Irlandia, Belgia, Inggris, hingga Islandia. Satu-satunya negara di Eropa yang tampak aman dari krisis tersebut hanyalah Jerman. Ribut-ribut soal krisis utang Eropa ini memenuhi media sejak awal Mei hingga minggu ketiga Juni, dan ketika itulah IHSG tertahan di posisi 3,700 – 3,800, dimana IHSG tidak turun, tapi juga tidak naik.
Awal Juli, cerita soal krisis Eropa mendadak menghilang. Diiringi dengan optimisme tinggi terhadap kinerja para emiten pada kuartal II 2011, IHSG meresponnya dengan terus saja naik dari 3,700-an, hingga hampir saja menembus level psikologis baru yaitu 4,200. Namun dunia mendadak dikagetkan peristiwa penting berikutnya yaitu kabar dari AS, yang menyebutkan bahwa utang AS ternyata sama buruknya dengan utang Eropa, atau bahkan lebih buruk, dan berpotensi menghasilkan krisis yang luar biasa besar seandainya mereka benar-benar mengalami default. Setelah S&P mengeluarkan laporan tentang rating downgrade, bursa-bursa saham global pun jatuh, diikuti oleh IHSG. Namun mengingat IHSG sudah naik banyak sebelumnya, maka kurang tepat jika IHSG dikatakan telah jatuh, melainkan hanya kembali ke posisinya semula, yaitu 3,700-an. Hanya memang, penurunnya terlalu cepat dan terlalu tiba-tiba.
Kita tidak pernah tahu bagaimana kelanjutan cerita soal utang AS ini. Tapi yang jelas untuk saat ini, target IHSG 4,500 di akhir tahun 2011 sepertinya cukup sulit untuk dicapai. Masalahnya begini: setelah utang Eropa, kemudian utang AS, siapa yang berani menjamin bahwa tidak akan cerita lanjutannya yaitu Utang Asia? Faktanya Indonesia sendiri memiliki utang cukup besar, yaitu Rp1,700 trilyun, atau mungkin lebih (ada yang bilang Rp1,900 trilyun). Penulis belum mengecek bagaimana posisi utang negara-negara lainnya di Asia, tapi sepertinya hampir semua negara memiliki utang yang cukup besar, entah kepada siapa.
Sebetulnya ketika IHSG terus saja naik hingga menembus 4,100, sebagian investor mulai khawatir kalau-kalau kenaikan IHSG sudah mulai overheated (anda mungkin termasuk salah satu dari investor tersebut). Salah seorang pembaca blog ini bahkan sudah berkali-kali mengingatkan akan resiko overheated tersebut, melalui komentar-komentarnya. Alasannya sederhana: Meskipun kondisi ekonomi dalam negeri masih baik-baik saja, dan rata-rata PER ketika IHSG diatas 4,100 masih cukup wajar yaitu 12 kali, namun tidak pernah ada kabar bahwa krisis utang di Eropa telah benar-benar berakhir. Dan itu menyebabkan kenaikan IHSG tersebut menjadi tidak rasional, karena berlawanan dengan pergerakan bursa global (dalam sebulan terakhir, di Asia cuma IHSG yang terus menguat naik). Yup, berita-berita soal krisis Utang Eropa memang mereda pada awal Juli, namun tidak pernah ada kabar yang dengan secara tegas mengatakan bahwa krisis utang tersebut telah berakhir. It means, berita soal krisis Eropa tersebut bisa muncul kembali sewaktu-waktu. Eh, belakangan yang muncul bukan Eropa, tapi malah lebih buruk yaitu AS.
Karena itulah pada artikel minggu kemarin penulis mengutip kata-kata dari Warren Buffett, ‘Gunakan saja dana yang ada untuk berinvestasi, itupun jangan digunakan seluruhnya.’ Nasihat tersebut biasanya terdengar tidak penting ketika kondisi market sedang bullish, namun baru akan terasa manfaatnya ketika market sedang dalam kondisi berkabung seperti sekarang ini.
But honestly, penulis sendiri tidak pernah mengira kalau S&P akan menurunkan rating AS, hanya beberapa hari setelah Pemerintah AS menyelesaikan negosiasi utangnya. Sebab sebagai lembaga pemeringkat asal AS, S&P sangat jarang menjelek-jelekkan negaranya sendiri. Kondisi market pada saat ini mungkin akan sangat berbeda seandainya S&P nggak ngomong apa-apa. But anyway, itu sudah terjadi, dan kita tidak bisa mengubahnya. Jadi kira-kira untuk saat ini, berapa target IHSG yang lebih realistis? Well, dengan mempertimbangkan kemungkinan bahwa cerita soal utang, utang, dan utang ini tidak akan selesai dalam waktu dekat, maka jika IHSG bisa menyentuh 4,300 pada akhir tahun 2011, itu sudah cukup bagus.
Kabar baiknya, saham-saham yang bagus secara fundamental tidak terlalu terseret oleh pelemahan IHSG, kecuali hanya sedikit. Tunas Baru Lampung (TBLA) contohnya. Berkat kinerjanya yang melejit pada kuartal I 2011 lalu, sahamnya dalam empat bulan terakhir telah mencetak gain 57.1%, dan itu sudah termasuk memperhitungkan penurunan drastis yang terjadi dalam seminggu terakhir, yaitu dari posisi 780 ke posisi 630. Tanpa penurunan tersebut, TBLA seharusnya mencetak gain sekitar 80%. Itu berarti, jika anda sejak awal telah memilih saham-saham yang bagus dan harganya masih wajar, maka koreksi IHSG tidak akan sampai menyebabkan anda mengalami kerugian, kecuali memang keuntungan yang anda peroleh berkurang signifikan. Hal ini tidak terjadi di Nikkei, Hangseng, Dow, atau bursa-bursa saham lainnya, dimana mayoritas investor disana mengalami kerugian, karena bursa-bursa saham tersebut telah turun tanpa menguat terlebih dahulu.
Jadi pesan yang penulis hendak sampaikan di artikel ini adalah, posisi terbaik pada saat ini tentunya adalah posisi diluar market. Tapi kalaupun anda nggak sempat keluar, maka selama anda masih memegang saham-saham yang benar, anda akan baik-baik saja. Just stick on fundamentals, and you’ll be okay.
Ketika artikel ini ditulis, Dow sedikit pulih dengan menguat 2.0%. Mengingat IHSG sudah turun jauh hingga melewati batas support-nya, maka dengan catatan indeks saham regional mendukung, IHSG mungkin akan rebound alias menguat signifikan pada besok Rabu, 10 Agustus 2011. Take the chance, but not too much, as it is still risky.
Komentar
http://www.imq21.com/news/read/40144/20110810/163647/18-Emiten-BUMN-Cetak-Laba-Rp34-370-Triliun-Naik-36-44-.html
Koreksi:
A. S&P rilis pada tanggal 5 AUG 2011 (JUMAT MALAM), setelah bursa US tutup ...
B. Di Indonesia, sudah tanggal 6 AUG 2011 (SABTU PAGI), bukan tanggal 04 AUG 2011 ...
C. Efek downgrade US menghantam bursa kita dan dunia, ada pada hari Minggu (Timur Tengah) dan Senin (07 & 08 AUG 2011)(Dunia)
D. Silahkan pakai logika geografis dan zona waktu ...
http://etradingsekuritas.com/news/stock-news/kondisi-darurat-pemimpin-global-salahkan-sap.html
http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1762848/bursa-asia-jatuh-pascadowngrade-utang-as
Jika "cuma" menguras emosi, masih wajar, yang berbahaya jika sempat "menguras aset"
Jangan lupa, ada faktor "hot money" juga ....
Kode Saham: IHSG + Historical
Jumat 05 AUG 2011, IHSG, Closed: 3,921.6430 Low: 3,866.7120
Senin 08 AUG 2011, IHSG, Closed: 3,850.2660 Low: 3,714.9220
Selasa 09 AUG 2011, IHSG, Closed: 3,735.1190 Low: 3,590.9420
Rabu 10 AUG 2011, IHSG, Closed: 3,863.5760 Low: 3,736.0360
A. Bro teguh, lakukanlah review kembali tentang posisi 3,700-an ...
B. Investor dan trader mana sih yang suka "koreksi mayor bergaya krisis mega kolosal" ???
C. Pendapat aku, IHSG sudah jatuh ke dalam "koreksi mayor bergaya krisis mega kolosal" (arti = koreksi sangat cepat + dalam sekali, disertai panik + takut dan diwarnai aksi forced sells dan short selling dengan indikasi lain seperti bursa dunia "terbakar parah")(ini pendapat pribadi dan review atas indeks-indeks negara ini dan negara lain ketika krisis US Subprime Mortgage)
Tidak ada yang sulit untuk jebol angka keramat IHSG "4,500", jika hot money kumat lagi dan Dow babak belur lagi.
US Downgrade
Ini juga yang membuat gue mulai khawatir sejak 1 Agustus 2011, dan sama seperti lu (TH), gue betul-betul tidak menduga S&P terlalu cepat downgrade US (perhitungan meleset lagi) dan S&P sangat bernyali sekali, sementara 2 lembaga lain tidak ada nyali.
dengan kondisi indeks yang sudah "Full Speed Overheating Growth", apa Lae Teguh yakin, masih ada saham bagus dengan fundamental yang bagus yang masih pada harga wajarnya ?
ASII dari tanggal 01 s/d 09 AGUSTUS 2011, telah jatuh 15.95% hanya dalam 6 hari dan telah melewati ambang batas harga wajar yang telah Lae Teguh tetapkan (koreksi wajar)*** dan sempat menyentuh ambang batas harga wajar terakhir yang telah Lae Teguh tetapkan juga (koreksi cukup dalam)***
*** = e-book LQ 45 Lae Teguh
NB: Untuk ambang batas harga wajar, Lae Teguh memang "best of the best", bahkan bisa kalah analis fundamental sekuritas-sekuritas papan atas !
http://internasional.kontan.co.id/v2/read/1312963805/75106/Standard-Poors-dituntut-ungkapkan-kesalahan-perhitungan-rating
http://economy.okezone.com/read/2011/08/06/213/488911/as-klaim-s-p-salah-hitung-peringkat-utangnya
http://economy.okezone.com/read/2011/08/08/213/489251/warren-buffet-itu-tidak-masuk-akal
Wake Up ...Man...ini bukan masalah QE3...bahkan statement BEAR NANKE yang akan pertahankan interestpun ditanggapi dingin oleh market...
Masa dah lupa sih ini..US kan diambang default..outlook kedepannya masih suram....
Itu baru S& P...bentar lagi bakal disusul Moody's ama Fitch...dijamin efeknya ke market bakalan lebih dahsyat...
Satu lagi klo muncul berita2 negatif disertai penurunan masif pula intinya Big Boss lagi pengen market turun...
ente positif kenapa ?
qe3 biar market naek sekali kali
apa ente tidak mau fulus ?
New 100%
Kesulitan mencari Barang Branded dengan Budget terbatas?Prada,Gucci,dll
BEST OF THE BEST QUALITY KW -Kw High GradeAAA & Limited edition?
lsg aja gan sis-mall.com
-o-GIVE YOU THE BEST-o-