Jasuindo Tiga Perkasa
Di BEI, terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang terbilang unik, dan bisa jadi perusahaan tersebut adalah satu-satunya perusahaan terbuka yang bergerak di bidang itu. Jasuindo Tiga Perkasa (JTPE) adalah salah satunya. JTPE bergerak di usaha penyediaan dokumen niaga yang terintegrasi, mulai dari desain hingga percetakan. Mirip seperti perusahaan percetakaan pada umumnya, namun lebih fokus pada percetakaan dokumen milik perusahaan, termasuk dokumen atau card yang bersifat secure atau confidential.
Di masa lalu, JTPE tidak menarik perhatian investor, karena selain bidang usahanya tidak populer, ukuran perusahaannya relatif kecil. Pada tahun 2006, total aset JTPE hanya 96 milyar. Pada tahun 2010 pun, asetnya masih hanya 236 milyar. Namun pertumbuhan aset JTPE hingga 146.9% dalam lima tahun tersebut menjadi cukup menarik mengingat pertumbuhan tersebut sepenuhnya dicapai dengan cara organik, yaitu diperoleh dari peningkatan modal bersihnya, tanpa dibantu oleh instrumen non organik seperti utang dalam jumlah besar (JTPE memang punya utang bank, tapi nilainya kecil), akuisisi, ataupun right issue, setidaknya dalam 5 tahun terakhir. Dari periode 2006 hingga 2010, ekuitas JTPE naik 173.2%, yang sepenuhnya diperoleh dari peningkatan saldo labanya.
Cerita soal pertumbuhan JTPE tersebut menjadi lebih menarik lagi kalau kita cermati kinerjanya. Pada tahun 2006, JTPE mencatat penjualan dan laba bersih masing-masing 97 dan 2 milyar, masih belum mencolok. Pada 2007, laba bersihnya menjadi 4 milyar, juga masih belum mencolok, namun pertumbuhannya mencapai hampir dua kali lipat. Pada 2008, JTPE berhasil menghiraukan krisis global dan laba bersihnya sekali lagi mampu naik tripel digit menjadi 8 milyar. Pada 2009 dan 2010, JTPE semakin tidak terbendung dan berhasil mencatat laba bersih masing-masing 25 dan 76 milyar. Well, dengan track record semulus itu, wajar jika investor kemudian menjadi penasaran, kira-kira berapa persen lagi kenaikan kinerja yang mampu dicetak JTPE di masa depan? Sebab tak hanya laba bersihnya, penjualan dan laba operasional JTPE juga senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Mungkin benar kata orang: bisnis percetakan itu prospeknya bagus.
Seiring dengan kinerjanya yang mulai menonjol pada tahun 2010, saham JTPE juga mulai naik sejak persis setahun yang lalu. Pada Juni 2010, JTPE masih berada di posisi 400-an. Sekarang? Sudah mantap di posisi 1,600-an, atau sudah naik sampai empat kali lipat (mengingatkan kita dengan INTA). Pada pertengahan Juni lalu, JTPE sempat ikut terseret arus pelemahan IHSG, dan turun ke posisi 1,300-an. Namun dia dengan cepat ter-recovery kembali, karena fundamentalnya memang bagus.
Lalu bagaimana dengan kinerja terakhir JTPE, yaitu pada 1Q11 kemarin?
Sayangnya, pada 1Q11 kinerja JTPE sedikit melambat. Penjualannya turun tipis dari 39 menjadi 32 milyar, alias turun 18.6%. Dan mungkin itulah yang menyebabkan saham JTPE belum mampu naik lagi dalam beberapa bulan terakhir. Tapi kemungkinan besar, penurunan tersebut disebabkan oleh trend tahunan dari kinerja perusahaan, dimana kinerja JTPE baru akan mulai tancap gas pada kuartal II atau III pada setiap tahunnya. Itu tampak dari laba bersihnya yang hanya 2.3 milyar pada 1Q11. Sementara pada 1Q10, laba bersih JTPE juga hanya 1.7 milyar, atau sangat kecil dibanding total laba bersih JTPE pada tahun penuh 2010, yaitu 76 milyar.
Jadi kita bisa mengatakan: Kalau pada kuartal II nanti JTPE mampu menunjukkan kinerja yang kembali tancap gas, dan penulis cukup optimis akan hal tersebut, maka barulah harga sahamnya akan naik kembali. Mungkin paling tidak ke 1,800-an. Namun kalau itu tidak terjadi, kalau kinerja JTPE pada kuartal II masih adem ayem saja, maka saham JTPE tentunya akan tetap bergerak terbatas alias sideways.
Terus gimana dengan valuasi sahamnya? Pada harga saham 1,610, PER JTPE mencapai 57.5 kali. Bukankah itu berarti harga 1,610 tersebut sangat mahal? Kalau dibandingkan dengan rata-rata PER dari seluruh saham di BEI pada saat ini, maka harga JTPE memang mahal. Sangat mahal malah. Namun ada beberapa hal yang perlu kita cermati disini:
Pertama, seperti yang sudah dibahas diatas, JTPE bergerak di bidang usaha yang unik, yang hanya dia sendiri yang bergerak di bidang tersebut. Karena itu, menghitung valuasi harga sahamnya terbilang susah, karena nggak ada pembandingnya. Di koran Investor Daily, JTPE diletakkan satu kelompok dengan perusahaan media dan periklanan, seperti Mahaka (ABBA), Media Nusantara Citra (MNCN), dan Indosiar (IDKM). Tapi JTPE jelas nggak bisa dibandingkan dengan tiga perusahaan tersebut, karena bidang usahanya sama sekali berbeda.
Karena kita gak bisa menilai harga saham JTPE dengan cara membanding-bandingkan dengan saham lain yang bergerak di sektor yang sama, maka cara yang lebih mudah adalah dengan memperhatikan prospek pertumbuhan perusahaannya. Dan seperti yang sudah kita bahas diatas, catatan pertumbuhan JTPE selama ini sangatlah bagus, sehingga otomatis prospeknya cerah. Jadi meskipun dilihat dari PER harga JTPE tampak mahal, namun dari sisi prospek, harga tersebut relatif masih wajar.
Kedua, mahalnya valuasi saham JTPE disebabkan oleh kecilnya perolehan laba bersih perusahaan pada 1Q11, yang kemungkinan besar disebabkan oleh, seperti yang sudah kita bahas diatas, trend kinerja tahunan. Jadi kalau pada kuartal II nanti JTPE kembali mencetak kenaikan laba bersih yang signifikan, maka PER-nya otomatis akan turun drastis. Yup! Kesimpulannya, JTPE ini layak dan masih layak untuk direkomendasikan. Kalau kinerjanya berjalan lancar sesuai prediksi, pada akhir tahun nanti JTPE mungkin akan mencapai 2,000.
Kalau mau lebih amannya, mengingat LK JTPE untuk kuartal II nanti juga belum terbit sehingga kita masih belum tahu apakah kinerjanya akan meningkat sesuai prediksi ataukah tidak, maka sebaiknya anda jangan terburu-buru untuk masuk. Atau, usahakan untuk masuk di harga 1,400-an, sekalian menunggu moment stocksplit dengan rasio 1:5, yang akan digelar perusahaan pada 29 Juli nanti.
PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE)
Rating kinerja pada 1Q11: A
Rating saham pada 1,610: BBB
Di masa lalu, JTPE tidak menarik perhatian investor, karena selain bidang usahanya tidak populer, ukuran perusahaannya relatif kecil. Pada tahun 2006, total aset JTPE hanya 96 milyar. Pada tahun 2010 pun, asetnya masih hanya 236 milyar. Namun pertumbuhan aset JTPE hingga 146.9% dalam lima tahun tersebut menjadi cukup menarik mengingat pertumbuhan tersebut sepenuhnya dicapai dengan cara organik, yaitu diperoleh dari peningkatan modal bersihnya, tanpa dibantu oleh instrumen non organik seperti utang dalam jumlah besar (JTPE memang punya utang bank, tapi nilainya kecil), akuisisi, ataupun right issue, setidaknya dalam 5 tahun terakhir. Dari periode 2006 hingga 2010, ekuitas JTPE naik 173.2%, yang sepenuhnya diperoleh dari peningkatan saldo labanya.
Cerita soal pertumbuhan JTPE tersebut menjadi lebih menarik lagi kalau kita cermati kinerjanya. Pada tahun 2006, JTPE mencatat penjualan dan laba bersih masing-masing 97 dan 2 milyar, masih belum mencolok. Pada 2007, laba bersihnya menjadi 4 milyar, juga masih belum mencolok, namun pertumbuhannya mencapai hampir dua kali lipat. Pada 2008, JTPE berhasil menghiraukan krisis global dan laba bersihnya sekali lagi mampu naik tripel digit menjadi 8 milyar. Pada 2009 dan 2010, JTPE semakin tidak terbendung dan berhasil mencatat laba bersih masing-masing 25 dan 76 milyar. Well, dengan track record semulus itu, wajar jika investor kemudian menjadi penasaran, kira-kira berapa persen lagi kenaikan kinerja yang mampu dicetak JTPE di masa depan? Sebab tak hanya laba bersihnya, penjualan dan laba operasional JTPE juga senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Mungkin benar kata orang: bisnis percetakan itu prospeknya bagus.
Seiring dengan kinerjanya yang mulai menonjol pada tahun 2010, saham JTPE juga mulai naik sejak persis setahun yang lalu. Pada Juni 2010, JTPE masih berada di posisi 400-an. Sekarang? Sudah mantap di posisi 1,600-an, atau sudah naik sampai empat kali lipat (mengingatkan kita dengan INTA). Pada pertengahan Juni lalu, JTPE sempat ikut terseret arus pelemahan IHSG, dan turun ke posisi 1,300-an. Namun dia dengan cepat ter-recovery kembali, karena fundamentalnya memang bagus.
Lalu bagaimana dengan kinerja terakhir JTPE, yaitu pada 1Q11 kemarin?
Sayangnya, pada 1Q11 kinerja JTPE sedikit melambat. Penjualannya turun tipis dari 39 menjadi 32 milyar, alias turun 18.6%. Dan mungkin itulah yang menyebabkan saham JTPE belum mampu naik lagi dalam beberapa bulan terakhir. Tapi kemungkinan besar, penurunan tersebut disebabkan oleh trend tahunan dari kinerja perusahaan, dimana kinerja JTPE baru akan mulai tancap gas pada kuartal II atau III pada setiap tahunnya. Itu tampak dari laba bersihnya yang hanya 2.3 milyar pada 1Q11. Sementara pada 1Q10, laba bersih JTPE juga hanya 1.7 milyar, atau sangat kecil dibanding total laba bersih JTPE pada tahun penuh 2010, yaitu 76 milyar.
Jadi kita bisa mengatakan: Kalau pada kuartal II nanti JTPE mampu menunjukkan kinerja yang kembali tancap gas, dan penulis cukup optimis akan hal tersebut, maka barulah harga sahamnya akan naik kembali. Mungkin paling tidak ke 1,800-an. Namun kalau itu tidak terjadi, kalau kinerja JTPE pada kuartal II masih adem ayem saja, maka saham JTPE tentunya akan tetap bergerak terbatas alias sideways.
Terus gimana dengan valuasi sahamnya? Pada harga saham 1,610, PER JTPE mencapai 57.5 kali. Bukankah itu berarti harga 1,610 tersebut sangat mahal? Kalau dibandingkan dengan rata-rata PER dari seluruh saham di BEI pada saat ini, maka harga JTPE memang mahal. Sangat mahal malah. Namun ada beberapa hal yang perlu kita cermati disini:
Pertama, seperti yang sudah dibahas diatas, JTPE bergerak di bidang usaha yang unik, yang hanya dia sendiri yang bergerak di bidang tersebut. Karena itu, menghitung valuasi harga sahamnya terbilang susah, karena nggak ada pembandingnya. Di koran Investor Daily, JTPE diletakkan satu kelompok dengan perusahaan media dan periklanan, seperti Mahaka (ABBA), Media Nusantara Citra (MNCN), dan Indosiar (IDKM). Tapi JTPE jelas nggak bisa dibandingkan dengan tiga perusahaan tersebut, karena bidang usahanya sama sekali berbeda.
Karena kita gak bisa menilai harga saham JTPE dengan cara membanding-bandingkan dengan saham lain yang bergerak di sektor yang sama, maka cara yang lebih mudah adalah dengan memperhatikan prospek pertumbuhan perusahaannya. Dan seperti yang sudah kita bahas diatas, catatan pertumbuhan JTPE selama ini sangatlah bagus, sehingga otomatis prospeknya cerah. Jadi meskipun dilihat dari PER harga JTPE tampak mahal, namun dari sisi prospek, harga tersebut relatif masih wajar.
Kedua, mahalnya valuasi saham JTPE disebabkan oleh kecilnya perolehan laba bersih perusahaan pada 1Q11, yang kemungkinan besar disebabkan oleh, seperti yang sudah kita bahas diatas, trend kinerja tahunan. Jadi kalau pada kuartal II nanti JTPE kembali mencetak kenaikan laba bersih yang signifikan, maka PER-nya otomatis akan turun drastis. Yup! Kesimpulannya, JTPE ini layak dan masih layak untuk direkomendasikan. Kalau kinerjanya berjalan lancar sesuai prediksi, pada akhir tahun nanti JTPE mungkin akan mencapai 2,000.
Kalau mau lebih amannya, mengingat LK JTPE untuk kuartal II nanti juga belum terbit sehingga kita masih belum tahu apakah kinerjanya akan meningkat sesuai prediksi ataukah tidak, maka sebaiknya anda jangan terburu-buru untuk masuk. Atau, usahakan untuk masuk di harga 1,400-an, sekalian menunggu moment stocksplit dengan rasio 1:5, yang akan digelar perusahaan pada 29 Juli nanti.
PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE)
Rating kinerja pada 1Q11: A
Rating saham pada 1,610: BBB
Komentar
Terima kasih banyak
Nubie
Sehabis Yunani, Terbitlah Portugal, Sehabis Itu, Rontoklah IHSG, Sehabis Itu, Terbit & Terbukalah TMPI (Taman Makam Para Investor), Bagi Investor Yang Terjebak Dan Tidak Sempat Keluar Lagi ....
ASII/GGRM/ITMG, kumat sekaligus, sehingga IHSG bisa jebol level "keramat": 4,000 Pts.
Butuh modal yang luar biasa untuk membuat kumat ASII/GGRM/ITMG sekaligus.
Asing memang luar biasa, mampu COUP DE TAT (kudeta) IHSG ke atas maupun ke bawah.
Beruntunglah para investor dan trader yang ada pegang "ASII/GGRM/ITMG", tinggal panen saja ...
Sekarang, pertanyaan baru, apakah asing dengan kekuatan modal nya dan bandar nya, mampu membuat IHSG bisa jebol level "keramat" berikutnya: 4,500 Pts.
Jadi, Mr. Teguh Hidayat (sang analis kelas berat), mampukah IHSG jebol level "keramat" berikutnya: 4,500 Pts ? Saat ini, IHSG sudah "FULL OVERHEATING GROWTH SPEED" ???
Bisa tolong dianalisakan MEDC ?
Harusnya harga minyak naik kenapa MEDC malah turun terus ?
Saya sendiri menghitung PER JTPE berdarkan laba 2011 (F) 1600/257=6,2x. SANGAT MURAH. Ingat, EPS JTPE 2010 adalah 216. Lihat LK 2010-nya ya
mungkin bisa diperhatikan CAGS Earning 5 taun, revenue growth consistency 5 taun dan earning growth consisteny 5 taun..
@kartiko: MEDC punya proyek besar di libya.. dan tau sendiri kan libya spt apa skrg
@newbie trader: SMSM kinerja 5 taun lumayan konsisten. msh undervalued juga. ROE terus meningkat.. discl on..