Bumi Resources: Never Ending Stories

Bumi Resources (BUMI) mencatat laba bersih komprehensif US$ 101 juta pada kuartal pertama 2011 lalu, turun 31.2% dibanding periode yang sama tahun 2010. Meski laba bersihnya turun, namun pendapatan serta laba operasionalnya masih meningkat, sehingga beberapa orang mungkin tetap bisa mengatakan bahwa BUMI ini masih menarik. Apalagi ROE BUMI masih cukup tinggi yaitu 30.7%. Namun, bukan itu yang akan kita bahas disini.

Kita tahu bahwa BUMI merupakan induk dari Bumi Resources Minerals (BRMS), dengan porsi kepemilikan 87%, dan sisanya dipegang investor publik. Sementara BRMS adalah pemilik dari 24% saham PT Newmont Nusa Tenggara. Dengan demikian, BUMI merupakan pemilik tidak langsung dari Newmont, dengan kepemilikan bersih 15.7%. Pada kuartal I 2011, BUMI kebagian bagian laba bersih sebesar US$ 41 juta dari Newmont. Pada catatan laba rugi perusahaan, uang US$ 41 juta tersebut dimasukkan sebagai laba bersih dari perusahan asosiasi. Seandainya tidak ada laba bersih dari Newmont tersebut, maka laba bersih komprehensif BUMI hanya akan menjadi US$ 60 juta, bukan US$ 101 juta, alias tergerus hingga lebih dari 40%.


Kalau kita cek kembali laporan keuangan BUMI, maka laba bersih komprehensif BUMI yang US$ 101 juta tadi sebenarnya tidak nyata, bahkan meskipun sudah ditambah laba bersih dari Newmont. Perhitungannya begini: laba operasional BUMI tercatat US$ 219 juta. Untuk membayar beban non operasional yaitu bunga pinjaman dan pajak, BUMI harus mengeluarkan total US$ 271 juta, atau lebih besar dari laba operasionalnya. Artinya? laba bersih BUMI seharusnya minus US$ 52 juta alias rugi. Beruntung, BUMI ‘ditolong’ oleh tiga macam laba non operasional, yaitu laba dari transaksi derivatif sebesar US$ 106 juta, laba dari perusahaan asosiasi termasuk Newmont sebesar US$ 43 juta, hingga laba dari selisih kurs sebesar 62 juta (sehingga totalnya US$ 202 juta). Alhasil laba bersih BUMI menjadi positif kembali. Namun kita tentu tahu bahwa dari tiga laba non operasional tersebut, hanya laba dari Newmont yang bersifat nyata (ada uangnya). Sementara laba dari transaksi derivatif dan selisih kurs hanya bersifat pembukuan. Jadi pada akhirnya, BUMI tetap mencatat kerugian.

Nah, dari sini kita dapat melihat bahwa Newmont berperan cukup penting dalam menjaga laba bersih BUMI agar tetap positif. Sebab Newmont ini, meskipun hanya menghasilkan US$ 41 juta atau lebih kecil dari hasil transaksi derivatif dan selisih kurs sebesar masing-masing US$ 106 dan 62 juta, namun uang US$ 41 juta tersebut bersifat nyata, bukan hanya berupa pembukuan. Bagi investor publik pemegang saham BUMI, laba dari Newmont tersebut-lah yang benar-benar bisa dicairkan dalam bentuk dividen, sebagai buah dari investasi mereka di BUMI.

Namun sepertinya, kedepannya BUMI tidak akan lagi menikmati bagian laba bersih dari Newmont.

Beberapa waktu lalu, para pemegang saham BUMI setuju untuk menyerahkan 75% saham BRMS ke Vallar Investment (anak usaha dari Bumi Plc, terdaftar di Bursa London, Inggris). Sebagai gantinya, BUMI memperoleh convertible bonds senilai US$ 2.07 milyar, dengan tenor 6 tahun, dan bunga 2% per tahun. Jadi Bumi Plc membeli saham BRMS dari BUMI menggunakan utang, dimana BUMI tidak memperoleh US$ 2.07 milyar tadi, melainkan hanya ‘dititipi’. BUMI hanya akan menerima bunga sebesar 2% x US$ 2.07 milyar = US$ 41.4 juta per tahunnya, hingga tahun 2017. Sebagai gantinya, BUMI akan kehilangan bagian laba bersih dari Newmont, karena BUMI tidak lagi memegang saham BRMS.

Sekarang mari kita berhitung. Diatas kita sudah menyebutkan bahwa BUMI akan menerima US$ 41.4 juta per tahun dari convertible bonds yang dia pegang. Sementara pada kuartal I 2011 lalu, BUMI memperoleh US$ 41 juta dari Newmont, atau jika disetahunkan, BUMI akan memperoleh US$ 165 juta dari Newmont per tahun. Sekarang pakai logika saja: Anda pilih mana? laba bersih US$ 41.4 juta, atau US$ 165 juta? Jelas yang kedua bukan? Tapi faktanya, BUMI ternyata lebih memilih yang pertama. Jadi jelas bahwa dengan adanya transaksi penukaran saham BRMS dengan convertible bonds tadi, BUMI telah dirugikan. Sementara Bumi Plc yang listing di London sana ketiban untung besar.

Okay, BUMI memang tidak kehilangan potensi pendapatan US$ 165 juta dari Newmont secara keseluruhan, karena BUMI hanya menyerahkan 75% saham BRMS ke Bumi Plc, sehingga BUMI masih punya sisa 12% (awalnya kan BUMI memegang 87% saham BRMS). Jadi potensi keuntungan per tahun dari Newmont yang diserahkan BUMI ke Bumi Plc adalah US$ 165 juta x 75 / 86 = US$ 142.2 juta 'saja'. But still, jumlah tersebut masih jauh lebih besar dibanding US$ 41.4 juta bukan?

Lantas siapa pemilik dari Bumi Plc? Ya Bakrie juga. Bumi Plc adalah hasil dari tukar guling saham Vallar Plc milik Nathaniel Rothschild, dengan saham BUMI milik Grup Bakrie, dimana Mr. Nathaniel memperoleh 25% saham BUMI, sementara Grup Bakrie memperoleh sekian persen saham Vallar Plc (yang kemudian berubah nama menjadi Bumi Plc). Jadi transaksi penukaran saham BRMS dengan convertible bonds yang sudah kita bahas diatas, salah satunya mungkin dimaksudkan untuk memindahkan laba bersih yang BUMI peroleh dari Newmont, ke Inggris sana (entah apa tujuannya?). Sebab isinya BRMS ya cuma Newmont, ga ada lagi.

Dari sini, maka sekarang kita tahu salah satu hal yang membuat laporan keuangan BUMI nggak pernah beres, meskipun perusahaannya sebenarnya sangat-sangat bagus. Duit US$ 142.2 juta itu gede banget lho. Baiklah, BUMI mungkin masih bisa mencatat untung meski Newmont dilepas, tapi buat apa juga kalau untung tersebut sifatnya cuma di pembukuan?

Manajemen BUMI mengatakan bahwa pelepasan saham BRMS ke Bumi Plc akan mengurangi beban bunga dan pokok utang, termasuk beban pajak atas bunga tersebut, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laba bersih BUMI. Argumen tersebut mungkin didasarkan pada rencana BUMI yang akan menggunakan convertible bonds yang dia pegang untuk membayar atau menunda pembayaran utang kepada para kreditornya, setidaknya hingga tahun 2017, sehingga beban bunga utang BUMI akan berkurang. Rencana tersebut cukup masuk akal, sebab convertible bonds tersebut setara dengan 37.7% saham Bumi Plc. Artinya, kreditor atau bank yang menerima jaminan convertible bonds tersebut berpeluang untuk memperoleh keuntungan dari fluktuasi harga saham Bumi Plc di London sana (saham Bumi Plc sempat melejit dari posisi £900 ke posisi £1,400-an hanya dalam enam bulan yaitu dari November 2010 ke April 2011, sebelum sekarang turun kembali ke posisi £1,120, gooreeeng maang!), sehingga mereka mungkin saja gak akan keberatan meski cuma dapat bunga 2% per tahun. Jadi ya baguslah kalau memang seperti itu rencananya.

Tapi kalaupun rencana tersebut jadi dilaksanakan, apakah hasilnya cukup sepadan untuk menutupi hilangnya kontribusi pendapatan dari Newmont? Kita lihat saja nanti.

Tambahan. Mungkin ada temen2 investor yang punya pendapat seperti ini: Daripada mengharapkan bagian laba bersih dari Newmont yang tidak pasti, masih lebih baik dapat US$ 2.1 milyar convertible bonds plus bunganya sebesar US$ 41.4 juta yang sudah pasti akan diperoleh setiap tahunnya bukan? Lagipula bukannya cadangan emas Newmont di tambang Batu Hijau sudah menipis? Bener gak sih kalau BUMI pada 1Q11 kemarin memperoleh US$ 41 juta dari Newmont? Oke, mari kita cek.

BUMI memang memegang convertible bonds senilai US$ 2.1 milyar, atau lebih dari 3 kali lipat nilai investasi BUMI di Newmont. Namun US$ 2.1 milyar tersebut hanyalah angka diatas kertas, bukan uang tunai. Analoginya begini: Anda membeli mobil dari dealer mobil milik anda sendiri. Mobil tersebut harganya 200 juta, dan anda membelinya bukan pake duit, melainkan pakai surat perjanjian utang yang anda katakan nilainya mencapai Rp1 milyar. Lalu kenapa kok si dealer mobil mau menerima surat perjanjian tersebut? Ya karena pemilik dealer itu kan anda juga.

Soal informasi bahwa BUMI menerima bagian laba bersih dari Newmont sebesar US$ 41 juta sepanjang 1Q11 (jadi bukan 1 bulan, tapi 3 bulan) bisa dilihat di LK BUMI periode 1Q11 halaman 81. Dan soal informasi yang menyebutkan bahwa tambang milik Newmont yang di Batu Hijau katanya sudah menipis cadangan emasnya, itu memang benar. Namun Newmont sudah menemukan tambang emas baru di Elang, Sumbawa. Lihat beritanya disini. Kalau Newmont ini sudah 'habis', gak mungkin lah Bakrie kemarin ngotot buat mengambil 7% sahamnya. Malah mungkin kalau bisa, Bakrie akan berusaha untuk menguasai Newmont secara penuh, sama seperti dulu mereka berhasil mengambil alih Kaltim Prima Coal (KPC) secara penuh dari Rio Tinto.

Komentar

Anonim mengatakan…
Bakrie..Dari Indonesia go to London..kisah yg mengesankan..
Kevin mengatakan…
Pak Teguh. Saya kok punya pendapat agak lain ya.

Grup Bakrie beli NNT total USD 800sekian juta. Nah, sekarang dengan menerbitkan convertible note sebesar USD 2.1 milyar sudah untung hampir 300%. Memang itu bukan untung di depan mata, tapi setidaknya BUMI bisa dapet cash dari kreditor paling tidak USD 2.1 milyar juga. Selain itu, apa benar NNT mambagikan deviden sebesar USD 41 juta per bulannya? Saya coba cek untuk info ini kok susah sekali. Produksi NNT juga mengalamni masa penurunan sekarang, maklum cadangan emas dan tembaganya terus merosot karena tidak ditemukannya cadangan baru. Laba bersih dapat naik jika harga emas dan tembaga di market juga naik. Kita semua tidak dapat memprediksi apa yang terjadi di depan. Oleh sebab itu, laba yang pasti dari bunga obligasi, sebesar USD 41.4 juta tentu lebih bermanfaat. Setelah obligasi konversi jatuh tempo, bumi juga berpotensi mendapatkan capital gain yang besar dari selisih harga BUMI,plc (maklum, ada potensi digoreng ama koki pro, om Bakrie. Ini sekedar pendapat saya dan jujur saya tidak mempunyai saham B7 1 lot pun. Udah trauma..hehehe
Alexander mengatakan…
Manuver Bakrie bikin kepala pusing..
Anonim mengatakan…
Bakrie.. cpd..
iefung mengatakan…
Pak, bisa tolong dibahas tentang BISI? kenapa harganya bisa turun drastis banget dari angka dua ribuan sampe sekarang tinggal seribu sekian. thx.
Keneisha mengatakan…
Manuver Bakrie bikin repot, tapi setidaknya BUMI masih saham yang liquid, dan berpotensi membukukan gain, ditengah fluktuasi harganya.
Anonim mengatakan…
Hmmm,

Terjawab, kenapa banyak Manajer Investasi terutama MI asing yang melepas kepemilikan saham BUMI ini di portfolio mereka.
Anonim mengatakan…
kenapa tdak ada kabar tidak jdinya karantina ke nomor yg di sms dl...
tiwas kluar kerja bulan kmren...
jnji2 gk ad bukti

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?