Salim Ivomas Pratama

Setelah sukses menjaring sekitar Rp6 trilyun dari market beberapa waktu lalu melalui IPO Indofood CBP (ICBP), Grup Salim kembali meng-IPO-kan salah satu anak usaha dari Indofood (INDF), yaitu Salim Ivomas Pratama (SIMP). Kita tahu bahwa meski IPO ICBP berjalan sukses bagi Grup Salim, tapi mungkin bagi para pembeli sahamnya, IPO itu justru gagal menambah nilai portofolio mereka, dimana saham ICBP sempat turun ke 4,300-an (meskipun sekarang udah balik lagi ke 5,000-an). Lalu apakah SIMP juga bisa mengalami hal yang sama?

SIMP adalah salah satu anak usaha terbesar milik INDF, yang bergerak di bisnis kelapa sawit yang terintegrasi, mulai dari perkebunannya hingga produk turunan CPO, seperti margarin, lemak nabati, dan minyak goreng. Anda tentu hafal dengan PP London Sumatra (LSIP), salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di BEI. Nah, SIMP ini adalah induk dari LSIP. Jadi bisa dikatakan bahwa SIMP ini isinya adalah LSIP, plus beberapa perusahaan di bidang pengolahan CPO menjadi produk turunannya. Selain bisnis kelapa sawit, SIMP juga punya bisnis di perkebunan karet dan tebu, dan produk turunannya. Tapi jumlahnya gak begitu banyak.


Jika dianalogikan, SIMP ini sama seperti Global Mediacom (BMTR), yang berisi Media Nusantara Citra (MNCN) plus beberapa perusahaan Grup Bhakti lainnya yaitu MNC SkyVision (penyedia televisi berbayar Indovision), dan Infokom Elektrindo. Sementara BMTR sendiri adalah anak usaha dari Bhakti Investama (BHIT). Jadi bisa dikatakan bahwa ketiga perusahaan tersebut (BHIT, BMTR, dan MNCN) sebenarnya merupakan perusahaan yang sama. Hanya saja perusahaan yang menjadi induk dari perusahaan lainnya, biasanya memiliki bidang usaha yang lebih luas.

Balik lagi ke SIMP. Urutan kepemilikan SIMP adalah sebagai berikut: Grup Salim punya perusahan di Hongkong dengan nama First Pacific Ltd (FPL). FPL adalah induk dari INDF, yang merupakan induk dari SIMP. Dan SIMP adalah induk dari LSIP. Jadi urutan ‘silsilahnya’ adalah sebagai berikut: FPL – INDF – SIMP – LSIP. FPL ini listing di bursa Hongkong, sementara anak, cucu, dan cicitnya listing di BEI. Selain Indofood, FPL juga menjadi induk bagi tiga perusahaan milik Grup Salim di Filipina, yaitu Philippine Telecom, Metro Pacific, dan Philex Mining Corp.

Lalu bagaimana prospeknya kalau kita berinvestasi pada perusahaan seperti SIMP ini? Apa bedanya dibanding kalau kita invest pada INDF atau LSIP? Ini jawabannya: Semakin luas bidang usaha sebuah perusahaan yang akan anda beli sahamnya, maka semakin banyak yang harus anda pelajari sebelum memutuskan untuk membeli sahamnya. Untuk invest di saham INDF, anda harus mengerti bisnis perkebunan kelapa sawit, CPO dan produk turunannya, tepung terigu, mie instan, makanan bernutrisi, bumbu penyedap, susu, gula, kecap, dan seterusnya. Sementara kalau anda invest di LSIP, anda cukup mengerti soal perkebunan kelapa sawit, karena hanya itulah bidang yang digeluti LSIP. Kalau SIMP? Ya perkebunan kelapa sawit plus CPO dan produk turunannya. Dan jangan lupakan bisnis perkebunan karet dan tebu.

Intinya, semakin fokus bidang usaha sebuah perusahaan, maka itu semakin baik karena resiko usahanya menjadi lebih teridentifikasi. Kalau anda invest di LSIP, maka resiko investasi anda terbatas pada seputar perkebunan kelapa sawit. Sementara kalau anda invest di SIMP, maka resiko investasi anda juga meliputi resiko pada bisnis minyak goreng dan margarin. Simpelnya begini: kalau harga CPO turun, maka pendapatan LSIP dan SIMP akan sama-sama tertekan. Sementara kalau harga margarin yang turun, maka yang akan kena imbasnya cuma SIMP, sedangkan LSIP kemungkinan besar akan aman-aman saja.

Tapi terlepas dari hal diatas, semuanya balik lagi ke fundamental. Dan fundamental SIMP terbilang cukup baik. ROE-nya pada kuartal I 2011 mencapai 27.5%, hasil dari laba bersihnya yang mencapai 689 milyar, naik hampir dua kali lipat dibanding kuartal I 2010. Thanks to harga CPO yang sempat melambung tinggi pada awal tahun 2011 lalu. Dan berbeda dengan neraca ICBP yang seperti dijejali utang, utang SIMP gak terlalu besar dibanding ekuitasnya, yaitu 11.4 berbanding 10.4 trilyun. Mengingat market sendiri lagi kondusif, maka SIMP berpeluang untuk naik pada hari perdagangan pertamanya, sama seperti yang dialami HD Finance (HDFA) yang listing perdana pada hari ini. Sementara peluangnya untuk terus naik dalam jangka panjang, atau paling tidak jangka menengah? Ya tergantung harga sahamnya. Kalau mahal, maka SIMP ini mungkin saja bisa bernasib sama dengan ICBP: turun sejenak ke posisi harga wajarnya, sebelum kemudian naik kembali.

Lalu dana hasil IPO-nya akan dipakai buat apa? Ini datanya: 40% dana IPO untuk bayar utang, 50% untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, dan 10% untuk mengembangkan bisnis produk turunan CPO. Kalau melihat data tersebut, maka dua perusahaan milik Grup Salim lainnya yaitu INDF dan LSIP, akan menerima keuntungan substansial. INDF akan menerima tambahan modal dan pengurangan utang, sementara LSIP memperoleh dana segar untuk ekspansi.

Terkait LSIP, IPO SIMP ini mungkin memang bertujuan untuk ngasih modal ke LSIP, untuk membuka lebih banyak perkebunan kelapa sawit. Kalau anda baca-baca berita soal CPO, industri CPO di Indonesia pada saat ini sedang ‘diganggu’ oleh permintaan dari negara-negara tujuan ekspor, yang meminta agar CPO yang dihasilkan termasuk produk turunannya bersifat green, alias tidak merusak lingkungan. Sementara kalau sebuah perusahaan membuka lahan untuk membangun perkebunan kelapa sawit, mau gak mau harus membabat hutan, atau dengan kata lain merusak lingkungan. Mereka sebenarnya bisa saja menanam kembali pohon sawit pada lahan yang sudah ada, tapi biayanya lebih besar ketimbang membuka lahan baru. Mungkin, dengan tambahan modal ini nantinya LSIP bisa membuka kebon sawit baru, tanpa perlu membabat hutan. LSIP memang menjual seluruh CPO-nya ke pasar domestik, namun SIMP menjual minyak goreng dan margarin ke seluruh dunia.

Atau, mungkin juga dana hasil IPO SIMP ini nantinya akan digunakan untuk meningkatkan kembali kepemilikan SIMP atas LSIP. Beberapa waktu lalu, Grup Salim menjual cukup banyak saham LSIP, sehingga kepemilikan SIMP atas LSIP berkurang dari 65.6% menjadi tinggal 59.9%. Kalau gak salah waktu itu Grup Salim lagi butuh duit untuk membeli sebagian saham Indocement (INTP), perusahaan semen yang dulunya dimiliki oleh mereka.

Apapun itu, kita sebagai orang luar tentunya cuma bisa menebak-nebak. Yang tahu persis yang mereka sendiri. Anyway kabar baiknya, harga IPO kali ini relatif murah. Pada harga Rp1,060 – 1,700 per lembar saham, SIMP akan mencetak PER 6.1 – 9.8 kali. Sepertinya Grup Salim sadar betul bahwa jika berkaca pada IPO ICBP dulu, investor kemungkinan akan jadi nggak berminat kalau harga IPO SIMP ini ditetapkan terlalu tinggi, sehingga nasib SIMP ini bisa saja berakhir seperti Garuda kemarin: nggak laku. Tapi kalau harganya segitu sih, saham SIMP kemungkinan besar akan langsung diserap habis oleh para investor. Dan kecil kemungkinannya bisa turun seperti yang dialami ICBP. So, dibanding dengan beberapa IPO lainnya sepanjang tahun 2011 ini, maka IPO SIMP boleh dikatakan merupakan IPO yang paling menarik, baik dari sisi harga saham maupun kualitas fundamental perusahaannya.

Kalau untuk long term, maka anda masih harus menunggu catatan kinerja SIMP pada periode berikutnya. Pada 1Q11, kinerja SIMP memang melonjak tajam sehingga harga sahamnya menjadi murah kalau dilihat dari sisi PER. Namun melonjaknya kinerja SIMP ketika itu, dan juga perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya, lebih karena ditopang oleh kenaikan harga CPO yang sempat menyentuh RM3,800 per ton pada awal tahun 2011 lalu. Sementara pada saat ini, harga CPO sudah balik lagi ke RM3,200-an per ton. Jadi anda tetap harus hati-hati.

Salim Ivomas Pratama
Rating Kinerja pada 1Q11: AA
Rating saham pada 1,060: AA

Komentar

luffy mengatakan…
mantap pak teguh, terima kasih..
Guess mengatakan…
Dear pak teguh, sebelumnya saya pernah membaca artikel bapak tentang bagaimana cara membaca laporan keuangan dan analisa fundamental, namun sekarang saya tidak bisa menemukannya lagi. Kalau bapak berkenan saya minta link-nya dong. Terima kasih banyak.
Anonim mengatakan…
Wah, makasih banget sudah menuhin request-ku untuk membahas perusahaan ini.
Anonim mengatakan…
Seperti biasa bahasan yang disampaikan menambah wawasan pembacanya. GOOD !!!
Pak Tolong dibahas juga BUANA LISTYA TAMA (BULL) kan mau IPO 20 Mei ini.
Thanks Before.
Alexander mengatakan…
Pak Teguh,

Saya perhatikan ASGR dalam 30 hari ini naik pesat (dari 700-an jadi 100-an)

Kenapa ya?
Mohon pencerahannya..
Keneisha mengatakan…
Bang Teguh, mengapa sampai saat ini rencana IPO infomas pratama tidak ada pengaruh yang cukup signifikan terhadap ICBP ? mohon penjelasannya.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?