Review Perbankan

Sampai dengan hari ini, IHSG tetap saja bergerak terbatas di level 3,400-an, dan belum naik-naik lagi. Salah satu penahannya seperti yang sudah kita bahas tempo hari, adalah inflasi. Dan salah satu sektor yang harga sahamnya masih cukup tertekan karena masalah inflasi ini adalah sektor perbankan. Padahal secara fundamental, rata-rata emiten perbankan mencatat kinerja yang cukup baik. Pertanyaannya tentu, gimana sih kinerja mereka pada full year 2010 lalu? Apakah memang beneran jadi jelek karena inflasi tadi, ataukah nggak?

Para emiten perbankan memang baru beberapa yang sudah merilis laporan keuangan full year 2010 (LK FY10). Sisanya mungkin baru akan merilisnya pada akhir Februari nanti, karena masih menunggu proses audit. Namun otoritas perbankan di Indonesia yaitu Bank Indonesia (BI), sudah merilis statistik dasar terkait kinerja perbankan umum untuk tahun 2010. Dan sekilas, datanya cukup bagus. Mari kita cek satu per satu.

Pada tahun 2010, total aset bank diseluruh Indonesia tercatat Rp3,009 trilyun. Angka tersebut tumbuh 18.7% dibanding 2009. Pertumbuhan 18.7% tersebut lebih tinggi dibanding 2009 lalu, yang hanya tumbuh 9.7% dibanding 2008. Apa itu artinya? Tergantung dua hal. Pertama, pertumbuhan tersebut berarti positif kalau memang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga signifikan. Kedua, pertumbuhan tersebut tidak berarti apa-apa, kalau hanya dipicu oleh tingginya inflasi (jadi aset para bank tidak sungguh-sungguh tumbuh, melainkan hanya didorong oleh inflasi. Atau memang tumbuh, tapi pertumbuhan secara riil-nya gak sebesar itu).

Oke, kita lihat datanya. Kabar baiknya, pada akhir tahun 2010, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi 6.1%, naik cukup banyak dibanding periode yang sama pada tahun 2009, yang hanya 4.5%. Kabar buruknya, pada akhir tahun 2010, tingkat inflasi Indonesia tercatat 7.0%, naik sangat banyak dibanding 2009 sebesar 2.8%. Mari kita hitung (secara kasar aja, biar gampang): Pada 2010, aset bank naik 18.7%. Dikurangi inflasi 7.0%, hasilnya adalah 11.7%. Sementara pada 2009, aset bank naiknya 9.7%. Dikurangi inflasi 2.8%, hasilnya adalah 6.9%. Kesimpulannya, meski inflasi memang berpengaruh buruk, namun pertumbuhan aset bank secara riil-nya pada periode 2009 – 2010 masih meningkat cukup banyak dibanding pada 2008 – 2009, yaitu 11.7% berbanding 6.9%. Dari sini kita bisa menilai bahwa meski sedikit dihantui oleh inflasi, namun para bank masih mencatat pertumbuhan yang positif,. Thanks to catatan pertumbuhan ekonomi 2010, yang meski gak terlalu besar namun masih lumayan baik.

Terus sepanjang 2010 lalu, bagaimana dengan pertumbuhan penyaluran kredit? Ternyata cukup signifikan, mencapai 19.0% dibanding 2009. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding 2009 - 2008, yang hanya 10.0%. Bagi bank, semakin besar jumlah kredit yang dikucurkan, maka semakin baik, karena biasanya itu berarti pendapatan bunga mereka juga akan semakin besar. Namun bagi ekonomi makro, tingginya kredit yang disalurkan ke masyarakat bisa berarti dua hal:

Pertama, kalau kenaikan kredit lebih banyak terjadi pada kredit investasi (misalnya pengusaha minjem duit ke bank buat bikin pabrik), maka dampaknya bagus buat pertumbuhan ekonomi. Tapi kalau kenaikan kredit lebih banyak terjadi pada kredit konsumsi (misalnya orang ngajuin kredit tanpa agunan buat beli motor), maka dampaknya akan menaikkan inflasi. Mengingat pada 2010 lalu kenaikan inflasi lebih menonjol daripada kenaikan pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan penyaluran kredit hingga 19.0% tersebut sepertinya lebih banyak pada kredit konsumsi.

Dan mengingat bahwa inflasi yang terlalu tinggi akan berpengaruh negatif pada kinerja bank, maka pertumbuhan kredit yang cukup menonjol tersebut justru berpotensi memberikan dampak negatif pada kinerja bank. Benarkah? Mari kita lihat. Sepanjang 2010, seluruh bank-bank di Indonesia mencatat total laba bersih Rp57 trilyun, hanya tumbuh 26.7% dibanding 2009 yang mencapai Rp45 trilyun. Sementara catatan laba bersih para bank di 2009 tumbuhnya sampai 47.7% dibanding 2008.

Kabar baiknya, meski para bank mencatat pertumbuhan laba bersih yang lebih kecil pada tahun 2010 ini, namun kalau dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan laba bersih bank dalam lima tahun terakhir yaitu 20.5%, maka pertumbuhan 26.7% tersebut tentunya masih cukup baik. Jadi bisa kita simpulkan: pertumbuhan kredit yang cukup signifikan pada 2010 tidak berpengaruh positif pada kinerja bank karena terdapat efek inflasi, dimana pertumbuhan laba bersih bank jadi tidak sebesar tahun lalu. Namun secara overall, pertumbuhan laba bersih bank pada tahun ini masih cukup baik.

Okay. Kita sudah mereview perbankan dari sisi aset, kredit, dan laba bersih. Dan semuanya menunjukkan pertumbuhan yang bagus, bahkan setelah dengan mempertimbangkan faktor ekonomi makro. Berikutnya? Modal! Dan cara paling gampang untuk melihat kondisi permodalan perbankan adalah dengan melihat CAR mereka (Capital Adequacy Ratio, alias rasio kecukupan modal).

Total CAR pada 2010 adalah 17.2%, sedikit turun dibanding 2009 lalu yang tercatat 17.4%. Secara umum, dalam lima tahun terakhir CAR para bank memang terus turun. Pada 2006 lalu, total CAR masih bertengger di angka 21.3%. Wah, itu berarti para bank modalnya semakin seret, gawat dong? Memang gawat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, para bank hampir selalu fokus pada peningkatan aset dan penambahan jumlah nasabah, tanpa memperhatikan permodalan mereka. Dan hasilnya memang lumayan. Dalam 5 tahun terakhir (sejak 2006), total aset seluruh bank tumbuh hingga 77.6%, yang terutama ditopang oleh pertumbuhan DPK. Sementara modal mereka kemungkinan naiknya tidak terlalu signifikan (tidak ada data persisnya), karena emiten bank termasuk rajin bagi-bagi dividen, sehingga bagian laba bersih yang disimpan untuk menaikkan modal menjadi hanya sedikit.

Tapi untungnya, belakangan ini beberapa bank mulai berbenah untuk menaikkan modal mereka masing-masing, terutama dengan cara right issue, dalam rangka menaikkan CAR mereka kembali. Jadi untuk tahun depan, kemungkinan besar CAR para bank akan membaik. Beberapa bank lainnya seperti Bank BTN (BBTN), juga sudah merencanakan right issue dalam jangka panjang. That’s good news.


Selain CAR, indikator yang juga penting untuk dicek adalah NIM dan NPL, alias rasio pendapatan dibanding aset, dan rasio kredit macet (kalau BOPO dan LDR sih, bagi penulis pribadi gak begitu penting). Pada 2010, total NIM seluruh bank di Indonesia adalah 5.7%, hampir gak berbeda sama sekali dengan tahun-tahun sebelumnya, jadi no comment untuk NIM ini. Sementara NPL? Tercatat 2.6%. Menariknya, angka ini turun cukup banyak dibanding 2009, yang tercatat 3.3%. Dan dalam lima tahun terakhir juga kecenderungannya selalu turun. Artinya, dari waktu ke waktu para bank semakin baik dalam me-manage kredit yang mereka salurkan. Dengan berkurangnya jumlah kredit macet, maka laba bersih para bank tentunya dapat terus meningkat.

Finally, semuanya tampak bagus. Tapi itu kan tahun 2010, alias kemarin. Lalu bagaimana prediksinya dengan tahun 2011 ini? Kalau buat penulis sih simpel aja. Pada 2010 lalu, para bank masih bisa mencatat kenaikan laba yang lumayan meski dihajar habis-habisan oleh inflasi. Sedangkan pada saat ini, BI sudah kembali menaikkan BI rate dari 6.50% ke 6.75%, setelah sekitar satu setengah tahun gak naik-naik. Artinya, ada harapan besar bahwa tingkat inflasi pada tahun ini akan tertekan. Jadi dengan catatan pertumbuhan ekonomi tidak ikut tertekan, maka para bank bisa mencatat kinerja yang lebih baik lagi pada tahun ini.

Saat ini, saham-saham perbankan masih tertekan karena data inflasi terbaru (yang diharapkan akan membaik) masih belum keluar. Data terakhir masih per Januari lalu, yaitu 7.02%. Beberapa analis memprediksi bahwa tingkat inflasi pada februari ini akan turun ke kisaran 5 – 6%. Mudah-mudahan saja prediksi tersebut tepat.

Catatan: Seluruh data yang terdapat di artikel ini berasal dari BI, dan disajikan kembali oleh koran Investor Daily per tanggal 21 Februari 2011.

Indosiar – SCTV

Salah satu hot news yang beredar di market baru-baru ini adalah berita soal merger-nya Indosiar (IDKM) dengan Surya Citra Media (SCMA). Bagaimana prospeknya? Barusan penulis cek kinerja mereka per kuartal III 2010, dan hasilnya mereka berdua cukup bagus secara fundamental. Namun sayangnya harga mereka sudah kemahalan. Merger ini justru menjelaskan, kenapa harga IDKM dan SCMA terus saja naik dalam setahun terakhir (rupanya karena akan dimerger toh). Setahun yang lalu, harga IDKM dan SCMA masing-masing masih berada di 115 dan 800. Sekarang? Sudah menembus 1,010 dan 3,800. Jadi kalau baru masuk sekarang, sepertinya agak terlambat.

Tapi baik IDKM maupun SCMA pasti akan bergerak fluktuatif dalam beberapa hari kedepan karena kabar ini. Jadi kalau anda berani berspekulasi sih silahkan saja.

Komentar

Anonim mengatakan…
Om Teguh,,, ebook nya gk jd kluar tggl 20Feb ya??
pdahl udh dtggu2 lo..
Arie mengatakan…
Jangankan pemirsa yg nunggu e-book, lha om Teguh yang bikin nya aja masi nunggu keluarnya laporan keuangan akhir Februari.
Bagi si om, pasti nunggu laporan keluar itu lebih berat penantian nya dari kita-kita, jadi sabar aja hehe....
Anonim mengatakan…
kayaknya perbankan jelek banget deh...liat aja kondisi krisis di Timur Tengah yang tentunya bikin minyak gak stabil, minyak gak stabil berdampak pada inflasi dan uncertainty dan pada akhirnya berdampak pada suku bunga yang tinggi yang menekan saham perbankan...yah jelas aja saham perbankan turun, toh kemaren aja tahun 2010 mereka udah naik gila2an...gak logis kalo tetap naik...investor pada ga rasional kalo mau beli harga mahal.
budinyoto mengatakan…
Kalau para investor besar (institusi) masiih mau pegang saham bank dalam portofolio mereka tahun ini, sedangkan inflasi akan terus membayangi pertumbuhan ekonomi, maka mereka kemungkinan besar sengaja berupaya menurunkan harga saham bank terlebih dulu hingga benar-benar murah diukur dari target return yang akan mereka capai.
AGUNGNC mengatakan…
aaa
Anonim mengatakan…
selama ini yang bikin saham saham bluechip naek kan hot money, simple aja selama mereka blom kembali lagi ke sini ya ga bakalan naek lagi, dan sepertinya hingga saat ini saat PE nya udah murah sekalipun mereka masih belom balik malahan masih nett sell pelan pelan...artinya dengan kisaran hatga yang sekarang ini masih belum menarik buat hot money...so waspada aja siapkan mental dan stamina sepertinya perjalanan masih panjang...
Anonim mengatakan…
Ya udah lah, masih mending deh investor yang udah lama, udah untung gede, gue sich kesian ma investor2 kecil yang domestik, pada makan investor kecil...
Tenang lah, belum juga kayak 2008, baru rugi 10% sich biasa, gue yang udah rugi 10% aja biasa aja sich...makanya kalo gak berani gak usah main..
Anonim mengatakan…
makanya klo di saham jangan main dong, yang serius...

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?