Prediksi IHSG 2011
Ketika beberapa waktu lalu IHSG sempat gagah di level 3,700-an, mungkin sebagian dari anda bingung, apakah dengan kondisi IHSG yang tampak ketinggian seperti itu, saya masih boleh belanja saham? Tapi ketika kemudian IHSG terkoreksi hingga kembali ke 3,500-an, maka mungkin anda tetep saja bingung, udah saatnya buat masuk belum ya? Jangan-jangan ntar IHSG malah turun lebih dalam lagi? Nah lho.
Pada dasarnya, koreksi IHSG berdasarkan penyebabnya bisa kita bedakan menjadi dua macam, yaitu koreksi alamiah dan koreksi faktoral. Koreksi alamiah adalah koreksi yang lebih banyak disebabkan oleh faktor teknikal, yaitu (secara mudahnya) karena IHSG sudah naik banyak sebelumnya. Atau karena memang sudah saatnya untuk bearish setelah sebelumnya IHSG bullish terus menerus. Penulis juga menyebut koreksi alamiah ini sebagai ‘repositioning’, alias koreksi sehat untuk mengembalikan IHSG ke posisi wajarnya. Kita tentu gak bisa mengharapkan IHSG naik secara terus menerus bukan? Ibarat mobil, kalau terus terusan dipakai jalan-jalan tanpa istirahat sama sekali, maka ujung-ujungnya mobil itu pasti mogok. Jadi akan lebih baik kalau kita mendinginkan mesin mobil itu sejenak, untuk nantinya tancap gas lagi.
Sedangkan koreksi faktoral adalah koreksi yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, termasuk faktor-faktor eksternal. Contohnya ya waktu IHSG dihantam badai krisis global 2008 lalu. Faktor yang menyebabkan IHSG terkoreksi habis-habisan ketika itu adalah krisis ekonomi Amerika yang kemudian merembet ke hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sementara ‘May Effect’ atau koreksi IHSG di bulan Mei yang terjadi Mei lalu, adalah gabungan antara koreksi alamiah dan koreksi faktoral. Ketika itu, IHSG turun dari 2,900-an ke 2,500-an. Secara alamiahnya, IHSG pada saat itu memang sudah sewajarnya untuk beristirahat sejenak ke posisi 2,700-an, setelah terus menerus menguat tajam dalam beberapa bulan sebelumnya. Namun karena terdapat faktor tambahan berupa Krisis Yunani, maka IHSG ternyata turunnya lebih dalam, yaitu ke 2,500-an.
Pertanyaannya kemudian, ketika IHSG saat ini terkoreksi dari 3,700-an ke 3,500-an, apakah itu koreksi alamiah murni, ataukah ada faktor-faktor lain yang ikut membuatnya terkoreksi? Untuk menjawabnya, mari kita cek beberapa indikatornya.
Kita awali dari harga-harga komoditas. Seperti kita ketahui, Indonesia memiliki tiga komoditas utama untuk ekspor, yaitu minyak bumi, batubara, dan CPO. Artinya? Perkembangan terbaru dari harga-harga ketiga komoditas ini berperan penting terhadap pergerakan dari IHSG. Oke, kita lihat. Harga minyak Nymex Crude Future saat ini (ketika artikel ini ditulis) berdasarkan data Bloomberg adalah US$ 88.1 per bbl. Angka ini tergolong tinggi karena beberapa waktu sebelumnya harga minyak jenis yang sama masih berkutat di US$ 75 – 80 per bbl. Gimana dengan harga batubara? Batubara di Newcastle Australia per 17 Desember lalu dihargai US$ 117.1 per ton. Ini juga tinggi, karena harga rata-ratanya pada November lalu masih US$ 107.0 per ton. Terakhir, CPO. Penulis kira anda sekalian udah tahu banget lah kalo soal CPO ini, yang sekarang ini lagi mahal-mahalnya. Yang terbaru, harga CPO masih bertahan di level RM3,523 per ton, setelah beberapa bulan lalu hanya berkutat di RM2,500 – 2,700 per ton.
So, kalau dari sisi harga komoditas dimana harga minyak, batubara, dan CPO lagi bagus-bagusnya, maka faktor harga komoditas ini tidak ikut menyebabkan pelemahan IHSG. Berikutnya, kinerja emiten anggota IHSG.
Secara umum, kinerja para emiten anggota bursa pada kuartal III 2010 tidak terlalu jauh berbeda dibanding periode sebelumnya, alias masih baik-baik saja. Sektor-sektor unggulan seperti perbankan dan consumer goods, masih kinclong seperti biasanya. Sektor komoditas seperti batubara dan CPO, memang masih tertekan karena turunnya volume produksi yang disebabkan faktor cuaca buruk. Tapi secara umum mereka masih menghasilkan laba bersih yang besar, dapat dilihat dari rata-rata ROE-nya yang masih dikisaran 15 – 20%. Salah satu sektor yang kinerjanya cukup menonjol adalah properti, yang pada periode kali ini meningkat lumayan banyak dibanding periode sebelumnya. Kesimpulannya, secara fundamental kinerja para anggota bursa turut mendukung posisi IHSG saat ini. Meski memang IHSG pada saat ini tampaknya ketinggian karena pengaruh hot money, tapi IHSG juga kecil kemungkinannya untuk jeblok secara besar-besaran, karena fundamentalnya relatif masih kuat.
Bagaimana dengan pengaruh dari pergerakan bursa regional dan global? Sejak kondisi market global terakhir ‘diganggu’ oleh krisis Yunani dan Eropa, beberapa waktu belakangan ini belum ada lagi peristiwa penting lainnya yang mengganggu jalannya Dow Jones dan FTSE. Alhasil, Dow mulai terus bergerak menguat dalam tiga bulan terakhir, dari sebelumnya di level dibawah 10,000 pada akhir Agustus, sekarang sudah mantap di posisi 11,478. Footsie? Juga begitu. Indeks bursa saham Inggris ini pada akhir Agustus lalu masih mentok di 5,100-an, tapi sekarang sudah berada di level 5,894, dan sepertinya cuma soal waktu saja sebelum menembus level 6,000-an. Terus bagaimana dengan indeks regional? Yang menarik untuk dicermati tentunya adalah Nikkei. Setelah dalam setahun terakhir terus menerus tertekan, sejak awal November lalu Nikkei mulai menanjak dari 9,160 hingga terakhir ke posisi 10,283. Lalu ada Kospi. Kira-kira bagaimana pergerakannya setelah diguncang isu perang antara Korea Selatan dan Korea Utara? Diluar dugaan, ternyata dia masih baik-baik saja. Dalam 3 bulan terakhir, Kospi naik dari 1,861 ke 2,035. Well, what can you say? The global market currently in good mood.
Kesimpulannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari para tetangga kita. Lalu bagaimana dengan kondisi terakhir dari makroekonomi negara kita? Mari kita cek. Catatan ekspor impor kita pada Oktober 2010 mencatat surplus US$ 15.6 milyar, naik 6.3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini memang sedikit lebih kecil dari bulan-bulan sebelumnya, yang disebabkan oleh penguatan Rupiah terhadap Dollar. Lho, emang apa hubungannya? Penjelasannya begini: kalau Dollar lagi murah, maka barang-barang impor juga jadi murah sehingga masyarakat Indonesia ramai-ramai membeli barang elektronik, dsb (kan mumpung lagi murah?). Alhasil, volume impor meningkat lebih tinggi dibanding ekspor. Jadi jangan salah, kalau Rupiah menguatnya terlalu tinggi terhadap US Dollar, maka efeknya justru jelek. Namun mengingat Rupiah sekarang ini sudah kembali stabil di level Rp9,000-an per USD, maka surplus perdagangan kita di periode berikutnya kemungkinan akan meningkat pesat kembali.
Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi? Pada kuartal III 2010 tercatat 5.8%. Memang masih lebih kecil dari janji pemerintah sebesar 6 – 7%, namun angka tersebut juga nggak buruk. BI rate? Belum adanya peristiwa penting di ekonomi kita membuat para pengambil kebijakan menetapkan BI rate konstan di level 6.50%, masih nggak berubah dalam setahun terakhir. Sebenarnya nggak ada yang terlalu menarik dengan angka tersebut, tapi setidaknya itu menunjukkan bahwa kondisi ekonomi kita pada saat ini lagi baik-baik saja. Kalaupun ada yang dikhawatirkan adalah inflasi, yang hingga November tercatat 6.33%. Angka ini mungkin akan kembali meningkat jika Pemerintah jadi memberlakukan pembatasan bensin bersubsidi. Tapi secara umum, angka 6.33% tersebut masih di level wajar.
Terakhir, bagaimana dengan isu global terkini? Yang paling santer terdengar tentunya adalah Perang Korea. Beberapa pihak mengkhawatirkan peristiwa perang ini bisa memicu instabilitas regional, bahkan global. Memang, apapun bisa terjadi. Namun yang jelas, perang Korea itu sebenarnya cerita lama. Dua negara yaitu Korut dan Korsel, memang nggak pernah akur dari dulu, tepatnya sejak tahun 1950-an. Kira-kira sama saja lah seperti Indonesia – Malaysia. Jadi bagi kedua negara tersebut, isu perang itu tidak terlalu menarik. Dan buktinya, Kospi masih saja terus menguat, setidaknya sampai dengan saat ini.
Well, sepertinya kita sudah mengecek hampir semua hal yang bisa memberi pengaruh terhadap pergerakan IHSG, dan hampir semuanya menunjukkan indikasi yang positif. Kesimpulannya? Koreksi IHSG ke level 3,500-an ini merupakan koreksi alamiah, dan cuma soal waktu saja sebelum dia akan naik kembali. Secara teknikal, posisi wajar IHSG pada saat ini memang di level 3,400-an. Posisi IHSG selama ini selalu lebih tinggi dari angka tersebut karena pengaruh hot money. Jadi bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan jika IHSG kemudian terkoreksi ke posisi 3,500-an, karena itu justru bagus untuk mengurangi resiko bubble. Karena untuk saat ini tidak ada faktor lain diluar faktor teknikal yang bisa membuat IHSG terkoreksi, maka IHSG kecil kemungkinannya untuk turun lebih rendah dari 3,400, atau maksimal 3,300.
Beberapa pengamat di media menilai bahwa koreksi IHSG saat ini disebabkan oleh banyaknya asing yang keluar bursa untuk profit taking. Benarkah? Mari kita cek. Terhitung dari 22 November hingga 17 Desember kemarin, total dana asing yang masuk ke bursa adalah 50.6 trilyun. Sementara yang keluar? 51.4 trilyun. Jadi dalam sebulan terakhir, jumlah dana asing yang keluar memang lebih banyak daripada yang masuk. Tapi selisihnya gak besar, cuma 848 milyar. So, koreksi IHSG pada kali ini lebih berstatus sebagai koreksi alamiah daripada karena faktor keluarnya hot money dari bursa. Lagipula pada akhir tahun biasanya bursa memang cooling down sejenak.
Lalu kira-kira bagaimana pergerakan IHSG di 2011? Kapan koreksi akan terjadi?
IHSG mungkin akan menanjak lagi pada Januari 2011 nanti, mungkin ke level 3,800 – 3,900. Lalu karena BMKG memperkirakan bahwa cuaca buruk akan berakhir sekitar Maret, maka mungkin harga-harga komoditas terutama CPO juga akan tertekan pada periode tersebut. Sehingga IHSG mungkin akan sedikit terkoreksi pada Februari – Maret 2011. Seberapa dalam koreksinya? Kalau tidak ada faktor eksternal seperti Krisis Yunani dulu, maka seperti sudah disebutkan diatas, paling dalam ke 3,400 - 3,300. Koreksi lainnya mungkin akan terjadi pada Agustus – September 2011, yaitu ketika para fund manager asing menarik dananya setelah genap setahun ‘disekolahkan’ di BEI.
Target price? Kecuali jika terjadi perang dunia ketiga atau peristiwa global penting lainnya, IHSG mungkin akan menembus 4,500 pada akhir 2011 nanti. Di headline koran Bisnis Indonesia hari ini, disebutkan bahwa Indonesia saat ini sedang memasuki fase ekspansi ekonomi hingga tahun 2016 nanti, dimana pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2010 diperkirakan akan menembus 6.0%, dan akan terus meningkat pada tahun-tahun beikutnya hingga 2016. Well, what are you waiting for?
Merry Christmas buat yang merayakannya, and Happy New Year!
Pada dasarnya, koreksi IHSG berdasarkan penyebabnya bisa kita bedakan menjadi dua macam, yaitu koreksi alamiah dan koreksi faktoral. Koreksi alamiah adalah koreksi yang lebih banyak disebabkan oleh faktor teknikal, yaitu (secara mudahnya) karena IHSG sudah naik banyak sebelumnya. Atau karena memang sudah saatnya untuk bearish setelah sebelumnya IHSG bullish terus menerus. Penulis juga menyebut koreksi alamiah ini sebagai ‘repositioning’, alias koreksi sehat untuk mengembalikan IHSG ke posisi wajarnya. Kita tentu gak bisa mengharapkan IHSG naik secara terus menerus bukan? Ibarat mobil, kalau terus terusan dipakai jalan-jalan tanpa istirahat sama sekali, maka ujung-ujungnya mobil itu pasti mogok. Jadi akan lebih baik kalau kita mendinginkan mesin mobil itu sejenak, untuk nantinya tancap gas lagi.
Sedangkan koreksi faktoral adalah koreksi yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, termasuk faktor-faktor eksternal. Contohnya ya waktu IHSG dihantam badai krisis global 2008 lalu. Faktor yang menyebabkan IHSG terkoreksi habis-habisan ketika itu adalah krisis ekonomi Amerika yang kemudian merembet ke hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sementara ‘May Effect’ atau koreksi IHSG di bulan Mei yang terjadi Mei lalu, adalah gabungan antara koreksi alamiah dan koreksi faktoral. Ketika itu, IHSG turun dari 2,900-an ke 2,500-an. Secara alamiahnya, IHSG pada saat itu memang sudah sewajarnya untuk beristirahat sejenak ke posisi 2,700-an, setelah terus menerus menguat tajam dalam beberapa bulan sebelumnya. Namun karena terdapat faktor tambahan berupa Krisis Yunani, maka IHSG ternyata turunnya lebih dalam, yaitu ke 2,500-an.
Pertanyaannya kemudian, ketika IHSG saat ini terkoreksi dari 3,700-an ke 3,500-an, apakah itu koreksi alamiah murni, ataukah ada faktor-faktor lain yang ikut membuatnya terkoreksi? Untuk menjawabnya, mari kita cek beberapa indikatornya.
Kita awali dari harga-harga komoditas. Seperti kita ketahui, Indonesia memiliki tiga komoditas utama untuk ekspor, yaitu minyak bumi, batubara, dan CPO. Artinya? Perkembangan terbaru dari harga-harga ketiga komoditas ini berperan penting terhadap pergerakan dari IHSG. Oke, kita lihat. Harga minyak Nymex Crude Future saat ini (ketika artikel ini ditulis) berdasarkan data Bloomberg adalah US$ 88.1 per bbl. Angka ini tergolong tinggi karena beberapa waktu sebelumnya harga minyak jenis yang sama masih berkutat di US$ 75 – 80 per bbl. Gimana dengan harga batubara? Batubara di Newcastle Australia per 17 Desember lalu dihargai US$ 117.1 per ton. Ini juga tinggi, karena harga rata-ratanya pada November lalu masih US$ 107.0 per ton. Terakhir, CPO. Penulis kira anda sekalian udah tahu banget lah kalo soal CPO ini, yang sekarang ini lagi mahal-mahalnya. Yang terbaru, harga CPO masih bertahan di level RM3,523 per ton, setelah beberapa bulan lalu hanya berkutat di RM2,500 – 2,700 per ton.
So, kalau dari sisi harga komoditas dimana harga minyak, batubara, dan CPO lagi bagus-bagusnya, maka faktor harga komoditas ini tidak ikut menyebabkan pelemahan IHSG. Berikutnya, kinerja emiten anggota IHSG.
Secara umum, kinerja para emiten anggota bursa pada kuartal III 2010 tidak terlalu jauh berbeda dibanding periode sebelumnya, alias masih baik-baik saja. Sektor-sektor unggulan seperti perbankan dan consumer goods, masih kinclong seperti biasanya. Sektor komoditas seperti batubara dan CPO, memang masih tertekan karena turunnya volume produksi yang disebabkan faktor cuaca buruk. Tapi secara umum mereka masih menghasilkan laba bersih yang besar, dapat dilihat dari rata-rata ROE-nya yang masih dikisaran 15 – 20%. Salah satu sektor yang kinerjanya cukup menonjol adalah properti, yang pada periode kali ini meningkat lumayan banyak dibanding periode sebelumnya. Kesimpulannya, secara fundamental kinerja para anggota bursa turut mendukung posisi IHSG saat ini. Meski memang IHSG pada saat ini tampaknya ketinggian karena pengaruh hot money, tapi IHSG juga kecil kemungkinannya untuk jeblok secara besar-besaran, karena fundamentalnya relatif masih kuat.
Bagaimana dengan pengaruh dari pergerakan bursa regional dan global? Sejak kondisi market global terakhir ‘diganggu’ oleh krisis Yunani dan Eropa, beberapa waktu belakangan ini belum ada lagi peristiwa penting lainnya yang mengganggu jalannya Dow Jones dan FTSE. Alhasil, Dow mulai terus bergerak menguat dalam tiga bulan terakhir, dari sebelumnya di level dibawah 10,000 pada akhir Agustus, sekarang sudah mantap di posisi 11,478. Footsie? Juga begitu. Indeks bursa saham Inggris ini pada akhir Agustus lalu masih mentok di 5,100-an, tapi sekarang sudah berada di level 5,894, dan sepertinya cuma soal waktu saja sebelum menembus level 6,000-an. Terus bagaimana dengan indeks regional? Yang menarik untuk dicermati tentunya adalah Nikkei. Setelah dalam setahun terakhir terus menerus tertekan, sejak awal November lalu Nikkei mulai menanjak dari 9,160 hingga terakhir ke posisi 10,283. Lalu ada Kospi. Kira-kira bagaimana pergerakannya setelah diguncang isu perang antara Korea Selatan dan Korea Utara? Diluar dugaan, ternyata dia masih baik-baik saja. Dalam 3 bulan terakhir, Kospi naik dari 1,861 ke 2,035. Well, what can you say? The global market currently in good mood.
Kesimpulannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari para tetangga kita. Lalu bagaimana dengan kondisi terakhir dari makroekonomi negara kita? Mari kita cek. Catatan ekspor impor kita pada Oktober 2010 mencatat surplus US$ 15.6 milyar, naik 6.3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini memang sedikit lebih kecil dari bulan-bulan sebelumnya, yang disebabkan oleh penguatan Rupiah terhadap Dollar. Lho, emang apa hubungannya? Penjelasannya begini: kalau Dollar lagi murah, maka barang-barang impor juga jadi murah sehingga masyarakat Indonesia ramai-ramai membeli barang elektronik, dsb (kan mumpung lagi murah?). Alhasil, volume impor meningkat lebih tinggi dibanding ekspor. Jadi jangan salah, kalau Rupiah menguatnya terlalu tinggi terhadap US Dollar, maka efeknya justru jelek. Namun mengingat Rupiah sekarang ini sudah kembali stabil di level Rp9,000-an per USD, maka surplus perdagangan kita di periode berikutnya kemungkinan akan meningkat pesat kembali.
Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi? Pada kuartal III 2010 tercatat 5.8%. Memang masih lebih kecil dari janji pemerintah sebesar 6 – 7%, namun angka tersebut juga nggak buruk. BI rate? Belum adanya peristiwa penting di ekonomi kita membuat para pengambil kebijakan menetapkan BI rate konstan di level 6.50%, masih nggak berubah dalam setahun terakhir. Sebenarnya nggak ada yang terlalu menarik dengan angka tersebut, tapi setidaknya itu menunjukkan bahwa kondisi ekonomi kita pada saat ini lagi baik-baik saja. Kalaupun ada yang dikhawatirkan adalah inflasi, yang hingga November tercatat 6.33%. Angka ini mungkin akan kembali meningkat jika Pemerintah jadi memberlakukan pembatasan bensin bersubsidi. Tapi secara umum, angka 6.33% tersebut masih di level wajar.
Terakhir, bagaimana dengan isu global terkini? Yang paling santer terdengar tentunya adalah Perang Korea. Beberapa pihak mengkhawatirkan peristiwa perang ini bisa memicu instabilitas regional, bahkan global. Memang, apapun bisa terjadi. Namun yang jelas, perang Korea itu sebenarnya cerita lama. Dua negara yaitu Korut dan Korsel, memang nggak pernah akur dari dulu, tepatnya sejak tahun 1950-an. Kira-kira sama saja lah seperti Indonesia – Malaysia. Jadi bagi kedua negara tersebut, isu perang itu tidak terlalu menarik. Dan buktinya, Kospi masih saja terus menguat, setidaknya sampai dengan saat ini.
Well, sepertinya kita sudah mengecek hampir semua hal yang bisa memberi pengaruh terhadap pergerakan IHSG, dan hampir semuanya menunjukkan indikasi yang positif. Kesimpulannya? Koreksi IHSG ke level 3,500-an ini merupakan koreksi alamiah, dan cuma soal waktu saja sebelum dia akan naik kembali. Secara teknikal, posisi wajar IHSG pada saat ini memang di level 3,400-an. Posisi IHSG selama ini selalu lebih tinggi dari angka tersebut karena pengaruh hot money. Jadi bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan jika IHSG kemudian terkoreksi ke posisi 3,500-an, karena itu justru bagus untuk mengurangi resiko bubble. Karena untuk saat ini tidak ada faktor lain diluar faktor teknikal yang bisa membuat IHSG terkoreksi, maka IHSG kecil kemungkinannya untuk turun lebih rendah dari 3,400, atau maksimal 3,300.
Beberapa pengamat di media menilai bahwa koreksi IHSG saat ini disebabkan oleh banyaknya asing yang keluar bursa untuk profit taking. Benarkah? Mari kita cek. Terhitung dari 22 November hingga 17 Desember kemarin, total dana asing yang masuk ke bursa adalah 50.6 trilyun. Sementara yang keluar? 51.4 trilyun. Jadi dalam sebulan terakhir, jumlah dana asing yang keluar memang lebih banyak daripada yang masuk. Tapi selisihnya gak besar, cuma 848 milyar. So, koreksi IHSG pada kali ini lebih berstatus sebagai koreksi alamiah daripada karena faktor keluarnya hot money dari bursa. Lagipula pada akhir tahun biasanya bursa memang cooling down sejenak.
Lalu kira-kira bagaimana pergerakan IHSG di 2011? Kapan koreksi akan terjadi?
IHSG mungkin akan menanjak lagi pada Januari 2011 nanti, mungkin ke level 3,800 – 3,900. Lalu karena BMKG memperkirakan bahwa cuaca buruk akan berakhir sekitar Maret, maka mungkin harga-harga komoditas terutama CPO juga akan tertekan pada periode tersebut. Sehingga IHSG mungkin akan sedikit terkoreksi pada Februari – Maret 2011. Seberapa dalam koreksinya? Kalau tidak ada faktor eksternal seperti Krisis Yunani dulu, maka seperti sudah disebutkan diatas, paling dalam ke 3,400 - 3,300. Koreksi lainnya mungkin akan terjadi pada Agustus – September 2011, yaitu ketika para fund manager asing menarik dananya setelah genap setahun ‘disekolahkan’ di BEI.
Target price? Kecuali jika terjadi perang dunia ketiga atau peristiwa global penting lainnya, IHSG mungkin akan menembus 4,500 pada akhir 2011 nanti. Di headline koran Bisnis Indonesia hari ini, disebutkan bahwa Indonesia saat ini sedang memasuki fase ekspansi ekonomi hingga tahun 2016 nanti, dimana pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2010 diperkirakan akan menembus 6.0%, dan akan terus meningkat pada tahun-tahun beikutnya hingga 2016. Well, what are you waiting for?
Merry Christmas buat yang merayakannya, and Happy New Year!
Komentar
Walaupun portofolio masih merah, baca tulisan ini jadi tenang.. hehe
Mas, kalau bisa untuk 2011 diberi kisi2 top ten saham yg layak dikoleksi dengan melihat kinerja fundamental beberapa tahun ke belakang..
coba beli LQ45 mas Teguh, mungkin akan membantu anda menyeleksi saham2 untuk taon2 depan.
IHSG yang naik terlalu cepat sama saja dengan semakin besarnya ancaman koreksi IHSG yang sangat dalam (cuma kapan ?)(contoh kasus koreksi IHSG 5 hari beruntun di bulan ini).
Koreksi IHSG dari Tgl 10->16 DEC 2010, sangat mengerikan buat aku (macam tahun 2008 saja)....
5 hari = -5.78% (3786.1 -> 3571.7) atau rata-rata -1.15% / hari. Puncaknya di hari ke 5 (16 DEC 10), s/d -2.37%.
IHSG bulan ini cuma sanggup bertahan 4 hari saja di level 3,700(penutupan).
Jika tidak hati-hati pilih saham, siap-siaplah terseret & terkubur di TMPI (Taman Makam Para Investor) ...
Bursa itu memang kejam, jika manajemen resiko diabaikan ...
Thanks yaa