Krakatau Steel: The Story Continues

Krakatau Steel (KRAS) mulai turun nih. Dan katanya para investor asing yang kemarin megang KRAS sekarang udah pada melepas sahamnya. Gimana nih? Saya udah terlanjur megang pada harga yang lumayan tinggi. Kira-kira kelanjutannya gimana ya?

Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang pernah diajukan seorang teman kepada saya. Pada artikel paling pertama di blog ini terkait Krakatau Steel, saya menulis bahwa KRAS ini tidak begitu cocok untuk long term. Alasannya? Karena BUMN baja ini punya masalah di efisiensi kinerjanya, sehingga laba bersihnya kecil sekali, padahal penjualannya besar. (Selengkapnya baca lagi http://teguhidx.blogspot.com/2010/10/krakatau-steel.html). Prospek KRAS ini sebenarnya bagus, mengingat KRAS bergerak di sektor yang sangat strategis yaitu bisnis besi dan baja. Kenapa strategis? Karena sampai kapanpun permintaan akan besi dan baja tidak akan pernah habis. Industrialisasi ga akan jalan tanpa besi dan baja. Sayangnya, KRAS hanya memproduksi besi dan baja mentah, dan bukannya besi dan baja siap pakai.


Jadi KRAS ini bisa kita sebut sebagai: perusahaan bagus yang sayangnya tidak diurus dengan baik, sehingga tidak bisa dikatakan bagus lagi. Namun meski KRAS ini tidak terlalu bagus, tapi ga bisa dikatakan jelek juga. Ibaratnya, Toyota Kijang Innova memang nggak sebagus Toyota Alphard. Tapi itu bukan berarti Innova gak bisa dipakai buat jalan-jalan ato berangkat ke kantor bukan? KRAS ini memang tidak sebagus Alphard, tapi bolehlah disejajarkan dengan Innova.

Nah, analoginya begini: ketika kemarin KRAS dilepas pada harga 850, maka itu sama saja seperti Innova dilepas pada harga Toyota Avanza! Jadi gak heran kalau setelah dua hari listing harganya langsung melejit sangat tinggi hingga diatas 60%. Siapa yang gak mau beli sebuah mobil seharga 100 juta saja, padahal harga pasaran mobil tersebut mencapai paling tidak 150 juta?

Tapi karena IPO KRAS sudah dimakan sama para pejabat partai yang lagi nyari dana buat 2014 (denger-denger sih gitu), saya yakin temen-temen investor hanya kebagian KRAS ketika membeli di hari pertama listing. Ada yang masuk di harga 1,050, 1,100, hingga 1,200. KRAS kemudian memang terus saja naik hingga sempat menyentuh 1,500, tapi sekarang sudah turun lagi. Ketika artikel ini ditulis, KRAS berada di posisi 1,270. Penurunan ini agak mengkhawatirkan, sebab ada berita bahwa investor asing yang membeli KRAS pada harga IPO mulai kabur, karena takut akan isu politik seputar KRAS ini. Pertanyaannya tentu, apakah hal ini akan membuat harga KRAS anjlok?

Terdapat tiga hal yang harus kita cermati seputar turunnya harga KRAS ini. Pertama, secara teknikal wajar kalau KRAS mulai bergerak melemah, setelah pada hari pertama dan kedua listingnya KRAS langsung naik gila-gilaan. Kalau sebuah saham naiknya sampai 60% hanya dalam dua hari, maka pasti ada saja yang profit taking, sehingga menyebabkan sahamnya turun. Jadi, penurunan KRAS ke posisi 1,200-an ini wajar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dulu BJBR juga gitu kok: dalam dua hari langsung naik dari 600 ke 1,120, tapi di hari ketiga mulai turun lagi hingga ke level 900-an, sebelum kemudian naik lagi.

Kedua, KRAS ini adalah well-known company. Perusahaan terkenal gitu! The largest steel company in Indonesia.. Dari jaman ayah saya masih pakai kemeja dengan kancing dada terbuka (saya belum lahir ketika itu), Krakatau Steel ini sudah terkenal dimana-mana. Karena itu, terlepas dari kinerja perusahaannya yang tidak terlalu mengkilap, minat investor lokal terhadap KRAS ini terbilang besar. Waktu KRAS ini belum listing, saya menerima cukup banyak email dari temen-temen investor yang menanyakan prospeknya, yang menandakan bahwa minat investor retail terhadap KRAS ini memang besar. Jadi kalau investor asing pada melepas sahamnya, maka jangan khawatir, karena aksi pembelian investor lokal terhadap KRAS akan mencegah harganya terperosok terlalu dalam. Malah justru bagus kalau investor asing melepas sahamnya, karena itu bisa jadi kesempatan bagi anda untuk masuk, atau mengkoleksi lebih banyak lagi. Apalagi, harganya memang murah.

Ketiga, bagaimana dengan isu politik seputar KRAS ini? Ada yang bilang bahwa skandal IPO KRAS akan di-blow up seperti Kasus Century. Kalau ini beneran kejadian, bisa-bisa sahamnya jeblok nih? Well, kalau yang mengatakan hal tersebut adalah Hary Tanoe, Aburizal Bakrie, atau Surya Paloh, atau orang-orang yang dekat dengan ketiga orang tersebut, maka itu mungkin saja. Kasus Century sendiri kan ramai dibicarakan masyarakat karena berbagai stasiun televisi seperti trio MNC (RCTI, TPI/MNC-TV, GlobalTV), TvOne, dan MetroTV, sering membahasnya. Kalau televisi tidak membahasnya? Ya kasusnya hilang begitu saja. Sekarang orang-orang lebih sibuk ngomongin Gayus pake wig dan kacamata daripada Kasus Century, karena televisi lebih rajin nongolin foto ni orang daripada mempertontonkan debat kusir antara Akbar Faisal dan Ruhut Sitompul.

Nah, mengingat yang kemarin cerewet soal KRAS adalah Pak Amin Rais dan Dradjad Wibowo, politisi PAN yang gak punya stasiun televisi ataupun media apapun, maka kecil kemungkinannya skandal IPO KRAS ini akan diangkat sebagai berita hangat di televisi, yang itu berarti: kasus ini akan menguap dan dilupakan orang seiring dengan waktu. Ceritanya mungkin akan berbeda kalau para petinggi PAN ini berhasil deketin salah satu juragan media diatas, sehingga masalah IPO KRAS ini akhirnya benar-benar masuk ke ranah politik. Tapi sejauh ini belum ada indikasi yang mengarah kesana.

Kesimpulannya?

KRAS memang saat ini lagi turun, tapi itu wajar. Ntar juga naik lagi. Prediksi ini bukan karena perusahaannya sangat bagus, tapi karena harga sahamnya masih murah. Harga 1,000 hingga 1,200-an untuk KRAS terbilang masih murah. KRAS masih berpeluang untuk kembali setidaknya ke level 1,400-an, dengan catatan IHSG tidak turun hingga dibawah 3,400.

Kalau anda saat ini belum memegangnya dan tidak mau ngambil resiko terlalu besar, maka boleh menunggu hingga KRAS turun ke posisi 1,000 – 1,200, kemudian baru anda masuk. Apalagi saat ini kelihatannya IHSG lagi ‘repositioning’ dengan turun ke 3,600-an.

Komentar

Anonim mengatakan…
mantap, analisa sangat lugas, tegas dan membumi, siap bung teguh kita tunggu di 1100 -1200 :-) semoga
Anonim mengatakan…
pak teguh bisa minta analisisnya untuk kark karena saat ini jg lg pada heboh dengan harganya yg sdh 50 dan laba bersih yg ckp besar ditambah dengan adanya isu akan reverse stok 10:1 jdi msh ragu2 untuk masuk
Anonim mengatakan…
Terima kasih analisanya .. saya selalu sempatkan mampir setiap pagi sebelum trading agar punya wawasan dari sisi yang lain.
Teruskan berkarya Mas .. semoga Allah memberikan barokah dan rahmatNYA.
Salam
Anonim mengatakan…
Wah, benar-benar bagus ulasannya dan sangat mencerahkan. Terimakasih ya Pak Teguh sudah sudi menulis ulasan seperti ini.

Saya juga menunggu nih ulasan untuk KARK. Laporan Keuangan bagus tapi kok sahamnya ya di situ2 aja. Ada apa sebenarnya dengan KARK ya Pak Teguh? Terimakasih sebelumnya dan terus berkarya ya Pak.
toni mengatakan…
Pak Teguh , bahas soal Rothschild dan Bakrie dong, lagi seru nih
Anonim mengatakan…
Mas,

Tlg analisa kan donk prospek BNBR dan BUMI ke depannya setelah adanya aksi koorperasi BNBR yg tukar guling kan saham BUMI dengan perusahaan Vallar Plc.

Thx u.
Anonim mengatakan…
Mas , saya kirim pertanyaan ke email, mohon dicek, trims
saraswati mengatakan…
Pak Teguh, bahas Vallar plc a.k.a Bumi PLc dong. Perusahaan ini baju baru BNBR..aku blm baca bagaimana anggapan analis di LSE ttg Vallar, tp mereka selalu memuja BUMI.
BUMI, sebenarnya, kalau tanpa politiknya si Ichal, jadi perusahaan yang bagus. Apalagi kalau tidak mangkir pajak dan royalti, maka GCG Bumi pasti okeh.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?