Prospek IPO Indofood CBP

Indofood (INDF) identik dengan Indomie, karena itulah produk andalannya selama ini, yang sampai sekarang sepertinya nggak ada saingannya (Wings Food memang sedang mencoba menggeser Indomie dengan Mie Sedaap, tapi sejauh ini kelihatannya belum berhasil). Namun sebenarnya, cakupan bisnis INDF jauh lebih luas daripada sekedar jualan mie instan dengan merk Indomie. Sesuai namanya: Indofood, INDF adalah salah satu perusahaan produsen makanan terintegrasi terbesar di Indonesia, yang menguasai sektor makanan dari hulu sampai hilir.

Sebagai perusahaan besar, INDF memiliki banyak sekali anak usaha. Berikut ini adalah anak usaha INDF yang memiliki aset diatas Rp 1 trilyun.

1. PT Salim Ivomas Pratama, perusahaan perkebunan kelapa sawit dan hasil olahannya (minyak goreng).
2. PT Indomarco Adi Prima, perusahaan distributor
3. Drayton Pte Ltd (Singapura), perusahaan investasi
4. Indofood Oil and Fats (Singapura), perusahaan minyak goreng
5. Indofood Agri Resources (Singapura), perusahaan perkebunan kelapa sawit. Terdaftar di Bursa Singapura (SGX)
6. PT PP London Sumatra, perusahaan perkebunan kelapa sawit. Terdaftar di BEI dengan ticker LSIP
7. PT Lajuperdana Indah, perusahaan perkebunan tebu
8. PT Indolakto, perusahaan susu (Indomilk)

Selain perusahaan-perusahaan diatas, INDF juga memiliki satu anak usaha yang tidak ditempatkan sebagai anak usaha, melainkan divisi, yaitu Bogasari (produsen tepung terigu). Secara keseluruhan, INDF memproduksi dan menjual tepung terigu, mie instan, susu, penyedap rasa, snack (ciki, keripik dan biskuit), makanan bernutrisi, minyak goreng, dan hasil perkebunan serta produk olahannya (termasuk sirup dan kecap, dari kebun tebu dan kedelai). Kalau kita lihat perusahaan-perusahaan diatas, maka akan kelihatan bahwa bisnis utama INDF sebenarnya bukan di mie instan, melainkan di minyak goreng. Salah satu merk-nya yang terkenal adalah Bimoli.

Bisnis INDF juga terintegrasi. Misalnya untuk membuat sebungkus mie instan sampai ketangan anda, maka perusahaan memiliki pabrik pengolahan gandum menjadi tepung terigu, pabrik pembuatan mie, pabrik pembuatan kemasan dan kardus box, hingga perusahaan distributornya. Semuanya dimiliki sendiri oleh perusahaan. Kebayang kan gimana gedenya INDF ini? Bahkan salah satu gerai minimarket terkenal, Indomaret, meski tidak berada dibawah INDF, tapi juga dimiliki oleh Mr. Anthoni Salim, pemilik INDF. Kalau kapan-kapan anda belanja kesana, coba cek bagian mie instan-nya, dijamin Indomie mendominasi.

Kembali ke anak-anak perusahaan INDF. Lalu dimana letak Indofood CBP?

Indofood CBP (ICBP) sebenarnya merupakan perusahaan yang baru saja didirikan pada tahun 2009 lalu, yang difungsikan sebagai induk dari beberapa anak usaha INDF yang bergerak di bidang mie instan, snack, penyedap rasa, makanan bernutrisi, dan susu, termasuk Drayton Pte Ltd dan PT Indolakto. Jadi analoginya, jika INDF adalah direktur utama, maka ICBP adalah setingkat direktur, dan Drayton serta Indolakto adalah manager yang berada dibawah ICBP. Dalam struktur perusahaan INDF, ICBP berada dibawah Bogasari. Sebelum ICBP ini didirikan, produksi mie instan dan lain-lain ditangani langsung oleh INDF sendiri.


Lalu seberapa besar ukuran ICBP? Pada 1H10, total aset yang ditempatkan dibawah ICBP adalah 11.2 trilyun, atau hanya 26.6% dari total aset INDF sebesar 42.1 trilyun. Maka dari sini pun terlihat bahwa bisnis utama INDF bukan di mie instan, melainkan minyak goreng.

Bagaimana dengan kinerja ICBP?

Karena produk Indomie, susu dan ciki selalu laris di pasaran, maka kinerja ICBP terbilang sangat baik. Pada 1H10, ICBP mencatat penjualan 8.9 trilyun, atau menyumbang 49.2% dari total penjualan INDF. Laba bersihnya tercatat 800 milyar, atau 56.7% dari total laba bersih INDF. Bagi perusahaan dengan ukuran aset hanya seperempat induknya, maka kontribusi pendapatan hingga lebih dari setengah dari total pendapatan induknya, terbilang luar biasa. Thanks to harga Indomie yang nggak pernah turun. Berbeda dengan harga CPO dunia yang fluktuatif, yang menyebabkan pendapatan INDF dari bisnis minyak goreng terkadang bisa naik, bisa juga turun.

Masalahnya, INDF sebagai induk ICBP memiliki cukup banyak utang. Pada 1H10, total kewajiban INDF tercatat 25.8 trilyun, atau 2.5 kali ekuitasnya yang cuma 10.7 trilyun. Nah, dari total kewajibannya tersebut, 8.9 trilyun alias 34.5% diantaranya ditempatkan di ICBP. Jadi dari aset ICBP sebesar 11.2 trilyun, sebagian besar merupakan utang. Ekuitas ICBP sendiri tercatat 1.9 trilyun, atau cuma 17.9% dari total ekuitas INDF. Jadi sepertinya ICBP ini didirikan hanya sebagai tempat untuk menampung utang induknya, INDF.

Dan hal tersebut memang tercermin dari tujuan IPO-nya, dimana 70 – 80% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk membayar utang perusahaan. Dengan demikian IPO ICBP akan membuat neraca keuangan induknya, INDF, menjadi lebih sehat, karena utangnya berkurang. Tapi lalu bagaimana dengan ICBP sendiri? Secara umum IPO tersebut tentunya tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi kinerja ICBP, karena hanya 20 - 30% dari dana hasil IPO yang akan digunakan untuk belanja modal. Tapi karena kinerja ICBP sejak awal memang sudah bagus (secara dia produsen Indomie), maka ICBP tetap memiliki prospek yang cerah kedepannya.

Grup Salim sebagai pemilik INDF, selama ini dikenal sebagai kelompok usaha yang konservatif, alias lebih suka berbisnis di sektor riil daripada muter-muterin dana investor di market (berbeda sekali dengan Grup Bakrie). Jadi memang agak dipertanyakan, mengapa sekarang mereka seperti ikut-ikutan caranya Bakrie dalam mencari uang untuk membayar utang. Tapi mudah-mudahan mereka nggak keterusan. Btw di dunia finansial, IPO memang cara paling enak untuk nyari dana segar, karena dana tersebut tidak perlu dikembalikan lagi ke pemiliknya (investor). Berbeda dengan penerbitan obligasi ataupun meminjam ke bank.

Tapi sisi baiknya, kini investor penggemar Indomie tidak lagi perlu menginvestasikan dana mereka ke INDF, melainkan bisa langsung ke ICBP. Bisa dikatakan, kinerja INDF yang cukup baik selama ini adalah karena ditopang oleh produk mie instan-nya. Jadi jika kini ICBP didirikan untuk menjadi perusahaan khusus mie instan, maka investor bisa mengalihkan dana mereka dari INDF ke ICBP. Kinerja INDF bisa dengan mudah terpengaruh oleh harga CPO dunia, namun kinerja ICBP hampir pasti akan melonjak terus, bahkan meski para orang tua melarang anak-anaknya agar jangan makan Indomie terlalu banyak (jadi inget waktu kecil dulu, haha).

Harga IPO ICBP mencapai 4,300 hingga 5,500, apakah wajar?

Nah, kalau dilihat dari sini, INDF sebagai si induk ICBP ini agak keterlaluan. Dengan harga terendah saja yaitu 4,300, maka market cap ICBP adalah 25.1 trilyun, alias 2.2 kali aset ICBP. Mahal! Mana ada perusahaan baru IPO harga sahamnya udah mahal begitu. Apalagi sebagian besar aset ICBP tersebut merupakan utang. Sepertinya sekuritas yang mengurus IPO ICBP terlalu percaya diri dengan prospek dari ICBP yang memang bagus, atau mungkin mereka terlalu memaksakan diri untuk meraih dana 5.0 hingga 6.4 trilyun dari masyarakat. Tapi jika harganya semahal itu, maka saham ICBP mungkin agak sulit untuk menguat tajam pada hari-hari perdagangan perdananya, karena sejak awal memang sudah tinggi.

Bagaimana dengan valuasi fundamentalnya? Karena ICBP mencatat laba bersih yang lumayan besar, maka harga 4,300 akan mencetak annualized PER 15.7 kali. Masih wajar sih sebenarnya, meski tetap saja mahal untuk ukuran saham pendatang baru. Nah, bagaimana dengan PBV-nya? Karena ekuitas ICBP kecil sekali, maka harga 4,300 mencetak PBV 13.0 kali, cukup tinggi tentunya, sehingga harga 4,300 ini memang cukup mahal, apalagi 5,500.

Dimasa depan, ICBP mungkin bisa menjadi pilihan long term. Tapi jika ICBP tetap kekeuh menjual saham perdananya pada harga 4,300, maka mungkin sebaiknya anda ambil sikap wait and see. Berbeda halnya jika harganya di level 3,000-an, pokoknya sikat!

Indofood CBP
Rating Kinerja pada 1H10: AA
Rating saham pada 4,300: BBB

Tadinya artikel ini akan saya posting hari selasa minggu depan. Tapi karena sepertinya ada banyak investor yang membutuhkannya secepatnya, maka saya mempostingnya hari ini. Untuk selasa 7 September, nggak akan ada artikel baru. Artikel terbaru akan diposting pada 14 September.

Komentar

Anonim mengatakan…
Thanks atas analisanya Bung Teguh.. Sangat membantu.. Saya termasuk pemburu IPO.. Cari untung dari (instant provit overnight).. Hehehe
Kalau melihat dari harga penawaran CBP yg 4300-5500, tentunya jadi kurang menarik.. Mudah2an ada IPO yg bisa semurah BJBR lagi.. Hehe
sam mengatakan…
saya sebenarnya tertarik saham2 IPO apalagi dengan nama besar INDF. saya baca di milis2 katanya 80-90% sudah di pesan institusi besar. kl ini benar bukan kah mahal jadi relatif?
Anonim mengatakan…
@sam,dipesan institusi besar? institusi besar yg isinya rampok...
Anonim mengatakan…
Seperti biasa isinya menambah wawasan...

lanjutkan pak teguh ulasannya...

kalau perlu ulasan setiap perusahaan yang akan IPO... contoh dalam waktu dekat adalah PT Harum dan Krakatau steel... berhubung informasi ttg perusahaan yang baru mau IPO sangat minim...
tommy mengatakan…
Terima kasih Pak Teguh

sangat berguna dan menambah wawasan, karena perusahaan IPO tidak bisa di analisa teknikalnya, jadi lebih berpegang pada aspek fundamentalnya (value investing sepertinya lebih berperan disini)..

kalau bisa juga diulas tentang rencana agung podomoro yang akan IPO, ini akan sangat menarik karena agung podomoro merupakan salah satu developer terbesar di Indonesia, namun sepertinya saat ini koq lebih konsentrasi pada apartemen dan shopping centre bukan landed house, kira-kira bagaimana prospek kedepannya?

terima kasih
salam hormat
Anonim mengatakan…
IPO Harum juga mahal.
G.Kesuma mengatakan…
Bung Teguh, direview dong analisa prediksi anda mengenai DILD sekarang ini !!
Anonim mengatakan…
tks analinya, mirip degan analisa beberapa pengamat lain yg cendrung mengatakan bahwa harga IPO tsb cukup mahal. salam parlino
Jeremiah Rio Rizaldi mengatakan…
Salut untuk ulasannya pak. Good company at expensive price. Melihat perkembangan saat ini dimana saham - saham sektor consumer goods sedang booming, saya rasa hal ini yang dimanfaatkan INDF melepas ICBP.
Anonim mengatakan…
Andaikan kalau Anda pemegang saham INDF... Apakah Anda setuju kalau salah satu sumber pendapatan perusahan seperti dari mie instan dilepas begitu saja dari bagian perusahaan menjadi suatu anak usaha baru? Tentu tidak...

Lalu bagaimana hal itu bisa disetujui para pemegang saham? Karena INDF mengalihkan banyak hutangnya ke ICBP... Hal ini sama seperti menjual aset bisnis dengan sejumlah uang...
Anonim mengatakan…
Analisis yang bagus dan objective. Minta ijin copy-paste...
Sigit Kurniawan SST.Ak mengatakan…
thanks bung..mohon nalisisnya juga dong untuk PT Semen Baturaja, katanya mereka mau melakukan IPO...

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?