Dibalik Right Issue BUMI
Seperti yang sudah pernah kita bahas sebelumnya, Bumi Resources (BUMI) akhirnya benar-benar melakukan menerbitkan saham baru (right issue) dalam rangka membayar utang ke sejumlah kreditornya dalam bentuk saham (baca lagi http://teguhidx.blogspot.com/2010/07/berau-dan-benakat-ternyata.html). BUMI menerbitkan saham baru sebanyak 1.9 milyar lembar (10% dari jumlah saham BUMI saat ini) senilai US$ 496 juta, yang akan diserap sepenuhnya oleh beberapa kreditornya. Sejauh ini kecuali China Investment Corporation (CIC), kreditor lainnya tampaknya setuju dengan cara pembayaran utang seperti itu. Pertanyaannya, kenapa?
Sekarang bayangkan anda adalah seorang pemilik bank. Bank anda meminjamkan sekian ratus juta dollar kepada BUMI. Ketika pinjaman tersebut jatuh tempo, anda tentu datang menagih. Lalu, daripada membayar secara tunai, BUMI menawarkan kepada anda untuk membayarnya menggunakan saham. Jika anda setuju, maka anda akan memiliki sebagian kepemilikan saham di BUMI dan utang BUMI kepada anda dianggap lunas.
The question is, apa yang membuat anda mau menerima pembayaran utang dalam bentuk saham daripada uang tunai? Jawabannya tentu: karena saham BUMI bisa lebih menguntungkan dibanding uang tunai. Sekarang begini, rata-rata kreditor BUMI menerima bunga sekitar 12% per tahun. Jadi jika anda memberi BUMI pinjaman US$ 100 juta, maka anda akan menerima dana segar US$ 12 juta per tahun, tanpa perlu bekerja apapun.
Nah, jika anda ditawari oleh manajemen BUMI dengan kata-kata seperti ini: ‘Kalau utang anda kami konversi menjadi saham, maka dalam setahun anda bisa mendapatkan lebih dari 12% lho!’ Maka apa jawaban anda? Tentu saja, ‘Really? Okelah kalau begitu!’
Kita tentu sudah paham benar bahwa saham BUMI, kalau lagi digoreng oleh bandarnya, maka jangankan setahun, dalam satu atau dua hari saja bisa naik lebih dari 12%. Awal september lalu, BUMI masih berada di kisaran 1,700-an. Dan ketika artikel ini ditulis, BUMI sudah berada di posisi 2,275, alias telah naik lebih dari 30% dalam waktu kurang dari sebulan. Inilah yang dimaksud dengan, ‘Anda bisa mendapatkan lebih dari 12% lho!’
BUMI dikenal sebagai saham sejuta umat, dan itu bukan tanpa alasan. Setiap kali BUMI digoreng dan membumbung tinggi, maka pada saat itulah investor retail berbondong-bondong membelinya. Media juga biasanya ikut memanas-manasi dengan mengatakan bahwa BUMI bisa naik lebih tinggi lagi. Alhasil bagi manajemen BUMI, menggoreng saham adalah salah satu cara klasik dan paling gampang untuk mengumpulkan dana dari masyarakat.
Bagi investor retail, terdapat pertaruhan disini: Anda tidak pernah tahu kapan acara ‘BUMI cooking show’ dimulai atau selesai. Jika anda masuk ketika BUMI baru akan digoreng, maka anda beruntung. Tapi jika anda masuk ketika BUMI sudah selesai digoreng, maka anda sial! Sebab jika BUMI tidak digoreng, maka secara alamiah sahamnya akan turun kembali, karena fundamentalnya memang tidak cukup kuat. Nah, disinilah letak perbedaan mendasar antara anda, investor retail, dengan para kreditor BUMI: Anda tidak mendapat informasi yang pasti mengenai kapan BUMI digoreng dan kapan selesainya, kecuali hanya rumor-rumor yang disebar di media. Namun bagi para kreditor BUMI, mereka memiliki informasi yang pasti mengenai jadwal goreng-gorengan BUMI, karena para bandar BUMI sendiri yang memberi tahu mereka. Yup! Mereka tahu persis kapan BUMI akan naik, dan kapan BUMI akan turun!
Mekanismenya kira-kira seperti ini: Misalnya utang BUMI ke salah satu kreditornya adalah US$ 100 juta atau Rp 900 milyar. Karena harga saham yang diterbitkan adalah sekitar Rp 2,300 per saham, maka utang tersebut dikonversi menjadi 391 juta lembar saham BUMI. Disinilah permainannya dimulai: bandar mungkin akan mengerek BUMI ke posisi yang lebih besar dari 2,300, mungkin ke 2,500 atau 2,600, dalam waktu beberapa minggu. Setelah naik, maka si kreditor bisa melepas sebagian atau seluruh 391 juta lembar sahamnya pada harga hasil kerekan tersebut, misalnya 2,600. Itu berarti, si kreditor mendapat gain 13% hanya dalam waktu beberapa minggu saja, atau sudah lebih besar dari bunga pinjaman dari BUMI dalam satu tahun. Yang beli saham yang dilepas ini siapa? Investor retail yang telat masuk, tentu saja.
Setelah BUMI naik hingga mencapai posisi tertentu, BUMI lalu dibiarkan sehingga turun dengan sendirinya. Jika si kreditor masih belum puas, maka para kreditor ini bisa menyerap saham BUMI jika harganya sudah cukup rendah. BUMI lalu digoreng kembali hingga menyentuh posisi tinggi tertentu, lalu para kreditor melepas sahamnya lagi. Begitu seterusnya.
Masih ingat ketika pada pertengahan agustus lalu BUMI dibikin jeblok hingga sempat menyentuh 1,290? Mungkin itu dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi para kreditor untuk mengambil posisi.
Grup Bakrie memang sangat piawai dalam hal memanjakan kreditor, salah satunya dengan cara seperti ini. Maka tak heran meski BUMI sudah memiliki utang segunung, tapi selalu ada saja kreditor skala besar yang mau memberikan pinjaman. Bagi para bank dan investment fund ini, selama BUMI bisa memberikan keuntungan yang besar bagi mereka, maka mereka tidak peduli terhadap fundamentalnya yang buruk.
Lagipula, fundamental BUMI mungkin memang jelek, dimana di laporan keuangannya, BUMI memang memiliki banyak utang, dan pendapatannya juga kembang kempis. Tapi bagaimana dengan kinerja anak-anak usahanya? Faktanya, salah satu tambang batubara milik BUMI yaitu Kaltim Prima Coal (KPC), adalah tambang batubara terbesar di tanah air, dan salah satu yang terbesar di dunia, dengan cadangan batubara yang tidak akan habis dalam waktu 30 tahun kedepan! (atau bahkan lebih, tergantung banyak hal). Itu baru KPC, lalu bagaimana dengan Arutmin? Yup, manajemen BUMI bisa saja memperbaiki laporan keuangannya, sehingga fundamentalnya menjadi tampak baik, seperti seharusnya. Tapi selama mereka belum memandang bahwa hal itu perlu, maka mereka tidak akan melakukannya.
Anyway, BUMI selalu menarik untuk trading, dan hingga saat inipun hal itu sepertinya masih berlaku. Anda masih bisa meraih gain besar dari BUMI jika anda bisa masuk dan keluar pada timing yang tepat. Ini tipsnya: Jangan masuk ketika harganya sudah naik tinggi! Biasakanlah untuk baru masuk ketika harganya lagi jeblok.
Kesimpulannya, mungkin inilah tanggapan dari pihak-pihak yang terlibat dengan right issue ini:
Manjemen BUMI: Mantap! utang lunas tanpa perlu ngeluarin duit.
Para kreditor: Let's start the show!
Investor retail yang masuknya pas: Lumayan, meski agak deg-degan juga, hehe..
Investor retail yang telat masuk: %*&$#?@!!!
Sekarang bayangkan anda adalah seorang pemilik bank. Bank anda meminjamkan sekian ratus juta dollar kepada BUMI. Ketika pinjaman tersebut jatuh tempo, anda tentu datang menagih. Lalu, daripada membayar secara tunai, BUMI menawarkan kepada anda untuk membayarnya menggunakan saham. Jika anda setuju, maka anda akan memiliki sebagian kepemilikan saham di BUMI dan utang BUMI kepada anda dianggap lunas.
The question is, apa yang membuat anda mau menerima pembayaran utang dalam bentuk saham daripada uang tunai? Jawabannya tentu: karena saham BUMI bisa lebih menguntungkan dibanding uang tunai. Sekarang begini, rata-rata kreditor BUMI menerima bunga sekitar 12% per tahun. Jadi jika anda memberi BUMI pinjaman US$ 100 juta, maka anda akan menerima dana segar US$ 12 juta per tahun, tanpa perlu bekerja apapun.
Nah, jika anda ditawari oleh manajemen BUMI dengan kata-kata seperti ini: ‘Kalau utang anda kami konversi menjadi saham, maka dalam setahun anda bisa mendapatkan lebih dari 12% lho!’ Maka apa jawaban anda? Tentu saja, ‘Really? Okelah kalau begitu!’
Kita tentu sudah paham benar bahwa saham BUMI, kalau lagi digoreng oleh bandarnya, maka jangankan setahun, dalam satu atau dua hari saja bisa naik lebih dari 12%. Awal september lalu, BUMI masih berada di kisaran 1,700-an. Dan ketika artikel ini ditulis, BUMI sudah berada di posisi 2,275, alias telah naik lebih dari 30% dalam waktu kurang dari sebulan. Inilah yang dimaksud dengan, ‘Anda bisa mendapatkan lebih dari 12% lho!’
BUMI dikenal sebagai saham sejuta umat, dan itu bukan tanpa alasan. Setiap kali BUMI digoreng dan membumbung tinggi, maka pada saat itulah investor retail berbondong-bondong membelinya. Media juga biasanya ikut memanas-manasi dengan mengatakan bahwa BUMI bisa naik lebih tinggi lagi. Alhasil bagi manajemen BUMI, menggoreng saham adalah salah satu cara klasik dan paling gampang untuk mengumpulkan dana dari masyarakat.
Bagi investor retail, terdapat pertaruhan disini: Anda tidak pernah tahu kapan acara ‘BUMI cooking show’ dimulai atau selesai. Jika anda masuk ketika BUMI baru akan digoreng, maka anda beruntung. Tapi jika anda masuk ketika BUMI sudah selesai digoreng, maka anda sial! Sebab jika BUMI tidak digoreng, maka secara alamiah sahamnya akan turun kembali, karena fundamentalnya memang tidak cukup kuat. Nah, disinilah letak perbedaan mendasar antara anda, investor retail, dengan para kreditor BUMI: Anda tidak mendapat informasi yang pasti mengenai kapan BUMI digoreng dan kapan selesainya, kecuali hanya rumor-rumor yang disebar di media. Namun bagi para kreditor BUMI, mereka memiliki informasi yang pasti mengenai jadwal goreng-gorengan BUMI, karena para bandar BUMI sendiri yang memberi tahu mereka. Yup! Mereka tahu persis kapan BUMI akan naik, dan kapan BUMI akan turun!
Mekanismenya kira-kira seperti ini: Misalnya utang BUMI ke salah satu kreditornya adalah US$ 100 juta atau Rp 900 milyar. Karena harga saham yang diterbitkan adalah sekitar Rp 2,300 per saham, maka utang tersebut dikonversi menjadi 391 juta lembar saham BUMI. Disinilah permainannya dimulai: bandar mungkin akan mengerek BUMI ke posisi yang lebih besar dari 2,300, mungkin ke 2,500 atau 2,600, dalam waktu beberapa minggu. Setelah naik, maka si kreditor bisa melepas sebagian atau seluruh 391 juta lembar sahamnya pada harga hasil kerekan tersebut, misalnya 2,600. Itu berarti, si kreditor mendapat gain 13% hanya dalam waktu beberapa minggu saja, atau sudah lebih besar dari bunga pinjaman dari BUMI dalam satu tahun. Yang beli saham yang dilepas ini siapa? Investor retail yang telat masuk, tentu saja.
Setelah BUMI naik hingga mencapai posisi tertentu, BUMI lalu dibiarkan sehingga turun dengan sendirinya. Jika si kreditor masih belum puas, maka para kreditor ini bisa menyerap saham BUMI jika harganya sudah cukup rendah. BUMI lalu digoreng kembali hingga menyentuh posisi tinggi tertentu, lalu para kreditor melepas sahamnya lagi. Begitu seterusnya.
Masih ingat ketika pada pertengahan agustus lalu BUMI dibikin jeblok hingga sempat menyentuh 1,290? Mungkin itu dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi para kreditor untuk mengambil posisi.
Grup Bakrie memang sangat piawai dalam hal memanjakan kreditor, salah satunya dengan cara seperti ini. Maka tak heran meski BUMI sudah memiliki utang segunung, tapi selalu ada saja kreditor skala besar yang mau memberikan pinjaman. Bagi para bank dan investment fund ini, selama BUMI bisa memberikan keuntungan yang besar bagi mereka, maka mereka tidak peduli terhadap fundamentalnya yang buruk.
Lagipula, fundamental BUMI mungkin memang jelek, dimana di laporan keuangannya, BUMI memang memiliki banyak utang, dan pendapatannya juga kembang kempis. Tapi bagaimana dengan kinerja anak-anak usahanya? Faktanya, salah satu tambang batubara milik BUMI yaitu Kaltim Prima Coal (KPC), adalah tambang batubara terbesar di tanah air, dan salah satu yang terbesar di dunia, dengan cadangan batubara yang tidak akan habis dalam waktu 30 tahun kedepan! (atau bahkan lebih, tergantung banyak hal). Itu baru KPC, lalu bagaimana dengan Arutmin? Yup, manajemen BUMI bisa saja memperbaiki laporan keuangannya, sehingga fundamentalnya menjadi tampak baik, seperti seharusnya. Tapi selama mereka belum memandang bahwa hal itu perlu, maka mereka tidak akan melakukannya.
Anyway, BUMI selalu menarik untuk trading, dan hingga saat inipun hal itu sepertinya masih berlaku. Anda masih bisa meraih gain besar dari BUMI jika anda bisa masuk dan keluar pada timing yang tepat. Ini tipsnya: Jangan masuk ketika harganya sudah naik tinggi! Biasakanlah untuk baru masuk ketika harganya lagi jeblok.
Kesimpulannya, mungkin inilah tanggapan dari pihak-pihak yang terlibat dengan right issue ini:
Manjemen BUMI: Mantap! utang lunas tanpa perlu ngeluarin duit.
Para kreditor: Let's start the show!
Investor retail yang masuknya pas: Lumayan, meski agak deg-degan juga, hehe..
Investor retail yang telat masuk: %*&$#?@!!!
Komentar
*BAMA*
Selain itu saham akan terdilusi gara2 kreditur kaya itu, yang kena imbas langsung EPS akan turun.
Apa untungnya? Sebelum right issue saham BUMI akan terkerek. Sewaktu itu media sempat membocorkannya, tapi Dileep (Corsec BUMI) mati2an membantah. Eh tau-taunya, kejadian.
Cara gampang mencermati BUMI adalah, mereka cari duit dan ngutang dengan cara paling gampang, apalagi klo utang udah membengkak.
Apa BEI tidak memahami moral hazard seperti ini pak? Kasihan ya investor kecil...