Intiland Development

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 9 Juni 2010, saya pernah merekomendasikan Bank BTN (BBTN) sebagai salah satu pilihan jangka panjang di blog ini. Ini link-nya: http://teguhidx.blogspot.com/2010/06/saham-saham-untuk-jangka-panjang.html. Ketika itu, BBTN masih berada di posisi 1,370. Dan sekitar dua bulan berikutnya, BBTN memang terus naik hingga menyentuh posisi 1,960 sebagai posisi puncaknya, pada 23 Juli. Namun setelah itu, BBTN cenderung bergerak turun. Dan ketika artikel ini ditulis, BBTN berada di posisi 1,820, atau sudah turun 7.14% dibanding posisi puncaknya. Apa yang terjadi?

Saya merekomendasikan BBTN karena kinerjanya pada 1Q10 (kuartal pertama 2010) lalu tergolong baik, sedangkan harga sahamnya pada 1,370 tergolong masih wajar, sehingga sahamnya memang berpeluang untuk menguat. Bagaimana dengan kinerja BBTN pada semester pertama 2010 (1H10) kemarin? Sebenarnya masih sama baiknya. Namun pada harga puncaknya yaitu 1,960, BBTN mencetak PER 21.8 kali, atau sudah lebih mahal dari Bank BCA (BBCA).

Selama ini, saham BBCA dikenal sebagai salah satu saham termahal di sektor perbankan, kurang lebih seperti saham Unilever (UNVR) yang merupakan saham termahal di sektor consumer goods. Tapi karena kinerja kedua emiten tersebut (BBCA dan UNVR) sejauh ini memang sangat baik, maka harga sahamnya tetap melaju keatas meski sudah mahal. Nah, terdapat faktor psikologis disini, dimana jika ada saham perbankan yang harganya sempat lebih mahal dari BBCA, maka biasanya saham tersebut selanjutnya akan bergerak melemah. Di sektor perbankan, seperti terdapat hukum tidak tertulis bahwa saham BBCA harus tetap menjadi saham termahal. Dan mungkin itulah yang terjadi pada saham BBTN. Kinerja BBTN pada 1H10 memang terbilang baik (Rating AA), namun mungkin tidak cukup baik untuk mengukuhkannya sebagai emiten dengan harga saham termahal di sektor perbankan.

Jika BBTN kini sepertinya tidak lagi menjadi pilihan untuk long term, lalu saham apa yang masih boleh dikoleksi untuk jangka panjang? Jawabannya mungkin tidak lagi berada di sektor perbankan.

Awal Juni lalu, Intiland Development (DILD) mengeluarkan informasi bahwa mereka akan melakukan stock split alias pemecahan saham, dengan rasio 1:2. Jadi satu saham DILD nantinya akan menjadi dua lembar saham. Dan harga per sahamnya tentu saja akan menjadi setengahnya, dari ketika itu 1,200 menjadi 600 per saham.


Lalu apa yang menarik dari kabar tersebut? Jadi begini. Salah satu alasan sebuah emiten melakukan stocksplit biasanya adalah karena perusahaan cukup yakin bahwa kinerja mereka cukup baik, sehingga harga sahamnya seharusnya bisa terus naik. Namun karena hambatan tertentu, seperti misalnya karena kurangnya likuiditas, menyebabkan saham tersebut ternyata berhenti menguat setelah menyentuh batas psikologis tertentu.

Dalam kasus DILD, batas psikologis tersebut adalah Rp 1,000. Kenapa? Karena coba lihat saham-saham properti yang lain, adakah yang harganya diatas 1,000 per saham? Selain DILD, paling hanya Duta Pertiwi (DUTI). Tapi saham DUTI tidak likuid, sehingga harganya tidak terlalu mencerminkan nilainya yang sesungguhnya. Summarecon Agung (SMRA) juga memang sempat berada diatas 1,000, tapi segera turun kembali dan sekarang berada diposisi 950. Yup, sektor properti selama ini disukai oleh investor retail penggemar penny stock karena harga per sahamnya yang terbilang murah. Jadi kalau ada saham properti yang harganya diatas 1,000, maka biasanya investor retail menjadi tidak begitu berminat, meski prospeknya sebenarnya bagus. Dan alhasil, sahamnya berhenti menguat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, saya kemudian mengecek kinerja DILD pada 1Q10 lalu. Dan ternyata memang benar. Kinerja DILD terbilang sangat bagus untuk ukuran perusahaan properti, yang biasanya rasio profitabilitasnya kecil. Pada 1Q10, DILD mencetak laba bersih 85 milyar, naik jauh dibanding 1Q09 yang hanya 3 milyar.

Setelah beredarnya pengumuman mengenai stocksplit tersebut, saham DILD tidak serta merta langsung menguat. Bahkan justru sebaliknya, DILD melemah dari 1,200 menjadi 1,000. Mungkin itu karena manajemen DILD menggunakan harga 500 sebagai patokan stock split-nya (1,000 kalau dibagi dua kan jadi 500). Harga 500 itulah yang dipecah menjadi dua, sehingga harga dasar DILD menjadi 250. Namun DILD tidak turun lebih rendah lagi dari 1,000. Setelah saham DILD secara resmi dipecah pada 19 Juli, dimana harga DILD ketika itu yaitu 1,040 secara resmi berubah menjadi 520, maka sejak saat itulah DILD mulai bergerak naik.

DILD merilis laporan keuangan 1H10 pada 26 Juli lalu. Penasaran, saya segera menganalisisnya, dan hasilnya memang sesuai dugaan sebelumnya. Dengan laba bersih yang naik 34 kali dibanding periode yang sama tahun 2009, maka pada harga ketika itu yaitu 550, PER DILD cuma 4.8 kali, alias jauh lebih rendah dibanding perusahaan properti manapun. PBV DILD juga hanya 0.8 kali. Praktis, saya mulai mencermati DILD sejak tanggal tersebut. Secara umum, kinerja DILD memang tidak terlalu istimewa. Namun jika dibandingkan dengan sesama perusahaan properti, maka tidak diragukan lagi, DILD sangat layak untuk dicermati.

Jika menggunakan jumlah saham setelah stocksplit, maka pada harga 550, PER dan PBV DILD menjadi masing-masing 9.6 dan 1.6 kali. Masih tetap murah.

Ketika artikel ini ditulis, DILD sudah berada di posisi 640, atau sudah naik 16.4% dibanding posisi tanggal 26 Juli lalu (sorry guys, seharusnya saya sudah menulis artikel ini sejak tanggal 26 Juli lalu tersebut). Tapi apakah kedepannya DILD masih bisa naik lagi? Karena harga 640 tersebut terbilang masih murah secara fundamental, maka jawabannya adalah ya. Untuk mid term, DILD mungkin akan naik ke posisi 750.

Dalam jangka panjang, DILD juga berpeluang untuk menyentuh posisi 900 sebelum akhir tahun 2010, tapi itu dengan asumsi kinerja DILD kedepannya akan sama baiknya dengan sekarang.

Bagaimana dengan saham-saham properti lainnya? Silahkan anda cek sendiri. Tapi kalau dilihat sekilas sih, sepertinya kinerja sektor properti pada 1H10 kemarin, secara overall memang lebih baik dari periode-periode sebelumnya.

Intiland Development
Rating Kinerja pada 1H10: A
Rating saham pada 640: AA

Komentar

Resty Febiyanti mengatakan…
like this..
thanks Pak Teguh atas analisisnya...
Anonim mengatakan…
trims Pak Teguh
atas rekomendasi anda
saya beli DilD d Rp 640 dan Jual d Rp 700.Di tunggu Analisisnya Kembali
Anonim mengatakan…
Bisa direview lagi Pak, dengan kondisi saat ini?
Anonim mengatakan…
Bisa direview lagi kondisi saat ini pak Teguh?
Anonim mengatakan…
Dild apa menarik pak?soalnya dia punya lahan di batang 2040 hektar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?