Cara Mudah Menentukan Support & Resistance
Jika anda membaca rekomendasi saham dari sekuritas di koran ataupun media elektronik, seringkali ada kata-kata seperti ini, ‘IHSG pada hari ini kami perkirakan akan bergerak di kisaran 3,087 – 3,127.’ Nah, anda tentu sudah paham kalau angka yang terkecil yaitu 3,087, disebut titik support, sementara angka yang terbesar yaitu 3,127, disebut titik resistance. Lalu bagaimana cara analis sekuritas menentukan titik support dan resistance tersebut? Ternyata mudah. Andapun bisa melakukannya, bahkan hanya dalam hitungan detik.
Support dan resistance adalah istilah untuk menyebutkan ‘batas bawah’ dan ‘batas atas’. Kalau diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia, support berarti ‘dukungan’, sedangkan resistance berarti ‘perlawanan’. Jadi jika sebuah saham terus turun hingga menyentuh atau menembus garis support-nya, maka secara teknikal, saham tersebut mendapat dukungan untuk menguat kembali. Sebaliknya, jika sebuah saham terus naik hingga menyentuh atau menembus garis resistance-nya, maka saham tersebut mendapat perlawanan untuk melemah kembali.
Dalam analisis teknikal, batas bawah maupun atas sebenarnya tak lebih dari batas psikologis saja, dan bukan merupakan batas yang tidak bisa dilewati sama sekali. Jadi ketika dikatakan bahwa, ‘IHSG akan bergerak dikisaran 3,087 – 3,127’, maka itu bukan berarti IHSG tidak akan turun lebih rendah dari posisi 3,087, atau IHSG tidak akan naik lebih tinggi dari 3,127. Hanya memang, seperti yang sudah dijelaskan diatas, seandainya IHSG sempat turun lebih rendah dari 3,087, maka pada waktu-waktu berikutnya IHSG lebih cenderung untuk menguat. Demikian juga jika IHSG sempat naik hingga lebih tinggi dari 3,127, maka pada waktu-waktu berikutnya IHSG lebih cenderung untuk melemah, untuk kembali ke posisi diantara garis support dan resistance-nya.
Terdapat berbagai metode analisis teknikal untuk menentukan batas atas dan bawah. Diantaranya, dengan melihat titik tertinggi dan terendah dalam satu periode tertentu, deret fibonacci, hingga metode pivot. Semua metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi tidak masalah kalau anda mau pakai yang manapun juga.
Cuman masalahnya, metode-metode diatas memiliki banyak rumus dan cukup njlimet ngitungnya (saya juga suka pusing sendiri), sehingga tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat, apalagi sampai hitungan detik. Jadi bagaimana? Nah, ada satu metode lagi yang biasa saya pakai, yang disebut dengan Bollinger Bands (kita singkat menjadi BB). Saya yakin sebagian dari anda sudah terbiasa menggunakan metode ini untuk menentukan support dan resistance, karena kemudahan penggunaan dan tingginya tingkat akurasi yang ditawarkannya. Namun mudah-mudahan artikel ini berguna bagi anda yang belum tahu.
Apa itu Bollinger Bands? BB sebenarnya merupakan pengembangan dari metode simple moving average atau SMA. (Untuk mempelajari SMA, baca disini http://teguhidx.blogspot.com/2010/05/moving-average.html). Metode ini ditemukan oleh Mr. John Bollinger pada tahun 1980-an. Simpelnya seperti ini:
Garis tengah BB: Adalah SMA itu sendiri, dengan periode waktu tertentu. Ambil contoh 20 hari.
Garis bawah BB yang menjadi support: SMA - rumus tertentu
Garis atas BB yang menjadi resistance: SMA + rumus tertentu.
Yang dimaksud dengan ‘rumus tertentu’ diatas adalah periode deviasi tertentu (biasanya periodenya 2) dikalikan standar deviasinya. Standar deviasi adalah rumus statistik untuk mengukur seberapa besar sebuah data dapat berubah-ubah (bervariasi) kedepannya. Karena kita tidak sedang belajar ilmu statistik disini, maka kita tidak akan membahasnya lebih jauh.
BB sangat powerful dalam menentukan support dan resistance, dalam artian setiap kali sebuah saham bergerak turun hingga menembus support atau bergerak naik hingga menembus resistance, maka selanjutnya saham tersebut akan ‘dipaksa’ untuk kembali ke posisinya semula. Berikut adalah contoh penggunaan BB dengan periode SMA 20 hari, diambil dari pola pergerakan IHSG dalam enam bulan terakhir (Sejak tanggal 25 Februari hingga 27 Agustus 2010). Klik gambar untuk memperbesar.
Perhatikan, terdapat empat garis disana. Garis biru adalah pergerakan IHSG, garis merah yang diatas adalah resistance, garis merah yang dibawah adalah support, dan garis hijau adalah garis SMA (boleh juga disebut garis tengah). Jika anda perhatikan gambarnya secara keseluruhan, maka akan tampak bahwa IHSG sangat jarang bergerak ke posisi diatas resistance, maupun dibawah support. Kalaupun itu terjadi (contohnya pada lingkaran no. 1), maka selanjutnya IHSG akan bergerak turun untuk kembali ke posisi diantara batas atas dan bawah.
Perhatikan lingkaran no. 2. Itu adalah posisi IHSG pada tanggal 7 Mei 2010, atau seminggu setelah koreksi bulan Mei dimulai. Ketika itu IHSG berada di posisi 2,739, turun cukup drastis dari posisi 30 April yaitu 2,971. Namun karena posisi tersebut sudah berada cukup jauh dibawah support, maka pada hari berikutnya IHSG langsung naik lagi, meski saat itu masih di bulan Mei (jadi kenaikannya bisa kita sebut sebagai kenaikan karena faktor teknikal).
Beberapa hari berikutnya, yaitu tanggal 19 Mei, IHSG kembali turun hingga ke posisi dibawah support-nya. Namun karena garis support-nya juga sedang dalam kondisi menurun, maka IHSG tidak serta merta menguat kembali. Barulah pada tanggal 25 Mei (lingkaran no. 3), garis support mulai berhenti turun, dan posisi IHSG ketika itu yaitu 2,514, sudah berada jauh dibawah garis support tersebut. Selanjutnya dapat ditebak: Koreksi bulan Mei sudah selesai, dan pada hari perdagangan berikutnya yaitu 26 Mei, IHSG langsung melejit dan mantap ditutup di posisi 2,697, dan terus naik hingga ke posisi sekarang.
BEI adalah salah satu bursa saham paling optimis di dunia. Itu sebabnya kalau dalam kondisi normal, pergerakan IHSG hampir selalu mendekati garis batas atasnya. IHSG bahkan jarang berada dibawah garis tengah, dimana setiap kali IHSG mendekati garis tengah, maka berikutnya akan langsung menguat. (perhatikan lingkaran no. 4, 5, dan 6). Nah, dengan demikian anda sekarang sudah bisa memprediksi pergerakan IHSG tanpa perlu lagi memperhatikan ulasan di koran maupun internet, dengan akurasi prediksi yang lumayan, hanya dengan menggunakan BB (bukan Blackberry lho).
Itu penggunaan BB untuk melihat support dan resistance-nya IHSG. Lalu apa manfaat BB ini dalam hal untuk memprediksi pergerakan harga saham?
Jadi begini (dan ini adalah inti dari artikel ini). Saya terbiasa menggunakan BB untuk memperhatikan saham-saham yang sedang turun, untuk melihat apakah penurunan yang terjadi sudah maksimal atau belum. Sebab jika sebuah saham turunnya sudah mentok, maka logikanya saham tersebut selanjutnya bakal naik kembali bukan? Sehingga itu bisa menjadi kesempatan untuk buy on weakness.
Masih ingat beberapa hari lalu ketika Bumi Resources (BUMI) tiba-tiba turun drastis? Pada pertengahan Juni hingga pertengahan Agustus, BUMI masih stabil di 1,600 – 1,700. Namun pada tanggal 12 Agustus, BUMI tiba-tiba turun ke 1,580. Dan terus turun hingga menyentuh 1,290 pada 19 Agustus. Setelah itu, tiba-tiba saja BUMI menanjak kembali dan kembali mantap di posisi 1,670 hanya dalam dua hari perdagangan. Kira-kira apa penyebab kenaikan tiba-tiba tersebut? Mungkin gambar berikut bisa menjelaskannya. (click to enlarge)
Gambar diatas adalah grafik pergerakan saham BUMI dalam sebulan terakhir (30 Juli – 27 Agustus 2010). Perhatikan, posisi BUMI pada 19 Agustus yaitu 1,290 (lingkaran no. 2), sudah terlalu jauh dibawah batas bawahnya (dan garis penurunannya juga sudah sangat curam). Alhasil, hanya dalam dua hari perdagangan berikutnya, BUMI langsung kembali ke posisi 1,670. Itu berarti gain hampir 30% hanya dalam dua hari!
Sebenarnya, BUMI sudah mulai menarik perhatian pada 12 Agustus, ketika harganya 1,580 (lingkaran no. 1), karena posisinya ketika itu sudah dibawah support. Namun karena berbagai pertimbangan: 1. Jaraknya belum terlalu jauh, 2. Dalam beberapa waktu sebelumnya BUMI memang hampir selalu berada di posisi yang dekat dengan suppoort-nya, 3. Penurunan yang dialami BUMI lebih disebabkan oleh penurunan B7 secara keseluruhan, dan 4. Sektor batubara sendiri dalam kondisi nggak bagus, setelah beberapa perusahaan batubara mencatat penurunan kinerja pada 1H10, maka pada saat itu BUMI tidak direkomendasikan meski teknikalnya menunjukkan demikian. Barulah setelah BUMI terus turun hingga menyentuh posisi 1,290, yang sudah jauh dibawah supportnya, BUMI mendapat buy recommended.
Anda bisa cek saham-saham lainnya, hampir semuanya memiliki kecenderungan yang sama (bergerak menguat jika sudah turun jauh dibawah support-nya), terutama jika sahamnya likuid. Perbedaannya biasanya terletak di berapa persen penguatannya: ada yang melejit seperti BUMI diatas, dan ada juga yang cuma naik 1 atau 2%.
Seperti simple moving average, saya juga terbiasa menggunakan BB hanya sebagai alat bantu dalam menentukan apakah sebuah saham akan naik atau tidak, untuk lebih menguatkan kesimpulan yang sudah dibuat sebelumnya. Namun bagi anda para spekulan pemburu saham jeblok, BB ini bisa menjadi tool yang sangat penting.
Lantas bagaimana cara untuk melihat garis Bollinger Bands ini?
Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, anda bisa melihatnya hanya dalam hitungan detik, karena Yahoo Finance menyediakan fasilitas untuk menghitungnya secara otomatis. Ketika anda sedang melihat grafik pergerakan sebuah saham di Yahoo Finance, anda klik tab ‘Technical Indicators’ yang berada diatas grafik, lalu klik ‘Bollinger Bands’. Biarkan period dan deviation-nya dalam posisi default (20 dan 2), lalu klik ‘Draw’. Nanti garis merahnya akan nongol. Kalau anda ingin melihatnya untuk jangka pendek, maka periodnya bisa diganti dengan angka yang lebih kecil, misalnya 12, 8, atau 5.
Di artikel minggu depan, kita akan membahas tentang tips membeli saham IPO. Well, sebenarnya bukan tips sih, tapi hanya sedikit masukan saja biar anda nggak salah pilih dalam membeli saham-saham anyar di bursa. Soalnya dalam beberapa bulan kedepan, sepertinya BEI bakalan diserbu oleh banyak saham pendatang baru.
Support dan resistance adalah istilah untuk menyebutkan ‘batas bawah’ dan ‘batas atas’. Kalau diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia, support berarti ‘dukungan’, sedangkan resistance berarti ‘perlawanan’. Jadi jika sebuah saham terus turun hingga menyentuh atau menembus garis support-nya, maka secara teknikal, saham tersebut mendapat dukungan untuk menguat kembali. Sebaliknya, jika sebuah saham terus naik hingga menyentuh atau menembus garis resistance-nya, maka saham tersebut mendapat perlawanan untuk melemah kembali.
Dalam analisis teknikal, batas bawah maupun atas sebenarnya tak lebih dari batas psikologis saja, dan bukan merupakan batas yang tidak bisa dilewati sama sekali. Jadi ketika dikatakan bahwa, ‘IHSG akan bergerak dikisaran 3,087 – 3,127’, maka itu bukan berarti IHSG tidak akan turun lebih rendah dari posisi 3,087, atau IHSG tidak akan naik lebih tinggi dari 3,127. Hanya memang, seperti yang sudah dijelaskan diatas, seandainya IHSG sempat turun lebih rendah dari 3,087, maka pada waktu-waktu berikutnya IHSG lebih cenderung untuk menguat. Demikian juga jika IHSG sempat naik hingga lebih tinggi dari 3,127, maka pada waktu-waktu berikutnya IHSG lebih cenderung untuk melemah, untuk kembali ke posisi diantara garis support dan resistance-nya.
Terdapat berbagai metode analisis teknikal untuk menentukan batas atas dan bawah. Diantaranya, dengan melihat titik tertinggi dan terendah dalam satu periode tertentu, deret fibonacci, hingga metode pivot. Semua metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi tidak masalah kalau anda mau pakai yang manapun juga.
Cuman masalahnya, metode-metode diatas memiliki banyak rumus dan cukup njlimet ngitungnya (saya juga suka pusing sendiri), sehingga tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat, apalagi sampai hitungan detik. Jadi bagaimana? Nah, ada satu metode lagi yang biasa saya pakai, yang disebut dengan Bollinger Bands (kita singkat menjadi BB). Saya yakin sebagian dari anda sudah terbiasa menggunakan metode ini untuk menentukan support dan resistance, karena kemudahan penggunaan dan tingginya tingkat akurasi yang ditawarkannya. Namun mudah-mudahan artikel ini berguna bagi anda yang belum tahu.
Apa itu Bollinger Bands? BB sebenarnya merupakan pengembangan dari metode simple moving average atau SMA. (Untuk mempelajari SMA, baca disini http://teguhidx.blogspot.com/2010/05/moving-average.html). Metode ini ditemukan oleh Mr. John Bollinger pada tahun 1980-an. Simpelnya seperti ini:
Garis tengah BB: Adalah SMA itu sendiri, dengan periode waktu tertentu. Ambil contoh 20 hari.
Garis bawah BB yang menjadi support: SMA - rumus tertentu
Garis atas BB yang menjadi resistance: SMA + rumus tertentu.
Yang dimaksud dengan ‘rumus tertentu’ diatas adalah periode deviasi tertentu (biasanya periodenya 2) dikalikan standar deviasinya. Standar deviasi adalah rumus statistik untuk mengukur seberapa besar sebuah data dapat berubah-ubah (bervariasi) kedepannya. Karena kita tidak sedang belajar ilmu statistik disini, maka kita tidak akan membahasnya lebih jauh.
BB sangat powerful dalam menentukan support dan resistance, dalam artian setiap kali sebuah saham bergerak turun hingga menembus support atau bergerak naik hingga menembus resistance, maka selanjutnya saham tersebut akan ‘dipaksa’ untuk kembali ke posisinya semula. Berikut adalah contoh penggunaan BB dengan periode SMA 20 hari, diambil dari pola pergerakan IHSG dalam enam bulan terakhir (Sejak tanggal 25 Februari hingga 27 Agustus 2010). Klik gambar untuk memperbesar.
Perhatikan, terdapat empat garis disana. Garis biru adalah pergerakan IHSG, garis merah yang diatas adalah resistance, garis merah yang dibawah adalah support, dan garis hijau adalah garis SMA (boleh juga disebut garis tengah). Jika anda perhatikan gambarnya secara keseluruhan, maka akan tampak bahwa IHSG sangat jarang bergerak ke posisi diatas resistance, maupun dibawah support. Kalaupun itu terjadi (contohnya pada lingkaran no. 1), maka selanjutnya IHSG akan bergerak turun untuk kembali ke posisi diantara batas atas dan bawah.
Perhatikan lingkaran no. 2. Itu adalah posisi IHSG pada tanggal 7 Mei 2010, atau seminggu setelah koreksi bulan Mei dimulai. Ketika itu IHSG berada di posisi 2,739, turun cukup drastis dari posisi 30 April yaitu 2,971. Namun karena posisi tersebut sudah berada cukup jauh dibawah support, maka pada hari berikutnya IHSG langsung naik lagi, meski saat itu masih di bulan Mei (jadi kenaikannya bisa kita sebut sebagai kenaikan karena faktor teknikal).
Beberapa hari berikutnya, yaitu tanggal 19 Mei, IHSG kembali turun hingga ke posisi dibawah support-nya. Namun karena garis support-nya juga sedang dalam kondisi menurun, maka IHSG tidak serta merta menguat kembali. Barulah pada tanggal 25 Mei (lingkaran no. 3), garis support mulai berhenti turun, dan posisi IHSG ketika itu yaitu 2,514, sudah berada jauh dibawah garis support tersebut. Selanjutnya dapat ditebak: Koreksi bulan Mei sudah selesai, dan pada hari perdagangan berikutnya yaitu 26 Mei, IHSG langsung melejit dan mantap ditutup di posisi 2,697, dan terus naik hingga ke posisi sekarang.
BEI adalah salah satu bursa saham paling optimis di dunia. Itu sebabnya kalau dalam kondisi normal, pergerakan IHSG hampir selalu mendekati garis batas atasnya. IHSG bahkan jarang berada dibawah garis tengah, dimana setiap kali IHSG mendekati garis tengah, maka berikutnya akan langsung menguat. (perhatikan lingkaran no. 4, 5, dan 6). Nah, dengan demikian anda sekarang sudah bisa memprediksi pergerakan IHSG tanpa perlu lagi memperhatikan ulasan di koran maupun internet, dengan akurasi prediksi yang lumayan, hanya dengan menggunakan BB (bukan Blackberry lho).
Itu penggunaan BB untuk melihat support dan resistance-nya IHSG. Lalu apa manfaat BB ini dalam hal untuk memprediksi pergerakan harga saham?
Jadi begini (dan ini adalah inti dari artikel ini). Saya terbiasa menggunakan BB untuk memperhatikan saham-saham yang sedang turun, untuk melihat apakah penurunan yang terjadi sudah maksimal atau belum. Sebab jika sebuah saham turunnya sudah mentok, maka logikanya saham tersebut selanjutnya bakal naik kembali bukan? Sehingga itu bisa menjadi kesempatan untuk buy on weakness.
Masih ingat beberapa hari lalu ketika Bumi Resources (BUMI) tiba-tiba turun drastis? Pada pertengahan Juni hingga pertengahan Agustus, BUMI masih stabil di 1,600 – 1,700. Namun pada tanggal 12 Agustus, BUMI tiba-tiba turun ke 1,580. Dan terus turun hingga menyentuh 1,290 pada 19 Agustus. Setelah itu, tiba-tiba saja BUMI menanjak kembali dan kembali mantap di posisi 1,670 hanya dalam dua hari perdagangan. Kira-kira apa penyebab kenaikan tiba-tiba tersebut? Mungkin gambar berikut bisa menjelaskannya. (click to enlarge)
Gambar diatas adalah grafik pergerakan saham BUMI dalam sebulan terakhir (30 Juli – 27 Agustus 2010). Perhatikan, posisi BUMI pada 19 Agustus yaitu 1,290 (lingkaran no. 2), sudah terlalu jauh dibawah batas bawahnya (dan garis penurunannya juga sudah sangat curam). Alhasil, hanya dalam dua hari perdagangan berikutnya, BUMI langsung kembali ke posisi 1,670. Itu berarti gain hampir 30% hanya dalam dua hari!
Sebenarnya, BUMI sudah mulai menarik perhatian pada 12 Agustus, ketika harganya 1,580 (lingkaran no. 1), karena posisinya ketika itu sudah dibawah support. Namun karena berbagai pertimbangan: 1. Jaraknya belum terlalu jauh, 2. Dalam beberapa waktu sebelumnya BUMI memang hampir selalu berada di posisi yang dekat dengan suppoort-nya, 3. Penurunan yang dialami BUMI lebih disebabkan oleh penurunan B7 secara keseluruhan, dan 4. Sektor batubara sendiri dalam kondisi nggak bagus, setelah beberapa perusahaan batubara mencatat penurunan kinerja pada 1H10, maka pada saat itu BUMI tidak direkomendasikan meski teknikalnya menunjukkan demikian. Barulah setelah BUMI terus turun hingga menyentuh posisi 1,290, yang sudah jauh dibawah supportnya, BUMI mendapat buy recommended.
Anda bisa cek saham-saham lainnya, hampir semuanya memiliki kecenderungan yang sama (bergerak menguat jika sudah turun jauh dibawah support-nya), terutama jika sahamnya likuid. Perbedaannya biasanya terletak di berapa persen penguatannya: ada yang melejit seperti BUMI diatas, dan ada juga yang cuma naik 1 atau 2%.
Seperti simple moving average, saya juga terbiasa menggunakan BB hanya sebagai alat bantu dalam menentukan apakah sebuah saham akan naik atau tidak, untuk lebih menguatkan kesimpulan yang sudah dibuat sebelumnya. Namun bagi anda para spekulan pemburu saham jeblok, BB ini bisa menjadi tool yang sangat penting.
Lantas bagaimana cara untuk melihat garis Bollinger Bands ini?
Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, anda bisa melihatnya hanya dalam hitungan detik, karena Yahoo Finance menyediakan fasilitas untuk menghitungnya secara otomatis. Ketika anda sedang melihat grafik pergerakan sebuah saham di Yahoo Finance, anda klik tab ‘Technical Indicators’ yang berada diatas grafik, lalu klik ‘Bollinger Bands’. Biarkan period dan deviation-nya dalam posisi default (20 dan 2), lalu klik ‘Draw’. Nanti garis merahnya akan nongol. Kalau anda ingin melihatnya untuk jangka pendek, maka periodnya bisa diganti dengan angka yang lebih kecil, misalnya 12, 8, atau 5.
Di artikel minggu depan, kita akan membahas tentang tips membeli saham IPO. Well, sebenarnya bukan tips sih, tapi hanya sedikit masukan saja biar anda nggak salah pilih dalam membeli saham-saham anyar di bursa. Soalnya dalam beberapa bulan kedepan, sepertinya BEI bakalan diserbu oleh banyak saham pendatang baru.
Komentar
bapak bilang
"biarkan period dan deviation-nya dalam posisi default (20 dan 2), lalu klik ‘Draw’."
trus
"Kalau anda ingin melihatnya untuk jangka pendek, maka periodnya bisa diganti dengan angka yang lebih kecil, misalnya 12, 8, atau 5."
yang saya mau tanya, itu masukin angka2 nya dimana ya?
disini saya buka gak ada tempat masukin angka, trus tombol "draw" jg gak ada..
begitu di klik boilinger band langsung muncul aja trus gak bisa diubah2.. jadi mau ganti angka2nya dimana ya?
liat chart-nya di yang interactive, jangan yang basic
Termi kasih atas pencerahannya, tapi setelah saya coba melihat JSMR tglnya tidak update tgl terakhir masih tgl 7 september, gimana caranya untuk mengupdate tglnya ????
Salam,
Bagus
Thanks pak saran nya.
happy trading.
terima kasih banyak. bantuan anda sangat membantu.