Hary Tanoe, Mbak Tutut, dan BHIT

Seiring dengan semakin memanasnya konflik antara Hary Tanoe dengan Mbak Tutut, plus kasus Sisminbakum yang semakin menghangatkan suasana, beberapa saham Grup Bhakti mulai anjlok besar-besaran. Yang paling menyita perhatian tentu Media Nusantara Citra (MNCN), dan Bhakti Investama (BHIT), karena dari semua saham Grup Bhakti yang terdaftar di bursa, hanya dua saham itu saja yang volume transaksinya encer (likuid maksudnya). Saya sudah pernah bilang untuk silahkan mencermati MNCN, karena MNCN punya peluang untuk menguat jika sewaktu-waktu kasus ini selesai. Tapi anehnya, sepertinya para spekulan lebih suka memperhatikan BHIT daripada MNCN.

Kalau kita membahas tentang kasus TPI ini secara komprehensif, maka artikel ini bakal menjadi sangat panjang. Jadi kita bahas intinya saja yang berhubungan dengan pergerakan saham-saham Grup Bhakti. Sebelumnya kita memang pernah membahas bahwa meski lawannya cukup kuat, namun kemungkinan pada akhirnya Mr. Hary akan tetap menjadi pemenang dari sengketa perebutan TPI ini, karena biar bagaimanapun, dia yang memegang senjatanya (media). Namun sepertinya Mbak Tutut tidak bisa semudah itu ditaklukan, karena ternyata beliau juga punya senjata. Apa itu?

Senjata milik Mbak Tutut tersebut adalah kasus Sisminbakum. Kasus tersebut telah menyeret nama Hartono Tanoe, sebagai tersangka. Karena Hartono Tanoe adalah saudara dari Mr. Hary, maka tentu tidak ada jaminan bahwa Mr. Hary tidak terlibat dengan kasus yang sama. Belakangan muncul pengakuan dari Mr. Yohanes Waworuntu, direktur dari perusahaan yang mengelola Sisminbakum sejak 2001, yang intinya semakin memojokkan Mr. Hary atas kasus tersebut.

Hary Tanoe

Tak cuma TPI, belakangan Mbak Tutut juga kembali mempertanyakan status kepemilikan Citra Marga Nusaphala, perusahaan operator jalan tol milik Grup Bhakti yang dulunya memang dimiliki oleh Keluarga Cendana. Alhasil Mr. Hary tentunya bakal tambah sibuk mempertahankan aset-asetnya. Kalau nantinya Kasus Sisminbakum benar-benar menyeret nama Mr. Hary, maka bukan tidak mungkin Mbak Tutut juga akan mempertanyakan status kepemilikan aset-aset Grup Bhakti yang lainnya. Karena memang, sebagian besar dari aset-aset yang dipegang Grup Bhakti sekarang, dulunya adalah milik Keluarga Cendana. Bimantara misalnya, yang sekarang berubah nama menjadi Global Mediacom (BMTR), dulunya adalah milik Bambang Trihatmodjo, adik dari Mbak Tutut.

Kesimpulannya? Siapapun pemenangnya nanti, namun sepertinya kasus ini tidak akan kelar dalam waktu dekat. Bisa saja terjadi babak perpanjangan waktu ketika seperti pertandingan semalam Belanda melawan Spanyol, atau bahkan mungkin adu penalti. Itu berarti, koreksi yang dialami oleh MNCN, BHIT, dan saham-saham perusahaan Grup Bhakti lainnya, juga belum akan berhenti dalam waktu dekat.

Dan hal tersebut tampak dari pergerakan MNCN yang belum juga beranjak dari posisi 330 – 350. Ketika artikel ini ditulis, MNCN melemah 5 poin ke posisi 340. Sejak awal Juli, MNCN bergerak sideways di kisaran 330 – 350 setelah sebelumnya terjun bebas dari posisi 435. Itu berarti MNCN telah melemah 21.8%. Dan hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa MNCN akan bergerak menguat kembali. Namun nasib MNCN tersebut masih lebih baik dibanding saudaranya, BHIT.

Ketika artikel ini ditulis, BHIT kembali melemah 2.86% ke posisi 102. Jika dihitung sejak tanggal jatuhnya MNCN yaitu 23 Juni, maka BHIT telah melemah 28.7% dari 143 ke posisi 102. Pelemahan yang lebih besar dari MNCN tersebut tentunya disebabkan karena BHIT sama sekali tidak memiliki fundamental sekuat MNCN.

Tapi kecilnya nilai BHIT sekarang memang membuat sebagian investor penyuka spekulasi penasaran: Apakah sekarang merupakan saat yang tepat untuk masuk ke BHIT? Apakah nantinya BHIT bakal naik ke posisi 150, atau bahkan 200? Jika anda termasuk yang penasaran, maka itu wajar karena BHIT pernah memberi keuntungan yang besar bagi sebagian investor ketika sahamnya tiba-tiba melejit pada Februari lalu. Memang bukan hal yang tidak mungkin kalau BHIT tanpa indikasi apapun sebelumnya, tiba tiba menguat secara besar-besaran.

Tapi sekali lagi saya peringatkan: sekarang sama sekali bukan saat yang tepat untuk masuk ke BHIT, karena ketika Mr. Hary sedang sibuk bersengketa seperti sekarang, maka BHIT hampir tidak berpeluang sama sekali untuk menguat. Namun kecenderungannya justru bakal terus turun hingga menjadi saham gocapan (mandek di posisi 50 dan tidak naik-naik lagi). Kenapa?

Jadi begini. Biasanya kalau si empunya perusahaan lagi sibuk dengan masalah-masalahnya, maka saham BHIT ini ga akan sempat digoreng sehingga secara alamiah akan terus turun hingga batas terendah, sesuai statusnya sebagai perusahaan kosong (baca lagi: http://teguhidx.blogspot.com/2010/06/bhit-sebagai-perusahaan-holding.html). Hal yang sama juga terjadi dengan BNBR yang terus turun dari posisi 144 hingga kini cuma bisa mondar mandir di 52 – 58, gara-gara Mr. Ical Bakrie sibuk berurusan dengan para kreditor yang ribut menagih utang. Bukan tidak mungkin BHIT juga akan bernasib sama, jika Mr. Hary tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan Mbak Tutut secara cepat.

Bagaimana dengan rencana pembayaran utang BHIT dan lain-lain? Apapun itu, ga akan berpengaruh banyak! Sekarang ini Mr. Hary lebih berkonsentrasi untuk menjaga aset-asetnya, daripada meng-cooking up harga saham. Dan sayangnya, BHIT ga akan bisa naik kecuali kalau digoreng, sebab BHIT ini hanyalah perusahaan holding yang ga ada isinya. Berbeda dengan MNCN yang masih berpeluang untuk menguat sewaktu-waktu, karena fundamentalnya jauh lebih kuat.

So, meski BHIT ini memang menarik untuk spekulasi, namun biar bagaimanapun resikonya kelewat besar. Kalau anda memang menyukai spekulasi, maka tidak perlu berkecil hati karena masih banyak saham lain yang lebih aman untuk dimainkan selain BHIT.

Komentar

Anonim mengatakan…
Senang sekali membaca review Pak Teguh mengenai MNCN berhubung kasusnya masih mengambang...Harga MNCN pada minggu ini ditutup turun lagi menjadi 285. Suatu harga yg sangat murah bilamana kita lihat hasil LapKeu Q2 MNCN sangat mencenangkan, Net Profit sekitar 766 Milyar, lebih tinggi 100% dr Net Profit Annually 2009. Kondisi ini sepertinya sudah diprediksi sebelumnya dimana sebagai official broadcaster WC 2010, dipastikan revenue yang di-generate akan naik signifikan.
Kembali ke harga saham MNCN saat ini, dengan kinerja keuangan Q2 yg fantastis, net profit bahkan 60%-70% lebih besar dari BBTN, sudah tidak diragukan lagi harga saham MNCN saat ini bisa dikatakan sangat underperformed. Keep watching !!! Sambil memantau perkembangan kasus TIPI - MNCN.

Emil
Anonim mengatakan…
Senang sekali membaca review Pak Teguh mengenai MNCN berhubung kasusnya masih mengambang...Harga MNCN pada minggu ini ditutup turun lagi menjadi 285. Suatu harga yg sangat murah bilamana kita lihat hasil LapKeu Q2 MNCN sangat mencenangkan, Net Profit sekitar 766 Milyar, lebih tinggi 100% dr Net Profit Annually 2009. Kondisi ini sepertinya sudah diprediksi sebelumnya dimana sebagai official broadcaster WC 2010, dipastikan revenue yang di-generate akan naik signifikan.
Kembali ke harga saham MNCN saat ini, dengan kinerja keuangan Q2 yg fantastis, net profit bahkan 60%-70% lebih besar dari BBTN, sudah tidak diragukan lagi harga saham MNCN saat ini bisa dikatakan sangat underperformed. Keep watching !!! Sambil memantau perkembangan kasus TIPI - MNCN.

Emil
Anonim mengatakan…
Pak Emil yang terhormat boleh saya tahu dari mana anda bisa tahu lap keu 2010 MNCN 766 milyar.....sebelumnya terima kasih

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?