Bank Mandiri
Bank Mandiri (BMRI) menjadi salah satu emiten bluchip yang cepat merilis laporan keuangan first half 2010 (1H10) mereka, meski hanya dalam bentuk press release. Hasilnya? Tidak mengecewakan memang, namun juga tidak terlalu luar biasa. Kinerja BMRI pada 1H10 ini justru turun jika dibandingkan pada 1Q10 lalu. Contohnya, pada 1H10 BMRI mencetak kenaikan laba bersih 37.8%, lebih rendah dibanding 1Q10 yang mencapai 43.1%.
Seperti bank-bank pada umumnya, aset BMRI terus meningkat dan kali ini sudah menembus angka Rp402.1 trilyun setelah naik 12.0% dibanding 1H09. Ekuitas dan dana pihak ketiga juga naik masing-masing 16.2% dan 13.8%, tidak ada yang istimewa. Yang menonjol adalah peningkatan kucuran kredit yang mencapai 20.0%, dimana peningkatan tertinggi adalah pada kredit untuk sektor investasi. Ini bagus karena pada 1Q10, BMRI tampaknya masih pelit untuk mengucurkan kredit dimana ketika itu kredit BMRI hanya naik 13.8%. Hanya belakangan ini memang kondisi ekonomi lagi bagus dimana banyak bank mulai berani melepas kredit dalam jumlah yang lebih besar ke masyarakat, jadi kenaikan kredit tidak hanya dialami oleh BMRI saja.
Bagaimana dengan catatan laba ruginya? Pada 1H10, BMRI mencatat kenaikan laba usaha dan laba bersih masing-masing 23.2% dan 37.8%, atau menurun dibandingkan pada tiga bulan sebelumnya yaitu 1Q10 dimana BMRI mencatat kenaikan laba usaha dan laba bersih masing-masing 33.6% dan 43.1%. Pendapatan BMRI sendiri masih turun, kali ini 2.3%. Tapi itu lebih baik dibanding 1Q10 lalu yang turun 8.2%. Yang patut dicatat disini adalah, meski labanya memang naik, namun pendapatan BMRI sebenarnya turun.
Diantara tiga bank top yaitu BMRI, BBCA, dan BBRI, memang hanya yang disebut terakhir (BBRI) yang mencatat kenaikan pendapatan pada 1Q10 lalu. Tapi secara umum mereka bertiga semuanya mencatat kenaikan laba bersih yang signifikan, berkat efisiensi dari pengeluaran untuk beban pokok dan beban usaha, penguatan kurs Rupiah, dan lain-lain. Dilihat dari sini, kinerja BMRI boleh dibilang masih datar-datar saja, bahkan menurun pada 1H10 ini. Sementara tetangganya yaitu BBRI, kinerjanya terus membaik.
Bagaimana dengan sahamnya?
Harga saat ini yaitu 6,150, mencatat PER 16.0 kali, masih tergolong murah untuk saham perbankan. Itu sebabnya sejak berakhirnya koreksi bulan Mei pada 25 Mei (saat itu BMRI berada di posisi 4,850), BMRI masih bisa terus naik diselingi koreksi teknikal setiap kali kenaikannya terlampau tinggi, meski kinerjanya terbilang biasa-biasa saja. Meski merupakan bank terbesar dari sisi aset, namun market cap BMRI masih bersaing ketat dengan BBRI dan BBCA, yang juga berarti bahwa saham BMRI masih murah.
So, apakah BMRI kedepannya masih bisa menguat? Tentu! Namun peluangnya termasuk kecil untuk bisa menembus 7,000-an dalam waktu dekat, seiring dengan jarangnya perusahaan melakukan aksi korporasi penting yang mungkin bisa mendongkrak kinerja (dan kinerja BMRI sendiri biasa-biasa saja). Hal berbeda dialami BBRI, misalnya, yang kemarin mengakuisisi Bank Agro. Alhasil BBRI terus naik hingga menembus 10,000-an, dan peluangnya cukup besar untuk tetap berada di level tersebut.
Bank Mandiri mencanangkan target untuk menjadi anggota top five banks of ASEAN pada 2014. Bisa jadi pergantian Dirut dari Agus Martowardojo ke Zulkifli Zaini akan sedikit menghambat ‘cita-cita’ mereka tersebut. Sebab terkadang pergantian pemimpin akan menyebabkan beberapa program kerja yang sudah dimulai namun belum selesai dikerjakan oleh pemimpin yang sebelumnya, akan ditinggalkan begitu saja karena pemimpin yang baru biasanya membawa program kerja yang juga baru. Alhasil akan ada banyak pekerjaan yang harus dimulai lagi dari nol. Jika BMRI tidak bisa segera mengatasi masalah ini untuk kemudian meningkatkan kinerjanya, bisa jadi predikat top five bank tersebut akan direbut oleh BBRI, bukan mereka.
Rating Kinerja pada 1H10: A
Rating saham pada 6,150: A
Seperti bank-bank pada umumnya, aset BMRI terus meningkat dan kali ini sudah menembus angka Rp402.1 trilyun setelah naik 12.0% dibanding 1H09. Ekuitas dan dana pihak ketiga juga naik masing-masing 16.2% dan 13.8%, tidak ada yang istimewa. Yang menonjol adalah peningkatan kucuran kredit yang mencapai 20.0%, dimana peningkatan tertinggi adalah pada kredit untuk sektor investasi. Ini bagus karena pada 1Q10, BMRI tampaknya masih pelit untuk mengucurkan kredit dimana ketika itu kredit BMRI hanya naik 13.8%. Hanya belakangan ini memang kondisi ekonomi lagi bagus dimana banyak bank mulai berani melepas kredit dalam jumlah yang lebih besar ke masyarakat, jadi kenaikan kredit tidak hanya dialami oleh BMRI saja.
Bagaimana dengan catatan laba ruginya? Pada 1H10, BMRI mencatat kenaikan laba usaha dan laba bersih masing-masing 23.2% dan 37.8%, atau menurun dibandingkan pada tiga bulan sebelumnya yaitu 1Q10 dimana BMRI mencatat kenaikan laba usaha dan laba bersih masing-masing 33.6% dan 43.1%. Pendapatan BMRI sendiri masih turun, kali ini 2.3%. Tapi itu lebih baik dibanding 1Q10 lalu yang turun 8.2%. Yang patut dicatat disini adalah, meski labanya memang naik, namun pendapatan BMRI sebenarnya turun.
Diantara tiga bank top yaitu BMRI, BBCA, dan BBRI, memang hanya yang disebut terakhir (BBRI) yang mencatat kenaikan pendapatan pada 1Q10 lalu. Tapi secara umum mereka bertiga semuanya mencatat kenaikan laba bersih yang signifikan, berkat efisiensi dari pengeluaran untuk beban pokok dan beban usaha, penguatan kurs Rupiah, dan lain-lain. Dilihat dari sini, kinerja BMRI boleh dibilang masih datar-datar saja, bahkan menurun pada 1H10 ini. Sementara tetangganya yaitu BBRI, kinerjanya terus membaik.
Bagaimana dengan sahamnya?
Harga saat ini yaitu 6,150, mencatat PER 16.0 kali, masih tergolong murah untuk saham perbankan. Itu sebabnya sejak berakhirnya koreksi bulan Mei pada 25 Mei (saat itu BMRI berada di posisi 4,850), BMRI masih bisa terus naik diselingi koreksi teknikal setiap kali kenaikannya terlampau tinggi, meski kinerjanya terbilang biasa-biasa saja. Meski merupakan bank terbesar dari sisi aset, namun market cap BMRI masih bersaing ketat dengan BBRI dan BBCA, yang juga berarti bahwa saham BMRI masih murah.
So, apakah BMRI kedepannya masih bisa menguat? Tentu! Namun peluangnya termasuk kecil untuk bisa menembus 7,000-an dalam waktu dekat, seiring dengan jarangnya perusahaan melakukan aksi korporasi penting yang mungkin bisa mendongkrak kinerja (dan kinerja BMRI sendiri biasa-biasa saja). Hal berbeda dialami BBRI, misalnya, yang kemarin mengakuisisi Bank Agro. Alhasil BBRI terus naik hingga menembus 10,000-an, dan peluangnya cukup besar untuk tetap berada di level tersebut.
Bank Mandiri mencanangkan target untuk menjadi anggota top five banks of ASEAN pada 2014. Bisa jadi pergantian Dirut dari Agus Martowardojo ke Zulkifli Zaini akan sedikit menghambat ‘cita-cita’ mereka tersebut. Sebab terkadang pergantian pemimpin akan menyebabkan beberapa program kerja yang sudah dimulai namun belum selesai dikerjakan oleh pemimpin yang sebelumnya, akan ditinggalkan begitu saja karena pemimpin yang baru biasanya membawa program kerja yang juga baru. Alhasil akan ada banyak pekerjaan yang harus dimulai lagi dari nol. Jika BMRI tidak bisa segera mengatasi masalah ini untuk kemudian meningkatkan kinerjanya, bisa jadi predikat top five bank tersebut akan direbut oleh BBRI, bukan mereka.
Rating Kinerja pada 1H10: A
Rating saham pada 6,150: A
Komentar