Wake Up! It's Still May!

Jumat sore ini mungkin menjadi mimpi buruk bagi sebagian dari anda. IHSG ditutup turun 2.64%, dan ini sudah ketiga kalinya sejak rabu. Secara keseluruhan, IHSG telah turun 8.23% dalam seminggu terakhir. Anda semua tentu sudah tahu siapa biang kerok dari semua ini: Melemahnya pasar global. Ketika indeks-indeks bursa dunia melemah, maka meski kondisi politik dan ekonomi kita lagi adem ayem, IHSG mau tak mau tetap ikut terseret kebawah. Lantas, seburuk apakah sebenarnya kondisi pasar global saat ini?

Beberapa waktu lalu, saya mendengar statement dari seorang pengusaha muda nan kaya raya (saya lupa namanya) yang mengatakan bahwa krisis Yunani tidak berimbas terhadap perekonomian Indonesia. Terhadap sektor riil memang tidak ada imbasnya, catatan GDP terakhir kita masih baik-baik saja. Namun terhadap pasar modal? Anda bisa melihatnya sendiri.

Dalam seminggu terakhir dihitung sejak penutupan jumat minggu lalu, penurunan 8.23% yang dialami IHSG memang menjadi yang terdalam diantara bursa-bursa regional Asia. Nomer dua adalah All Ordinaries-nya Australia yang jeblok 6.83%. Tapi jika dilihat dalam sebulan terakhir, penurunan yang dialami IHSG masih lebih baik dibanding AllOrd, Hangseng, Nikkei, dan Kospi, namun lebih buruk dibanding StraitsTimes, BSE, dan KLCI. Artinya, jika dibandingkan dengan ‘rekan-rekan’ sesama asia, kondisi sakit kita terbilang sedang-sedang saja, tidak separah Australia namun cukup parah jika dibandingkan dengan Malaysia. Lalu bagaimana dengan kondisi terakhir dari bursa saham Amerika dan Eropa?

Tiga index terbesar Amerika Serikat, yaitu Dow Jones, Nasdaq, dan S&P 500 dalam sebulan terakhir telah turun rata-rata 11%, lebih dalam dari IHSG yang turun sekitar 7-8%. Dan pola ketiga index AS ini dalam sebulan terakhir sangat identik: stabil pada akhir April sebelum kemudian terjun besar-besaran pada awal Mei hingga 7 Mei. Kemudian naik sedikit dan sempat stabil hingga 17 Mei, sebelum kemudian turun lebih dalam lagi hingga sekarang. Bagaimana dengan IHSG? Ternyata pergerakan IHSG pun hampir sama seperti itu, hanya dengan tingkat penurunan yang lebih kecil.

Eropa memiliki tiga bursa utama, yaitu FTSE Inggris, CAC Perancis, dan DAX Jerman. Dalam sebulan terakhir, FTSE dan CAC telah turun rata-rata 13%, alias juga lebih buruk dari IHSG. Namun DAX hanya turun 5.8%.

So, kesimpulannya?

Periode koreksi kali ini memang agak lebih buruk jika dibandingkan dengan periode-periode koreksi sebelumnya. Pada koreksi bursa global yang terjadi pada Juni 2009, November 2009, dan Februari 2010, IHSG dan bursa-bursa lainnya rata-rata hanya turun 7-8%. Saat ini jika dibandingkan dengan puncaknya akhir April lalu, IHSG sudah turun 11.7%. Sedangkan dua index utama dunia yaitu Dow Jones dan FTSE, masing-masing telah turun 11.0% dan 13.5% dari puncaknya. Penyebab koreksi yang lebih dalam ini tentu saja berasal dari Yunani sana.

Pasar sempat ter-recovery ketika Uni Eropa dan IMF mengumumkan paket bail out untuk menyelamatkan perekonomian Eropa senilai total 750 milyar Euro, dimana 500 milyar dari Uni Eropa, dan sisanya dari IMF. Namun masalahnya ternyata tidak selesai sampai disitu, karena tentu saja krisis tidak bisa diatasi dalam satu dua hari. Yunani kini dilanda krisis lain: penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah menyebabkan para pekerja mogok sehingga aktivitas ekonomi terganggu. Nilai tukar Euro terhadap US Dollar juga masih belum stabil hingga kini, meski The Fed telah melempar US Dollar dalam jumlah besar ke pasar Eropa. Posisi kurs terakhir menunjukkan, 1 Euro setara dengan 1.25 USD, sedangkan normalnya 1.60 USD. Jadi kemungkinan besar kisruh Yunani belum akan mereda dalam waktu dekat ini.

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar sendiri mulai bergerak melemah. Posisi terakhir adalah Rp 9,335 per USD. Penurunan yang cukup besar, tentu saja, karena ada akhir April lalu, Rupiah sempat berada di level 8,000-an per USD. Tapi sebenarnya harga sekarang masih bisa dikatakan wajar. Sepanjang 2010, kurs Rupiah sempat berada pada level Rp 9,413 pada Februari lalu.

Bagaimana dengan harga-harga komoditas?

Seperti yang sudah anda duga, beberapa harga komoditas yang sudah naik gila-gilaan dalam beberapa bulan terakhir, maka dalam sebulan terakhir ini turun drastis dengan tidak kalah gilanya. Harga minyak bumi di Bloomberg kini berada di kisaran USD 68-70 per bbl, setelah kemarin sempat stabil di level 80-an. CPO? Harga terakhir di Malaysia menunjukkan angka RM2,511 per ton. Lebih rendah dari rata-rata harga bulan April lalu yaitu RM2,580 per ton, atau rata-rata Maret RM2,670 per ton. Harga batubara pada index Newcastle pada 14 Mei lalu menunjukkan angka USD 102.23 per ton, turun cukup banyak dari dua minggu sebelumnya yaitu USD 108.87 per ton. Bisa jadi harga tersebut akan turun lagi pada minggu ini.

Koreksi pada harga-harga yang disebutkan diatas belum seberapa jika dibandingkan dengan koreksi yang terjadi dengan harga-harga logam. Harga timah di LME dalam sebulan turun 9.9% dari USD 19,000 per ton menjadi 17,110. Sementara harga tembaga turun 14.5% dari USD 7,600 per ton menjadi 6,500. Harga nikel turun lebih parah lagi. Barang tambang yang lagi banyak diburu di Indonesia karena harganya terus melejit hingga sempat menyentuh USD 27,400 pada awal Mei lalu, kini harganya tinggal 21,050 atau telah turun 23.2%, dan tampaknya masih akan turun lagi. Koreksi yang wajar, tentu saja. Sebab harga nikel sudah naik kelewat banyak sehingga harga puncak kemarin jelas bubble.

Logo LME

So, wake up guys! It’s still May! Baca lagi artikel saya pada 8 Mei lalu yang berjudul ‘May Effect’. Link-nya http://teguhidx.blogspot.com/2010/05/may-effect.html

Kira-kira apakah IHSG bisa turun hingga 2,500-an? Mungkin. Tapi kalau lebih dari itu sepertinya berlebihan. Yang jelas, event Piala Dunia pada bulan depan juga bisa membuat pasar tidak lekas pulih kembali meski posisi IHSG sekarang bisa dikatakan sudah sangat rendah. Untuk kondisi saat ini mungkin sebaiknya anda ambil sikap wait and see.

Komentar

Sebut Saja Aku mengatakan…
halo mas teguh....terima kasih atas ulasannya yang mendetil dan mencerahkan.....semoga tulisan-2 anda makin oke dan top...dan banyak gain untuk invest di pasar modal (serta meminimalisir loss, tentunya)...

oya, mas teguh....kemarin dow dan nasdaq ijo...naik 1% lebih....apa ini bisa jadi indikator bahwa ihsg senin depan (dan hari-hari selanjutnya) bisa kembali pulih....???

makasih lagi....
Teguh Hidayat mengatakan…
Karena pergerakan IHSG sangat mirip dgn dow & nasdaq, dan karena IHSG jarang sekali turun sampai 4 kali berturut-turut kecuali ketika krisis global 2008 lalu, maka ya! IHSG kemungkinan besar akan naik 1-2% pada senin besok.

Tapi kalau hari-hari selanjutnya sih saya ga yakin IHSG akan kembali naik. Saya kira pada hari selasanya IHSG akan kembali ditutup turun. Atau kalau ternyata pada hari selasa tsb IHSG masih bisa naik, maka akan turun pada rabunya.
Sebut Saja Aku mengatakan…
terima kasih sebelumnya atas jawabannya mas teguh.....jawaban yang sangat baik...dan saya sangat setuju...

satu lagi mas teguh yang jadi pemikiran saya...dalam kondisi bursa seperti ini, kayaknya FA dan TA dah gak belaku lagi, ya....maksud saya...ini kesempatan bagi para bandar untuk memain-mainkan para retail....dihajar...tapi kemudian dikasih napas lagi....begitu kita merasa punya harapan dan masuk lagi, mereka akan menghajar lagi...kegiatan main-main ini mungkin agak berkurang setelah mereka punya mainan baru...piala dunia....

mohon pencerahannya mas teguh....
GunawanWibisono mengatakan…
Met malam pak, saya Gunawan. Makasih pak untuk post-postnya yang 'Luar Biasa' sangat bermanfaat untuk saya yang sedang dalam tahap belajar. Semoga sukses selalu. Dan mohon di-ijinkan saya mencamtumkan alamat Blog bapak pada blog saya.Makasih
GunawanWibisono mengatakan…
Met pagi pak, Ada rasa optimis dan pesimis dalam menyikapi keadaan pasar akhir-akhir ini. Namun Buffett mengatakan saat pasar turun merupakan kesempatan untuk memilih saham 'Baik' yang terdiskon harganya
Dalam hal ini, saya tertarik pada Bank Rakyat Indonesia/BBRI. Secara teknikal saya sedikit memahami tapi secara fundamental terutama hitung-hitungannya saya sama sekali belum mengetahuinya.
Sekiranya berkenan, mohon sedikit pembelajaran secara fundamental berkaitan BBRI ini pak.
Makasih
Teguh Hidayat mengatakan…
@ pak sam harso
wajar sih kalau temen-temen retail punya kekhawatiran seperti itu, karena citra para bandar yg nampaknya bukan 'sahabat' bagi para retailer. akan tetapi saya kira fluktuasi IHSG yang terjadi akhir-akhir ini masih lebih disebabkan oleh kondisi global market, bukan karena ulah para tukang gorengan. Sebenarnya gampang saja untuk mengecek apakah tukang gorengan masih berkeliaran di bursa atau tidak, begini caranya: IHSG diprediksi akan menguat 1-2% pada Senin ini. Kalau lebih dari itu, katakanlah 3-4%, maka itu berarti seperti yang anda katakan, para retailer diberi nafas sekejap hanya untuk dibantai kembali keesokan harinya. Tapi kalau benar penguatannya 1-2% pada sore nanti, maka untuk sementara anda tidak perlu khawatir soal para bandar ini.

@pak gunawan
silahkan pak, malah saya berterima kasih hehe..
okay, nanti saya akan ulas soal BBRI.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?