Price Earning Ratio dan Price to Book Value

Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah ‘perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan’, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten, kita bisa mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak secara real dan bukannya secara future alias perkiraan. Oke, kita langsung saja.

Menghitung PER sangat gampang, bahkan putra atau putri anda yang masih duduk di sekolah dasar pun bisa melakukannya. Yaitu dengan membagi harga saham dengan earning per share (EPS) perusahaan yang ditampilkan pada laporan keuangan terakhir perusahaan. Misalnya harga saham ADRO saat artikel ini ditulis adalah 1,990. EPS ADRO pada laporan keuangan 1Q10 adalah Rp 26.9 per saham. Karena angka 26.9 tersebut adalah EPS ADRO dalam satu kuartal (3 bulan), maka EPS-nya di-annualized-kan alias disetahunkan terlebih dahulu dengan cara dikali empat (3 bulan x 4 = 12 bulan = 1 tahun), sehingga hasilnya 26.9 x 4 = 107.6. Maka, PER ADRO adalah 1,990 dibagi 107.6, dan hasilnya adalah 19.1 kali. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa ‘harga saham ADRO adalah 19.1 kali laba bersih yang dihasilkan perusahaan’. Semakin besar nilai PER sebuah saham, maka semakin mahal saham tersebut.

Jadi, katakanlah saham X harganya 1,000, sementara saham Y harganya 500. Kelihatannya memang saham X lebih mahal dari saham Y bukan? Tapi jika PER dari saham X hanya 10 kali, sementara PER dari saham Y mencapai 20 kali, maka jelas bahwa: secara fundamental, saham X lebih murah dua kali lipat dibanding saham Y.

Catatan: EPS sesuai artinya berarti ‘laba bersih per saham’. EPS diperoleh dari laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar. Contohnya ADRO, laba bersihnya pada 1Q10 adalah Rp 861 milyar. Karena jumlah saham ADRO yang beredar di market adalah 32 milyar lembar, maka EPS-nya adalah 861 dibagi 32, dan hasilnya Rp 26.9 per saham. Namun, anda tidak perlu menghitung EPS karena biasanya EPS ini sudah ditampilkan pada laporan keuangan.

Kadang-kadang pada laporan keuangan terdapat dua EPS, yaitu ‘EPS dasar’ dan ‘EPS dilusi’. Kalau begitu, ambil yang ‘EPS dilusi’. Apa itu maksudnya? EPS dilusi adalah EPS yang dihitung berdasarkan jumlah saham terbaru, sebab jumlah saham yang beredar sebuah emiten bisa saja berubah dari waktu kewaktu, karena right issue dan lain-lain.

Karena harga saham sebuah emiten senantiasa berubah-ubah setiap saat, maka PER-nya pun dapat berubah-ubah setiap saat. Setiap kali perusahaan menerbitkan laporan keuangan terbaru, maka EPS yang dijadikan dasar perhitungan pun harus diganti.

Kemudian, bagaimana cara untuk menggunakan PER ini untuk mengatakan apakah harga sebuah saham tergolong murah, wajar, atau mahal? Ketika anda mendapatkan PER ADRO adalah 19.1 kali, apa itu artinya? Apakah itu berarti saham ADRO pada harga 1,990 termasuk murah, wajar, atau mahal?

Ada dua cara untuk menilai tingkat kewajaran harga saham suatu emiten setelah nilai PER-nya diketahui, yaitu dengan membandingkannya dengan emiten lain di satu sektor yang sama yang sekelas, dan dengan melihat kinerja emiten di masa lalu.

Contohnya, PER ADRO berdasarkan harga saham terbaru dan laporan keuangan 1Q10 adalah 19.1 kali. Kita tahu bahwa ADRO adalah perusahaan batubara, maka kita harus membandingkan PER ADRO dengan PER ITMG, INDY, PTBA dan BUMI. Ternyata, PER ITMG adalah 16.4, INDY 12.4, dan PTBA 26.9 (BUMI belum mengeluarkan lap keu 1Q10). Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa PER ADRO yang 19.1 kali tersebut adalah relatif mahal, sehingga peluangnya relatif kecil untuk menguat. Namun anda jangan membandingkan PER ADRO dengan PER DOID, meski kedua perusahaan tersebut sama-sama perusahaan batubara. Kenapa? Sebab ADRO sudah well established sebagai perusahaan batubara, sementara DOID masih bau kencur di bidang ini, sehingga tentu saja kita tidak bisa membandingkan hasil pekerjaan antara orang dewasa dan anak kecil.

Itu masih kesimpulan yang relatif. Lalu bagaimana untuk lebih memastikannya? Dengan melihat track record ADRO di masa lalu. Pada FY2009, ADRO menghasilkan laba bersih 4.4 trilyun yang naik berkali-kali lipat dibanding FY2008 yang cuma 887 milyar. Namun, pada tahun-tahun sebelumnya (2007 dan sebelumnya), laba bersih ADRO masih sangat kecil. Peningkatan signifikan baru dicapai ADRO pada 2009 kemarin, dimana pada 1Q10 ternyata turun lagi. Nah, karena ADRO dalam jangka panjang masih perlu membuktikan diri bahwa mereka adalah perusahaan yang profitabel, maka PER 19.1 jelas terlalu tinggi. Alhasil, kita bisa menyimpulkan bahwa harga ADRO pada 1,990 adalah mahal secara fundamental.

Meski kesimpulan tersebut baru diperoleh dari perhitungan PER saja, namun akurasinya dapat dipertanggung jawabkan. Dan akurasi tersebut bisa mendekati 100% jika anda mampu memadukannya dengan perhitungan-perhitungan lainnya. Itu sebabnya saya pernah menulis pada 1 Mei lalu bahwa harga saham ADRO yang kala itu berada di posisi 2,200, tidak bisa naik lebih tinggi lagi dan kemungkinan besar akan melemah. Ini link-nya, http://teguhidx.blogspot.com/2010/05/adro.html. Dan faktanya, sampai hari ini ADRO memang belum bisa menembus angka 2,200 kembali.

Jika kinerja sebuah perusahaan termasuk bagus atau sangat bagus, maka meski PER-nya tinggi, bisa jadi harga sahamnya masih tergolong wajar. Contohnya UNVR, yang menjadi satu-satunya bluchip yang PER-nya diatas 30 kali. Meski dengan demikian sekilas sahamnya sangat mahal, namun karena kinerja UNVR selama ini nyaris sempurna dan UNVR juga termasuk perusahaan yang rajin bagi-bagi dividen dalam jumlah besar (terkadang mencapai 100% dari laba bersih), maka harga UNVR yang menghasilkan PER 30 kali tersebut masih tergolong wajar.


Bagaimana jika emiten yang anda hitung PER-nya tidak bergerak secara khusus di sektor tertentu? Misalnya ASII yang bergerak dibanyak sektor? Anda bisa membandingkannya dengan perusahaan yang ‘sekelas’ meski perusahaan tersebut bergerak di sektor yang lain, contohnya TLKM, BBRI, ISAT, dan bluchip-bluchip lainnya. Pokoknya yang sekelas!

Jika anda sudah berpengalaman, maka begitu anda mengetahui PER sebuah emiten, anda bisa langsung menilai apakah harga saham emiten tersebut tergolong murah, wajar, atau mahal, tanpa perlu membanding-bandingkannya dengan PER emiten lain, atau melihat track record perusahaan di masa lalu.

Price to Book Value (PBV)

PBV ini pada dasarnya sama saja dengan PER. Perbedaannya, kalau PER berfokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan, PBV fokusnya pada nilai ekuitas perusahaan. PBV sesuai artinya bermakna ‘harga saham dibandingkan nilai ekuitas per saham’. Cara menghitungnya, (saya yakin kebanyakan dari anda sudah tahu) adalah dengan membagi harga saham dengan Book Value-nya (BV), dimana BV dihasilkan dari ekuitas dibagi rata-rata jumlah saham yang beredar. Konsep penggunaannya pun sama dengan PER: semakin tinggi nilai PBV, maka semakin mahal harga sahamnya.

Saya pribadi lebih suka PER daripada PBV. Dan berdasarkan pengalaman, prediksi perubahan harga saham dengan menggunakan PER memang sedikit lebih akurat dibanding jika dengan menggunakan PBV. Kok bisa? Sebab, nilai laba bersih lebih mencerminkan kinerja yang sesungguhnya dari sebuah perusahaan dibanding nilai ekuitas. Peningkatan ekuitas bisa saja diperoleh dari tambahan modal disetor, right issue, atau apapun yang intinya bukan berasal dari kinerja perusahaan. Sedangkan laba bersih, hampir pasti merupakan hasil dari kinerja perusahaan.

Hanya saja, laba bersih dari sebuah perusahaan bisa saja bukan berasal dari kinerjanya secara operasional, melainkan hasil dari pendapatan non operasional, penjualan aset, dan lain-lain, sehingga bisa saja laba bersih itu tidak menunjukkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Dan dalam hal ini PBV mungkin lebih akurat. Itu sebabnya untuk menjadi seorang analis dan penilai harga saham yang baik, anda harus punya ketelitian yang luar biasa.

Komentar

Anonim mengatakan…
Artikel yang bagus Pak. Sebagai tambahan saja -mungkin ini suatu hal paling menyebalkan bagi para investor- yaitu kemampuan untuk dapat membaca sebuah laporan keuangan emiten...he..he..he..

(MTA)
GunawanWibisono mengatakan…
Met malam pak, sungguh 'Luar Biasa' untuk artikelnya. Mudah dipahami dan membuka wawasan saya.
Saya sangat ber-terima kasih kepada bapak untuk artikel-nya dan dari artikel bapak maka saya semakin mantap untuk memilih BBKP/Bank Bukopin untuk koleksi Long Therm.
Saya ber-acuh data tanggal 27/05/10 yaitu PER=6,93 PBV=1,18 dan EPS=75. Ditambah data dari IdSaham.com untuk harga Book Valuenya naik dari tahun ke tahun merupakan indikasi bahwa saham ini mengalami kemajuan dari tahun ke tahun-nya
Dan satu catatan kecil bahwa harga hari ini di 570 masih cukup jauh dibawah harga IPO-nya yaitu 700
Bila kita menggunakan Ichimoku sebagai indikator teknikalnya maka nampak jelas bahwa saham ini sudah memastikan Up Trend-nya yang didukung signal PSar yang sudah ber-alih dibawah candle atau signal 'Beli'
Hari ini juga terjadi kenaikan volume yang signifikan yang menjadi pendorong untuk potensi Up lanjutan dari saham ini
Target saya untuk jangka pendek ada pada kisaran 650 - 700
Sekali lagi, makasih pak untuk artikelnya yang sangat bermanfaat dan saya mohon koreksi untuk cara analisa saya pada BBKP ya pak.
Semuanya hanya untuk materi belajar bersama kita, dan semoga dapat dimanfaatkan oleh yang lainnya. Amin
Makasih dan met malam
Anonim mengatakan…
lugas dan tanpa embel-embel.postingannya patut di nanti.klo bisa bahas per emiten donk
Anonim mengatakan…
maaf pak , sy masih baru , mau tanya kenapa suatu saham yg per nya sudah tinggi seperti antm , inco, tins, itmg , atau unvr seperti yg bapak tulis , masih di buru orang , sedang yg per nya murah seperti elsa , tbla, bahkan yg minus malah tidak di buru atw di rekomendasikan? mohon bantuannya , sy ucapkan terima kasih atas pelajaran 2 yg bapak berikan semoga TUHAN memberkati bapak sekeluarga, amin
Felicia mengatakan…
Tx atas artikelnya pak. Tp Apakah dgn hanya melihat PER saja sdh mencerminkan harga wajar sahamnya pak? Apa ada hal2 lain yg perlu kt perhatikan jg?
Anonim mengatakan…
Pa Teguh, saya sangat terbantu dengan tulisan2 bapak...
simpel namun berbobot
Pa Teguh, tolong donk di jelaskan tentang right & HEMTD..dan apa pengaruhnya terhadap perusahaan ybs.
trims banyak..
Anonim mengatakan…
halo pak teguh, salam kenal. saya toni pak. masih baru di dunia saham.
ada yang ingin saya tanyakan pak jika bapak tidak keberatan menjawabnya sehubungan dengan artike bapak ini. kl saya boleh simpulkan, semakin tinggi PER sebuah saham. semakin mahal pula saham tersebut secara fundamental. pertanyaan saya. jika kita membaca di koran2 di halaman bisnis. disitu ada beberapa saham yang PER nya bahkan minus. indikator apa yahg dapat kita tangkap dengan data tersebut pak? terima kasih sebelumnya.
Reza Rinaldi mengatakan…
pak mohon jawabannya. Bagaimana kalau Nilai PER suatu perusahaan itu tinggi bahkan mencapai angka diatas 40x sedangkan harga saham perusahaan tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. itu bagaimana cara menganalisis nya?

mohon bantuannya pak. Jawabannya sangat ditunggu
Aguzz d mandrix mengatakan…
Salam pak teguh, mohon pencerahannya. Kenapa untuk mencari PER pembaginya adalah Rata-Rata saham yang beredar dipasar? Apa bedanya dengan Saham yang ditempatkan dan disetor penuh pak?
Saya gunakan contoh DKFT saja (terus trang saya tertarik DKFT karena artikel bapak, jadi saya mulai mengamatinya), pada LK 2011 dicantumkan EPSnya Rp 1.018,6. Padahal Saham ditempatkan dan disetor penuhnya 1.093.040.000 lembar. Kenapa laba bersihnya tidak di bagi 1.093.040.000 saja ya pak?

Satu lagi pertanyaan saya pak, misal DKFT membagikan dividen apakah dividen hanya diberikan pada Investor Publik saja pak? atau diberikan kepada semua pemegang saham termasuk Jinsheng Mining pemegang saham mayoritasnya? terima kasih pak.
Unknown mengatakan…
Pak Teguh, Maaf mau nanya mengenai EPS Trailing Twelve Months/EPS TTM. Contoh untuk kondisi hasil KD Q1-2013, cara menghitung EPS TTM-nya gimana ya pak, karena saya nemu ada 3 cara :
1. EPS TTM = Q1 2013 + Q1 2012 + Q2 2012 + Q3 2012
2. EPS TTM = Q1 2013 + Q2 2012 + Q3 2012 + Q4 2012
3. EPS TTM = Q1 2013 + (Q2 2012 – Q1 2012)

Yang bener yang mana ya pak. Mohon petunjuknya dan terima kasih
Anonim mengatakan…
Pak ini rumus yang tepat yang mana,saya mau pakai utk skripsi. PBV ada dua rumus(saya ambil dari tulisan bpk):

1. PBV sesuai artinya bermakna ‘harga saham dibandingkan nilai ekuitas per saham’. Cara menghitungnya, (saya yakin kebanyakan dari anda sudah tahu) adalah dengan membagi harga saham dengan Book Value-nya (BV), dimana BV dihasilkan dari ekuitas dibagi rata-rata jumlah saham yang beredar

2. Rumus PBV adalah market cap dibagi nilai ekuitas. Market cap adalah harga sahamnya dikali jumlah saham
Unknown mengatakan…
pak teguh saya mau tanya apabila dalam ekuitas perusahaan saya terdapat treasury stock,untuk menghitung book value apakah treasury stock tersebut ikut dihitung atau dikeluarkan dulu dari total ekuitas?terima kasih
Unknown mengatakan…
terima kasih pak saya sangat terbantu dgn tulisan anda
[fie] mengatakan…
Hallo Pak Teguh, saya penggemar website anda. Terima kasih buat ulasan-ulasannya. Sedikit komentar saja pak, setahu saya "EPS dilusi" adalah EPS yang dihitung dengan asumsi seluruh stock option, warrant, covertible bonds etc dikonversi menjadi common stocks, bukan jumlah saham terbaru. Cmiiw. Two thumbs up untuk tulisan2nya!
Unknown mengatakan…
Terima kasih, artikel yang sangat membantu :)
asep bahasa mengatakan…
terima kasih pak, artikel ini sungguh sangat bermanfaat bagi kami.
semoga bermanfaat juga bagi pembaca yang lainya.
Anonim mengatakan…
Terimakasih, artikelnya sangat bagus:-)
Unknown mengatakan…
Nice !
SohibulKahfi mengatakan…
terima kasih banyak pak, skripsi saya terbantu dengan artikel sederhana tapi isinya luar biasa ini :)
Unknown mengatakan…
@[fie]:saya mau tanya bagaimana menghitung PER bila di laporan keuangan hanya ada EPS biasa tidak ada yg delusi, berarti apakah itu yg kita gunakan?
Unknown mengatakan…
Maap pak.sya mau tanya...dlm perushaan yang saya teliti dr tahun ke tahun menurun,itu pun terjdi pbv nya d bwh 1?apa penyebab nya? Mohon kasih saran pak.
Neuropolitics mengatakan…
Pertanyaan yang bagus mas.
Setau saya dalam uu saham yang dipegang atau dibeli perusahaan tidak dapat deviden dan suara.

Tapi saya juga bingung, kenapa PBV itu dibagi dengan saham beredar, bukan modal dasar.
DM mengatakan…
Pak saya mau tanya kalo mau menghitung PER kan: harha saham dibagi laba bersih per saham. Utk harga saham nya yg di pakai yg mana ya pak ? Misal perusahaan tsb harga saham d tunjukkan scr kuartal? Kalo kita mau hitung per tahun harga saham yg mana yg kita pakai pak? Terimakasih
Rachmandani mengatakan…
Pak Teguh, sangat bermanfaat sekali tulisannya. Saya ijin utk menshare link artikelnya. Dan skalian sy mau tanya, jika ada emiten yang laba bersihnya bukan dari pendapatan non operasinal (pendapatan operasional lebih besar drpd pendapatan non operasional) dan nilai ekuitasnya pun bukan berasal dari penambahan modal disetor atau right issue, maka metode perhitungan mana yg lebih akurat, PER atau PBV?

Terima kasih sebelumnya.
Unknown mengatakan…
trimakasih pak teguh terus menebar ilmunya untuk berbagi ya pak sangat bermanfaat!
Unknown mengatakan…
Saya barusan membaca buku pak Teguh, "Value Investing" mengenai PER dan PBV. Di blog ini, pak Teguh lebih suka PER. Dibuku pak TEguh lebih suka PVB. Mungkin ada penjelasan?
Unknown mengatakan…
Mohon konfirmasinya pak teguh dalam buku bapak "value investing" hal 91 bapak mengatakan lebih suka pakai PBV dari pada PER , tetapi di artikel ini sebaliknya. Mohon penjelasannya, terima kasih
Investasi Sahamku mengatakan…
Jadi per delusi itu muncul kalau emitennya pada tahun itu melakukan right isue ya pak?
Terima kasih pak teguh
Adri mengatakan…
Artikel yang sangat bermanfaat.
Unknown mengatakan…
Malem pak
Saya mau nanya soal saham dengan pernya -18(mines) dengan harga saat ini 775 apakah ini harga sudah termasuk murah atau mahal
Artikel yang bermanfaat...
Terimakasih.
AnnAMaRia mengatakan…
Selamat pagi pak mau nanya dong? Apabila pbv tahun 2019 sudah keluar harga saham yang dipakai tanggal berapa apa 1 jan 2019 atau 31 des 2019? sebutkan alasan?

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?