Kalbe Farma

Kalbe Farma (KLBF) adalah salah satu perusahaan farmasi/obat-obatan terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan yang bergerak di bisnis consumer goods yang sangat prospektif, maka KLBF menjanjikan keuntungan yang besar setiap tahunnya. Dan besarnya keuntungan tersebut masih berlanjut hingga kini. Pada 1Q10, laba bersih KLBF naik 20.4% dibanding 1Q09.

Dilihat dari pasarnya, KLBF ini mirip dengan UNVR: menjual produk yang sangat dibutuhkan oleh orang banyak. Hanya saja, UNVR menjual kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh semua orang tanpa terkecuali, sedangkan KLBF hanya menjual obat yang tentu saja hanya dibutuhkan oleh orang yang lagi sakit. Itu sebabnya ukuran pasar KLBF lebih kecil dari UNVR, sehingga bisa disimpulkan bahwa UNVR jauh lebih menguntungkan dari KLBF (dan faktanya memang demikian). Meski demikian tetap saja KLBF ini memiliki prospek yang tak kalah cerahnya, karena sampai kapanpun orang-orang yang sakit dan membutuhkan obat tidak akan pernah habis.


Ukuran aset KLBF pada 1Q10 adalah 6.6 trilyun. Dari jumlah tersebut, 4.6 trilyun merupakan ekuitas bersih, dan hutangnya cuma 1.6 trilyun. Meski termasuk perusahaan dengan prospek cerah, ternyata KLBF punya sedikit pinjaman bank dalam struktur hutangnya (tapi cuma sedikit), termasuk juga obligasi meski sudah dilunasi. Hutang pajaknya juga besar. Namun disisi lain, ekuitas KLBF sangat ‘berisi’ dengan jumlah saldo laba yang lebih besar dari ekuitasnya sendiri.

Penjualan KLBF naik 10.0% pada 1Q10. Laba operasionalnya naik 25.5%, dan laba bersihnya naik 20.4%. Kenaikan laba bersih yang lebih kecil dari kenaikan laba operasional tersebut disebabkan oleh kerugian non operasional yang disebabkan oleh selisih kurs, mungkin disebabkan utang obligasi. Rasio profitabilitas KLBF masih stabil di kisaran 20%-an. ROE-nya adalah 22.5%, yang menjadikannya salah satu perusahaan paling menguntungkan di bursa.

Kalau kita melihat catatan kas-nya, pada 1Q10 KLBF menerima kas bersih dari aktivitas operasional sebesar 181 milyar, turun dari periode sebelumnya sebesar 413 milyar, yang disebabkan oleh membengkaknya biaya operasional namun disisi lain penerimaan dari pelanggan hanya naik sedikit. Alhasil, duit yang dipegang KLBF berkurang sedikit menjadi 1,544 milyar dari sebelumnya 1,580 milyar. Perusahaan consumer good termasuk yang menjual obat seperti KLBF biasanya jarang mengalami penurunan kas. Meski demikian, biasanya catatan ini akan menjadi lebih baik pada akhir tahun nanti.

Dilihat dari kinerjanya, meski pada 1Q10 ini tidak terlalu baik, KLBF masih cocok untuk long term. Bagaimana dengan sahamnya?

Harga 1,910 menghasilkan market cap 19.3 trilyun yang berarti 4.2 kali ekuitasnya. PER-nya? 18.9 kali, masih murah untuk ukuran perusahaan dengan rasio profitabilitas diatas 20%. Meski harga tersebut memang lagi turun (12 April lalu KLBF sempat berada di posisi 2,100), tapi KLBF belum berpeluang untuk naik lagi, setidaknya dalam waktu dekat ini. Soalnya selain kinerjanya lagi tidak sebagus biasanya, IHSG juga masih belum menentu akhir-akhir ini. Secara teknis juga dia agak kemahalan. Tapi dalam jangka panjang tentu saja KLBF ini akan terus menguat. Kalau anda mau masuk, sebaiknya pas harganya di 1,800-an.

Saham KLBF termasuk saham yang likuid dengan pergerakan yang wajar. Investasi untuk long term disini relatif aman karena meski sahamnya likuid, tapi orang jarang berspekulasi disini karena perusahaannya sendiri jarang mengeluarkan press release yang nggak penting.

Harga obat sampai kapanpun tidak akan pernah turun. Karena itu anda bisa menikmati sebagian dari hal tersebut dengan menanamkan investasi anda pada perusahaan farmasi. Selain itu, jangan lupa untuk memiliki asuransi kesehatan.

Rating kinerja pada 1Q10: AA
Rating saham pada 1,910: A

Komentar

Anonim mengatakan…
Koq sekarang klbf masih stagnan di 1800an?
Teguh Hidayat mengatakan…
1,800 itu harga setelah stocksplit. Kalau tidak distocksplit, maka harga KLBF adalah 9,000-an. Jadi KLBF sudah sukses naik hampir 5 kali lipat dalam waktu lima tahun terakhir.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?